Mohon tunggu...
Irawan
Irawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pelahap informasi...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mobil Transmisi Manual Sudah lewat Masanya...

3 Januari 2014   17:25 Diperbarui: 14 Mei 2016   08:24 5778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Sudah dua tahun penulis meninggalkan mobil dengan transmisi manual. Bukannya apa-apa, di daerah Jabodetabek (bukan hanya Jakarta) jalanan sekarang selalu macet, apalagi pada saat-saat tertentu bisa terjebak berjam-jam di dalam kemacetan, dan menyupir mobil manual dalam kondisi macet dan merayap sungguh melelahkan. Kaki kiri harus terus menegang dan meregang memainkan kopling (atau main setengah kopling), sementara tangan kiri sibuk memindahkan gigi dari netral ke gigi 1 dan sebaliknya. Kaki kanan juga gak kalah capeknya, memainkan gas. 

Pada mobil manual dengan kecepatan mobil yang sebentar-berhenti-sebentar-jalan-merayap seperti itu, gas mesin harus dimainkan seperti di atas, kalo tidak mesin akan mati. Badanpun jadinya pegal bukan main. Mungkin perbandingannya seperti 3 jam dalam kemacetan akan jauh lebih melelahkan daripada 3 jam perjalanan lancar antar kota. 

Sementara dengan mobil matic, dalam keadaan jalan macet merayap, supir cuma perlu memainkan pedal rem saja, dan sedikit gas kalo perlu, lebih nyaman dibanding manual. 

Di kantor juga ada beberapa mobil dinas yang sering digunakan karyawan untuk tugas luar kantor, yang kadang ada sopir khususnya kadang tidak, karena supir cuma ada satu saja. Jenis mobil pun ada yang manual dan ada yang matic. 

Nah, coba tebak mobil mana yang selalu jadi rebutan? Jelas yang matic. Alasannya sama dengan di atas, jalanan macet dan capek sekali kalau pakai yang manual. 

Mobil matic sekarang semakin baik teknologinya. Dari pengalaman pribadi memakai beberapa mobil matic terbaru, akselerasinya tidak kalah dengan mobil manual, misalnya dalam menyalip. Tenaga juga mantap. Hanya pada saat jalan menurun atau menanjak sangat tajam baru sebaiknya dipindahkan ke mode manual untuk bisa bertahan di gigi 1 atau 2. 

Pabrikan mobil juga sudah menyadari trendini, dan makin banyak varian mobil matic yang diluncurkan. Di pertengahan 2013 saja, diperkirakan sekitar 25% pengguna mobil memilih matic, dan trend ini meningkat terus. Di beberapa negara maju malah persentasenya sudah sekitar 60% pengguna mobil matic. Demikian seperti dilansir Detikoto.com. 

Berarti nanti ada saatnya mobil manual tinggal sejarah? 

Hal tersebut bukannya tidak mungkin. Sekarang saja kita bisa melihatnya dari perkembangan mobil jenis supercar. Beberapa varian-varian mobil sport supercarkeluaran terbaru, ternyata memakai transmisi matic, sebagaimana dilansir oleh Autocar.co.uk. Jenis-jenis mobil sport mewah nan mahal tersebut contohnya seperti Porsche: 911 GT3dan 911 Turbo,Renault : New Clio RS 200 Turbo,Aston Martin : V12 Vantage S,Lamborghini: Aventador,  Aventador Roadster,dan Gallardo.

13887428711540996665
13887428711540996665
Sumber gambar : Autocar.co.uk

Bahkan pabrikan semacam Ferrari dan Jaguar juga sudah menyadari beberapa waktu yang lalu bahwa mengembangkan mobil sport high-end dengan transmisi manual adalah percuma, sebab pelanggan mereka tidak lagi tertarik untuk membelinya. Tapi adalah meningkatnya popularitas transmisi semi-otomatis, yang  bisa dibilang lebih menunjukkan ke arah mana keseluruhan arah pasar akan menuju. 

Mercedes-Benz AMG tahun baru ini meluncurkan jenis hatch-back GLA 45 AMG, juga tanpa opsi transmisi manual. Head of AMG, Tobias Moers, mengatakan sebagai berikut,""Saya sedikit tradisionalis di hati dan bisa mengerti mengapa orang mengharapkan masih adanya keterlibatan transmisi manual, tapi transmisi otomatis memberi kita begitu banyak pilihan yang lebih teknis. Transmisi otomatis bisa mengatasi meningkatnya tenaga dan torsi sesuai dengan tuntutan kami,  dan secara rasional, otomatis lebih efisien daripada manual. Pedalnya juga lebih praktis ketika Anda benar-benar mendorong dan sistem ini lebih santai untuk digunakan ketika Anda tidak menekannya. Hanya ada lebih sedikit kompromi. "

1388762094758870128
1388762094758870128
Mercedes-Benz GLA 45 AMG - Foto: Mercedes-Benz.com

Sementara Kepala pengembangan GT-Car Porsche, Andreas Preuninger, mengatakan bahwa mereka mengerti betul dengan kekecewaan berat fans seri GT3 yang menjeritkan pernyataan: "sebuah GT3 tanpa transmisi manual adalah bukan GT3 lagi". Namun perkembangan teknologi memang tidak memungkinkan GT3 terbaru untuk memakai tranmisi manual lagi karena berat mesin semakin bertambah sementara kecepatan tetap yang paling utama, dan ini dikompensasi oleh ekstra kecepatan yang diberikan transmisi otomatis. 

Jadi beberapa alasan kenapa transmisi manual akan makin populer walau tidak mati sama sekali, antara lain ; Manual tidak bisa secepat atau seefisien matic, manual tidak lagi seringan dulu sehubungan dengan DSG (Direct Shift Gearbox), manual juga jauh lebih sulit diintegrasikan dengan sistem elektronik terbaru (e-diff, ESP, traction control,dll), dan terakhir semakin banyak para konsumen yang tidak menginginkan manual lagi. 

Kalau di Jakarta dan sekitarnya juga sudah jelas, lebih nyaman menembus macet dengan matic. Kalau penulis sebagai konsumen jelas sudah merasakan kenyamanan menggunakan mobil matic, sehingga jika harus memilih tentu saja akan lebih memilih matic daripada manual.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun