Dalam perang antara kuman penyakit dan manusia, terbukti bahwa kuman telah berevolusi /bermutasi dengan menjadi tahan terhadap antibiotik temuan manusia, seperti diulas dalam artikel “Ketika Antibiotik Tidak Lagi Mempan …”.
Ternyata evolusi tidak hanya terjadi pada tingkat makhluk hidup bersel tunggal seperti bakteri dan virus, namun juga pada makhluk hidup multi sel. Beberapa jenis ular seperti King Cobra dan Sanca (Phyton) terbukti telah berevolusi dengan sangat cepat untuk memperoleh kemampuannya yang sekarang dengan mengadopsi sifat-sifat yang menguntungkan untuk bertahan hidup, bahkan evolusi tersebut masih berlanjut, seperti dilaporkan dalam dua buah riset yang meneliti kedua jenis ular tersebut sampai tingkat genetik, sbb;
1). “The Burmese python genome reveals the molecular basis for extreme adaptation in snakes”, oleh Todd A Castoe dkk, 2013
2). “The king cobra genome reveals dynamic gene evolution and adaptation in the snake venom system”, oleh Freek J Vonk dkk, 2013
Kedua laporan riset di atas dapat diunduh di situs Proceeding of The National Academy of Sciences (PNAS).
Tim riset yang mengurutkan genom ular sanca (phyton), dipimpin oleh Todd Castoe dari University of Texas, Arlington, memeriksa perubahan yang terjadi pada Sanca Burma (Burmese python) – yang hidup di Asia Tenggara dan sekarang tersebar sampai ke Florida – setelah ular tersebut makan. Ular sanca dapat menelan utuh mangsa yang lebih besar dari ukuran tubuhnya.
Contoh Gen yang pada Sanca -Ilustrasi : PNAS / Riset oleh Castoe dkk
Tim riset meneliti aktivitas gen di dalam jantung, ginjal, usus halus dan hati, sebelum makan dan dicek lagi pada 1 dan 4 hari sesudahnya. Ditemukan bahwa sesudah sanca makan, ekspresi gen berubah secara cepat. Gen-gen yang tadinya terdiam, tidak aktif, tiba-tiba menjadi hidup ketika instruksinya diekspresikan. Beberapa gen lain yang sebenarnyatelah diekspresikan dalam kegiatan sehari-hari kemudian menjadi lebih aktif lagi, mengaduk-aduk sejumlah besar protein yang mendorong pertumbuhan atau metabolisme.
Gen adalah cetak biru untuk protein yang bertindak sebagai blok bangunan dari jaringan tubuh. Proses melaksanakan rencana genetik inilah disebut ekspresi gen.
Tim riset juga membandingkan 7442 gen yang ditemukan sebagai salinan tunggal baik di kobra maupun sanca dengan gen yang sama dalam semua vertebrata darat lainnya yang telah diurutkan sejauh ini. Intinya adalah: genom ular telah banyak berubah, dan ular-ular tersebut telah berubah dengan sangat cepat untuk memenuhi tuntutan gaya hidup mereka yang tidak biasa.
Sementara ilmuan yang mengurutkan genom King Cobra, berfokus pada bisa ular, suatu campuran sangat beracun yang merupakan campuran antara 73 jenis peptidan dan protein. Mereka mengukur aktifitas gen dalam kelenjar utama penghasil bisa dan kelanjar pembantunya. Bisa kelenjar itu sendiri bergantung pada 20 keluarga gen racunnya Ditemukan bahwa gen untuk setiap keluarga racun juga digunakan di bagian lain tubuh pada proses evolusi ular di masa lalu bahkan sekarang. Protein-protein yang berbahaya tersebut dikooptasi dari tempat lain dalam tubuh dan berubah menjadi senjata dan jenis-jenis yang berbeda-beda. Seringkali, sebuah gen dikopi lebih dari sekali, membuat setiap kopi dapat bermutasi dengan cara yang berbeda, menghasilkan campuran racun yang lebih canggih.
Hal tersebut memberi keuntungan pada ular dalam hal perlombaan evolusi senjata. Mangsa sang kobra juga berevolusi secara konstan, mengembangkan cara untuk bisa tahan terhadap bisa kobra. Bagi sang kobra, kompetisi genetis ini bisa mematikan, karena bisa yang tidak efektif dapat membuat calon mangsanya berbalik memangsa sang ular.
Selain pengetahuan akan sistem evolusi pada ular sanca dan king cobra, manfaat apakah yang bisa diperoleh untuk meningkatkan kesehatan manusia?
Beberapa dari gen yang ditemukan dalam kedua riset di atas ternyata berperan penting dalam penyembuhan penyakit pada manusia. Contoh, sebuah gen yang disebut GAB1, yang muncul diubah dalam genom sanca, juga terlibat dalam beberapa kanker pada manusia.
Stephen Secor, ahli Biologi University of Alabama dan juga anggota tim reset menyatakan bahwa hasil penting dari riset adalah bahwa dengan genom yang telah diidentifiksi dalm riset tersebut, manusia dapat mengeksplorasi banyak mekanisme molekuler yang belum dimanfaatkan, untuk secara dramatis menaikkan tingkat metabolisme, menghentikan produksi asam tertentu, untuk meningkatkan fungsi usus, dan dengan cepat meningkatkan ukuran jantung, usus, pankreas, hati dan ginjal. Manfaat dari penemuan ini akan menambah kualitas perawatan penyakit metabolik, bisul, mal-absorpsi usus, penyakit Crohn, hipertrofi jantung dan hilangnya kinerja organ.
Sumber : NBC News
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H