Dua Gubernur Capres, Jokowi dan Aher, Yang Beda Nasib...

[caption id="attachment_329580" align="aligncenter" width="780" caption="Gub. Jokowi (kiri) dan Gub. Aher (kanan), seusai mengadakan pertemuan tertutup membahas kerjasama kedua provinsi di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Rabu (31/10/2012). Gambar : Tribun Jabar/Gani Kurniawan"][/caption]

Kalau lupa atau belum tahu, saat ini sebenarnya kita punya dua calon presiden (capres) yang masih menjabat gubernur. Capres yang pertama tentu sudah diketahui bersama, melihat pro dan kontra yang semakin memanas di mana-mana, yaitu Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi). Capres yang kedua adalah  Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan (Aher).

Masyarakat dan media massa selama ini terkesan tidak bersikap adil terhadap keduanya.Mari kita lihat sekilas persamaan dan perbedaan kedua capres ini;

1).  Gubernur yang masih menjabat

Jelas sekali bahwa baik Jokowi dan Aher merupakan pemenang Pilkada cagub, jadi sama-sama mengemban amanah dari para pemilihnya. Jokowi sudah menjabat Gubernur DKI Jakarta selama 1,5 tahun, dilantik 5/10/2012 untuk periode 2012~2017, sementara Aher belum setahun menjalani masa kedua jabatan Gubernur Jabar, dilantik 14/6/2013 untuk periode 2013~2018.

2). Dicapreskan oleh partai

Jokowi dicapreskan oleh PDIP, sedangkan Aher dicapreskan oleh PKS. Kebetulan sekali waktu deklarasi kedua capres ini dilakukan pada hari yang sama, yaitu Jumat 14 Maret 2014. Bedanya, Jokowi saat ini merupakan satu-satunya capres PDIP, sedangkan PKS mempunyai  2 capres lain yaitu Anis Matta (Ketum) dan Hidayat Nur Wahid. Jokowi dan Aher, sampai dengan hari deklarasinya, juga sama-sama menolak mengakui punya ambisi nyapres jika ditanya warga dan wartawan, jadi kesannya capres adalah penugasan partai. Aher malah lebih keren, karena pencapresannya melalui proses pemilu internal PKS (pemira), sementara penunjukan Jokowi semata-mata merupakan keputusan mutlak Ketum PDIP.

3).  Janji-janji kampanye sewaktu Pilkada Cagub

Jokowi banyak berjanji untuk mengatasi macet dan banjir, penyakit kronis Jakarta selama bertahun-tahun. Aher juga banyak janjinya, yang biasa disebut 8 janji kampanye Aher. Janji-janji kedua capres ini, saat ini tentu saja masih jauh dari ditepati, melihat kondisi terkini Jakarta dan Jabar.

4). Wagub yang berpotensi jadi gubernur

Wakil Jokowi adalah Ahok, dan selama masa pemerintahan 1,5 tahun ini terlihat keduanya berbagi tugas. Ahok berpengalaman sebagai anggota DPR dan bupati. Wakil Aher adalah Deddy Mizwar (Demiz), seorang artis. Demiz banyak diprotes karena masih juga beriklan selama menjadi wagub. Demiz dipilih karena punya potensi sebagai vote getter bagi Aher, sementara Ahok jauh dari potensi tersebut. Potensi Ahok menjadi gubernur DKI belum-belum sudah mendapatkan tantangan SARA, sementara potensi Demiz menjadi gubernur belum terlihat ada tantangan eksternal.

Melihat persamaan di atas, ketika terjadi serangan begitu gencar mengenai tagihan janji-janji Jokowi dan kondisi Jakarta yang akan ditinggalkan Jokowi, menjadi sangat tidak adil ketika Aher tidak mendapatkan serangan serupa. Salah satu contoh, kritikan pedas Fahri Hamzah petinggi PKS, yang notabene adalah rekan Aher, seperti dilansir situs Republika.

Jokowi dinilai Fahri seharusnya terlebih dahulu meminta izin kepada perwakilan warga DKI Jakarta  di DPRD sebelum mendeklarasikan diri sebagai calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), dan mengungkapkan bahwa Jokowi pernah berjanji kepada rakyat usai Pemilukada DKI Jakarta untuk menjadi gubernur pada lima tahun kedepan.

“Kalau belum izin, nanti dia bisa diserang oleh rakyat karena belum menyelesaikan janjinya,” ujar dia saat dihubungi RoL, Jumat (14/3/2014). Menurutnya, banyak permasalahan DKI Jakarta yang belum bisa diselesaikan pasangan Jokowi-Ahok.  “Jalan masih rusak, banjir masih merajalela, macet masih merajalela, air bersih masih susah,” lanjut Fahri. Dia pun mengungkap, janji-janji yang pernah diungkapkan Jokowi dulu saat berkampanye sebagai Gubernur DKI seharusnya dilunasi terlebih dahulu.

Kalau Fahri mengkritik Jakarta, lalu bagaimana dengan Jabar? Apakah Jabar kondisinya sudah sempurna? Apakah janji-janji kampanye Aher sudah dipenuhi semua? Tentu belum, jadi aneh jika yang diserang FH ini hanyalah Jokowi semata, padahal sejatinya peluru tersebut juga menyasar ke Aher.  Serangan semacam itu banyak bertebaran di media mainstream, juga di siaran radio,  apalagi di media sosial.

Mungkin banyak yang ketakutan jika Ahok akan menjadi gubernur Jakarta, karena penyakit SARA tingkat tinggi yang sudah akut. Namun jangan lupa potensi Demiz, akankah sang artis yang cuma jadi vote getter kemarin ini bakal mumpuni mengemban amanat berat mengurusi Jabar? Bukan menyangsikan kemampuan Demiz, tapi itu adalah kenyataan saat ini. DKI Jakarta dan Jabar bukanlah wilayah kecil yang bisa dijalankan secara autopilot, jadi jangan dianggap remeh masalah ini.

Jadi bersikap adillah saat menyerang Jokowi, Aher janganlah dilupakan. Terutama para kader PKS, banyak butir-butir serangan yang digunakan untuk menyerang Jokowi juga kena telak ke pribadi Aher, jadi lebih berhati-hatilah.

Sumber :

pelantikan Jokowi, Pelantikan Aher, deklarasi capres jokowi, deklarasi capres aher, 8 janji kampanye Aher,   janji kampanye Aher masuk RPJMD 2013~2018, Aher masih utang janji kampanye, masyarakat tagih janji Aher pembebasan lahan