[caption id="attachment_330034" align="aligncenter" width="612" caption="Ilustrasi mimpi Alice berpetualang di Wonderland. Source: Zerochan.net/1551928"][/caption]
Ada istilah mimpi adalah bunga tidur. Kita tahu bunga bermacam-macam, ada yang wangi seperti mawar, ada yang bau bangkai seperti rafflesia, ada juga yang beracun seperti angel's trumpet. Begitupun mimpi, ada yang menyenangkan, biasa-biasa saja langsung terlupakan, dan ada pula mimpi buruk, dengan derajat pengaruh yang berbeda-beda bagi yang mengalaminya.
Sejak jaman dahulu mimpi memang merupakan misteri kehidupan. Mimpi yang bukan biasa-biasa saja sering dianggap sebagai sarana mendapatkan penglihatan atau firasat akan masa depan, memberikan petunjuk tertentu dari harapan atau doa, dan bahkan penyampaian wahyu dari Tuhan seperti pada kisah Nabi Ibrahim AS.
Mimpi juga bisa menggambarkan keinginan yang tidak tercapai, seperti mimpi hidup ala milyuner seperti Bill Gates, mengendarai mobil Porsche Cayenne gress (yang harganya makin mahal gara-gara PPnBM naik), bersanding di pelaminan dengan pujaan hati (yang jelas-jelas sudah menolak di dunia nyata), atau menang pemilu 2014 terus dilantik menjadi anggota DPR, dll. Sah-sah saja, namanya juga obsesi yang dipendam sendiri, tidak kesampaian di dunia nyata, bolehlah dilampiaskan dalam mimpi.
Para ilmuwan jaman modern ini juga sudah lama meneliti misteri mimpi dengan berbagai macam metode, dari melakukan studi terhadap subyek yang bermimpi sampai melakukan pemindaian terhadap aktivitas otak saat tubuh tertidur.
Salah satu fase penting saat tidur yang berhasil diketahui melalui pengamatan dan penelitian adalah Rapid Eye Movement (REM), yang adalah suatu fase tidur yang ditandai dengan gerakan kelopak mata yang cepat dan acak. REM diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu tonik dan phasic. Hal ini diidentifikasi dan ditentukan oleh Nathaniel Kleitman dan muridnya Eugene Aserinsky pada tahun 1953. Kriteria untuk fase REM meliputi gerakan cepat mata yang tertutup, muscle tone yang rendah, dan sebuah tegangan-rendah Electroencephalography (EEG)yang cepat. Fitur-fitur fase REM ini dapat dengan mudah dilihat dalam sebuah polysomnogram, suatu studi tentang tidur yang biasanya dilakukan untuk pasien yang didiagnosa mengalami gangguan tidur. Selama fase REM pada tidur ini, aktivitas neuron pada otak mirip dengan aktivitasnya sewaktu jam-jam terjaga.
Dan inilah beberapa fakta yang diperoleh dari beberapa riset-riset yang sudah dilakukan terhadap mimpi, yang disampaikan oleh Rubin Naiman, Ph.D , seorang psikolog klinis spesialis di bidang pengobatan integratif untuk tidur dan mimpi di Universitas Arizona, USA, kepada Huffington Post,.
Menurut Naiman, proses tidur telah lama dianggap sebagai cara untuk memproses, mengurutkan dan menyimpan kejadian hari bersangkutan, dan semakin banyak penelitian yang hasilnya mendukung gagasan itu. Coba bayangkan saja otak sebagai sistem pencernaan kedua. Pada malam hari, otak secara metaforis menelan, mencerna dan menyaring semua informasi harian, dan kemudian melakukan pembuangan. Apa yang diingat oleh otak kemudian akan menjadi bagian dari siapa kita. Dan bermimpi, adalah seperti proses pencernaan pada otak.
Beberapa fakta tentang mimpi sejauh ini adalah sebagai berikut;
1). Kita ternyata bermimpi sepanjang malam ketika tidur
Mungkin kita pernah mendengar bahwa mimpi berlangsung pada fase Rapid Eye Movement (REM), tapi sebenarnya kita bermimpi secara konstan dengan durasi yang berbeda-beda selama tidur. Hanya pada fase REM kita menjadi lebih peka terhadap mimpi dan lebih mudah mengingatnya, jadi jika kita tidak mengingat mimpi, bukan berarti mimpi tersebut tidak terjadi. Kala malam semakin larut, fase REM pun semakin memanjang, sehingga sebagian besar mimpi yang kita ingat terjadi pada sepertiga malam terakhir.