"Demokratis itu bisa melalui pemilihan langsung atau lewat DPRD," kata Hidayat. Dia mengatakan pemilihan langsung banyak mudaratnya karena banyak yang tidak akur setelah pemilihan kepala daerah.
Hidayat bahkan mengancam akan memberikan sangsi berat kepada anggota PKS yang menolak Pilkada lewat DPRD. Dia menuturkan keputusan yang disepakati oleh pimpinan pusat PKS harus diikuti oleh kader di seluruh daerah.---
Dan setelah RUU Pilkada lolos disahkan dengan opsi Pilkada lewat DPRD dalam persidangan paripurna DPR yang penuh drama pada 26-09-2014, kembali PKS melalui Hidayat Nur Wahid memberikan pernyataan mengklaim kemenangan mereka adalah demi rakyat, seperti dilansir Detiknews (26-072014).
-- "Kami yakin ini kemenangan demokrasi untuk rakyat. Tragedi seperti kemarin (25/9) Gubernur Riau (Annas Maamun) ditangkap tangan KPK lagi-lagi hasil Pilkada langsung," kata Hidayat di Gedung DPR, Jumat (26/9/2014).--
Jadinya membingungkan, "rakyat" mana yang dimaksud beliau ini? Jangan-jangan defenisi "rakyat" itu adalah beda pada waktu sebelum dan sesudah pilpres 2014.
Contoh-contoh lain mungkin ada, baik dari kelompok KMP maupun KIH.
Begitulah, walau kita bisa bisa membaca ke arah mana dan apa maksud sesungguhnya manuver-manuver wakil rakyat kita, tetap saja para wakil rakyat terpilih itu semua mengklaim bahwa kelakuannya adalah demi rakyat. Kenapa semuanya tidak terus terang saja, sih?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H