[caption id="attachment_371771" align="aligncenter" width="460" caption="Tersangka Raden Nuh dkk di kantor polisi. Foto: Detiknews.com"][/caption]
Setelah sekian tahun berjaya di dunia maya dengan ciutan-ciutannya yang bombastis-tembak-sana-tembak-sini-namun-minim-bukti, akhirnya para admin akun Twitter triomacan2000 ditangkap dan ditahan polisi dengan tuduhan pemerasan. Para admin ini adalah Raden Nuh, Harry Koes, dan Edi Syahputra. Sementara pelapor adalah Abdul Satar, Dirut PT TBIG-Telkom.
Sebagaimana dituturkan oleh Akanit V Subdit Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Metro Jaya Kompol Roberto Pasaribu, pemerasan ini dilakukan Raden Nuh dkk melalui pemberitaan media online.
"Dia menyebarkan pemberitaan berisi fitnah mengenai terlapor melalui media online, tetapi bukan asatunews.com," katanya saat jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (3/11/2014), seperti dilansir Detiknews.
Secara singkatnya, menurut penjelasan Kompol Roberto, fitnah-fitnah tentang Abdul Satar baik secara pribadi maupun hubungannya dengan kasus korupsi terkait para petinggi PT Telkom, dilancarkan oleh Raden Nuh cs melalui akun-akun twitter yang dikelola mereka dan pemberitaan media online. Abdul Satar telah membayarkan ratusan juta rupiah dalam beberapa kali pembayaran baik secara langsung maupun melalui transfer bank sebagai imbalan diberhentikannnya berita-berita tersebut, namun tidak menampakkan hasil yang memuaskan.
Sementara itu, Raden Nuh sendiri melakukan pembelaan melalui media online yang dimilikinya, yaitu Asatunews.com. Selain membantah tuduhan pemerasan, Raden Nuh juga memaparkan bahwa Abdul Satar sebenarnya juga pemilik Asatunews, dan diberikannya pembayaran-pembayaran dari Abdul Satar adalah sebagai bentuk tanggungjawab atas pembiayaan Asatunews yang sedang kolaps.
Tapi yahhh, mengingat kredibilitas ciutan-ciutan triomacan2000 selama ini yang memang jarang/minim/hampir tidak ada buktinya (diulas mendalam oleh Kompasianer Michitra dan Zulfikar Akbar), dan setal tiga uang juga sama saja dengan isi media abal-abal Asatunews.com, kita bisa memperkirakan bagaimana pembuktian tuduhan polisi terhadap Raden Nuh dkk di pengadilan nanti.
Yang menarik adalah pertanyaan mengapa Abdul Satar bersedia membayar ratusan juta rupiah? Berarti bisa jadi memang "tak ada asap bila tak ada api", dan dalam hal ini akun triomacan2000 dengan cerdik menangkap gosip yang beredar serta memanfaatkannya. Mungkin sudah banyak korban selama ini, sampai-sampai kepolisian membuat himbuan agar para korban lainnya segera melapor.
Nah, siapakah kira-kira yang tidak mempan dihajar ciutan si macan? Sudah barang tentu orang yang yakin bahwa dirinya tidak bersalah, dan tidak perduli serta tidak mau melayani gosip-gosip tak jelas, apalagi membayar untuk itu.
Salah satu orang seperti ini contohnya adalah Pak Ahok, yang bersama-sama dengan Pak Jokowi menjadi sasaran tembak si macan pada saat pilgub DKI Jakarta 2 tahun lalu.
Pak Ahok disebut terlibat dalam kasus korupsi saat masih menjabat Bupati Belitung Timur. Saat ditanya wartawan apakah dia juga sempat diperas oleh pendiri akun itu, dia tak membantah. Namun membenarkan saat itu ada yang pernah mendatanginya meminta sejumlah uang agar tidak diserang.
"Waktu itu ada yang datang bilang, kalau mau, bisa damai segala macam. Kan aku nggak mau ladenin. Aku kan bilang aku demen makin dicecar itu kan kampanye negatif sama dengan kampanye juga," ujarnya, seperti dilansir Detiknews.
Saat itu, lanjutnya, Ahok mengaku tak berpikir untuk melapor ke polisi. Menurutnya saat itu dia tak punya bukti hukum yang kuat. “Bisa saja dijebak, tapi enggak ada waktu untuk menjebak-jebak begitu kan,” katanya.
Sayangnya Ahok mengaku tak berapa ingat jumlah uang yang diminta oleh pemerasnya saat itu. Dia pun merasa santai saja menghadapi serangan-serangan yang terkait dengan pemilik akun tersebut.
"Makin digituin makin deman gua, kan kampanye negative begitu sama dengan kampanye juga, jadi bagus kan, malah makin terkenal kita. Lah wong tim kita saja belum tentu bisa naikin berita begitu cepat. Walau kampanye hitam kan, orang akan tetap cari-cari kita, apalagi rekam jejak kita ketahuan orang. Kayak mutiara dibuang ke lumpur, akan tetap mutiara juga. Jadi yang penting rekam jejak benar, enggak usah khawatir, santai saja," pungkasnya.
Jadi sebenarnya tergantung pada para calon korban itu sendiri. Jika memang dirinya bersih, bisa saja bersikap cuek dan malah bisa memanfaatkan kepopuleran si macan, atau melaporkan ke polisi. Sayangnya memang para pejabat publik dan BUMN kita sekarang ini cenderung bermental korup, sehingga ciutan-ciutan semacam twitternya si macan sangat mendapat tempat, populer dan begitu ditunggu-tunggu, dan langsung menyebar secara massif dengan begitu cepat, tanpa perlu menyajikan data dan fakta pendukung yang kuat, dan para korban pun berjatuhan.
Saatnya kita bertanggung jawab atas apa yang kita tulis, upload, dan share di media sosial!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H