[caption id="attachment_94771" align="alignleft" width="150" caption="Fans Malaysia & Lee Chong Wei"][/caption] Animo pendukung Malaysia yang memadati stadium National Indoor Arena untuk senantiasa memberikan semangat bagi para pemain mereka sepertinya tidak pernah kendur bahkan semakin mendekati partai puncak, berbagai ekspresi kebanggan yang diungkapkan oleh para fans kian terlihat saat para pemain negeri jiran tersebut akan masuk atau meninggalkan stadium. Sementara itu, Indonesia kembali harus berlapang dada untuk menimang gelar di turnamen All England setelah mahkota terakhir dikoleksi oleh duet Chandra/Sigit 8 tahun yang lalu.
[caption id="attachment_94772" align="alignright" width="300" caption="Hendra Setiawan & Anastasia Russkikh"]
Persaingan antara kedua pasangan berlangsung lebih ketat di set kedua. Bahkan Hendra/Anastasia sempat membalikkan keadaan ketika tertinggal 2-6 menjadi keunggulan 10-7. Kejar mengejar angka kembali tersaji hingga kedudukan 13 sama. Di titik kritis ini sayangnya permainan Hendra/Anastasia khususnya di depan net sedikit menurun dan Sudket/Saralee kembali menguasai jalannya pertandingan hingga kedudukan 21-17. Kemenangan ini melengkapi kesuksesan Sudket/Saralee yang di babak sebelumnya mengandaskan peraih gelar China Open SS 2010, Tao Jiaming/Tian Qing. Namun untuk bisa membuat sejarah bagi negaranya, Sudket/Saralee membutuhkan performa super di laga pamungkas ketika berjumpa dengan wakil China lainnya, Xu Chen/Yu Yang. Xu/Yu melangkah ke babak final setelah menghentikan duet Eropa yang tengah bersinar, Michael Fuchs/Birgit Michels, 21-19, 21-17.
[caption id="attachment_94777" align="alignleft" width="300" caption="Michael Fuchs/Birgit Michels & Xu Chen/Ma Jin"]
Berkebalikan dengan raihan Indonesia, tim Malaysia cukup berbangga dengan meloloskan dua wakilnya ke babak final. Semangat yang terus ditularkan oleh pendukung negeri persemakmuran Inggris tersebut semakin terasa hingga memasuki babak perempatfinal kemarin dan semifinal tadi malam. Pertandingan seru Lee Chong Wei (1) dan Chen Long (5) langsung dibuka dengan reli-reli panjang yang memadukan permainan agresif smash dan netting antara kedua pemain. Bloking yang cukup sempurna dari Chen Long sempat membuat Lee kehilangan kepercayaan dirinya namun Lee berusaha untuk tetap fokus dan meningkatkan tempo serangan di akhir set. Minimnya kesalahan sendiri yang dilakukan oleh Lee membuatnya unggul 21-17 di set pertama.
[caption id="attachment_94779" align="alignright" width="300" caption="Chen Long & Lee Chong Wei"]
Kemangan Lee ini akhirnya memenuhi hasrat final ideal antara dua pemain terbaik dunia saat ini setelah pada pertandingan sebelumnya Lin Dan (3) yang harus berjibaku 3 set menundukkan bintang Jerman, Marc Zwiebler. Setelah berjuang selama 63 menit, Lin akhirnya mengantongi tiket final, 21-9, 16-21, 21-11. “Sangat menyengkan bisa bertanding melawan Lin Dan”, ungkap tunggal Jerman yang baru sembuh dari penyakit flu ini. “Saya hanya berusaha untuk tampil yang terbaik, lutut saya sempat bengkak dan terasa sakit tapiapapun alasannya saya harus bisa menerima bahwa dia bermain lebih baik seperti di set pertama dan ketiga tadi”, tambah Zwiebler kemudian.
Sementara Lin yang mengaku banyak melakukan kesalahan sendiri di set kedua khususnya ketika melakukan pukulan flik di depan net dan footwork yang mati sendiri saat memblok bola di tengah lapangan. “Saya cukup kecewa dengan permainan saya di set kedua, terlalu berhasrat untuk memenangkan pertandingan ini dengan dua set. Tapi saya harus bisa tampil lebih baik, tahun kemarin saya hanya sampai di quarterfinal”, lanjut Lin kemudian.
[caption id="attachment_94780" align="alignleft" width="300" caption="Fu Haifeng/Cai Yun"]
Set kedua yang diwarnai oleh beberapa kali jatuhnya para pemain di lantai demi mengembalikan bola semakin menambah riuh suasana stadium yang kurang lebih dipadati sekitar 5000 penonton. Penempatan bola-bola sulit Fu/Cai membuta tandem Malaysia harus ‘jatuh-bangun’ demi menyelamatkan bola dan serangan-serangan duet China yang senantiasa dapat diantisipasi oleh Koo/Tan sempat mombuat ‘down’ mental pasangan China di poin-poin kritis. Fu/Cai yang sempat membalikkan keadaan dari posisi 19-20 menjadi 21-20, akhirnya harus mengubur impian mereka ketika tiga kesalahan beruntun dari pengembalian bola tanggung depan net dan smash yang terlalu melebar oleh Fu Haifeng menutup set ini 23-21.
Kekalahan ini memupuskan harapan negeri tirai bambu untuk menyapu bersih semua gelar setelah pada pertandingan sebelumnya, Chai Biao/Guo Zhendong ditundukkan oleh unggulan teratas, Mathias Boe/Carsten Mogensen, 26-24, 21-12 dalam tempo 53 menit.
(www.bulutangkismania.wordpress.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H