Mohon tunggu...
Ferry Irawan
Ferry Irawan Mohon Tunggu... -

Akun ini akan segera dinonaktifkan. Untuk informasi terbaru bulutangkis silahkan kunjungi www.bulutangkismania.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Results Semifinal Round All England Premier SS 2011: Putra Malaysia Berjaya, Indonesia Berlapang Dada

13 Maret 2011   03:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:50 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_94771" align="alignleft" width="150" caption="Fans Malaysia & Lee Chong Wei"][/caption] Animo pendukung Malaysia yang memadati stadium National Indoor Arena untuk senantiasa memberikan semangat bagi para pemain mereka sepertinya tidak pernah kendur bahkan semakin mendekati partai puncak, berbagai ekspresi kebanggan yang diungkapkan oleh para fans kian terlihat saat para pemain negeri jiran tersebut akan masuk atau meninggalkan stadium. Sementara itu, Indonesia kembali harus berlapang dada untuk menimang gelar di turnamen All England setelah mahkota terakhir dikoleksi oleh duet Chandra/Sigit 8 tahun yang lalu.

[caption id="attachment_94772" align="alignright" width="300" caption="Hendra Setiawan & Anastasia Russkikh"]

129998494389640844
129998494389640844
[/caption] Hendra Setiawan yang berduet dengan pemain Rusia, Anastasia Russkikh sempat memberikan kejutan saat membungkam duet peraih gelar Hongkong Open SS 2010, Joachim/Christinna dalam laga perempetfinal sebelumnya. Namun penampilan tersebut seperti antiklimaks bagi duet gado-gado ini ketika ditantang oleh wakil negeri gajah putih, Sudket Prapakamol/SaraleeThoungthongkam(3). Di awal set pertama, Hendra/Anastasia mampu mengimbangi serangan yang terus digempur oleh pasangan Thailand. Namun dari sisi permainan di depan net, duet Thailand selalu mampu mengungguli permainan Hendra/Anastasia. Namun saat mendekati paruh akhir set, duet Indonesia/Rusia terlihat sulit untuk membendung agresivitas duo Thailand dan tertinggal jauh 7-17 dan 10-20. Meskipun sempat memperkecil selisih poin menjadi 15-20, laju perolehan poin Sudket/Saralee tak terbendung dan menutup set ini 21-15.

Persaingan antara kedua pasangan berlangsung lebih ketat di set kedua. Bahkan Hendra/Anastasia sempat membalikkan keadaan ketika tertinggal 2-6 menjadi keunggulan 10-7. Kejar mengejar angka kembali tersaji hingga kedudukan 13 sama. Di titik kritis ini sayangnya permainan Hendra/Anastasia khususnya di depan net sedikit menurun dan Sudket/Saralee kembali menguasai jalannya pertandingan hingga kedudukan 21-17. Kemenangan ini melengkapi kesuksesan Sudket/Saralee yang di babak sebelumnya mengandaskan peraih gelar China Open SS 2010, Tao Jiaming/Tian Qing. Namun untuk bisa membuat sejarah bagi negaranya, Sudket/Saralee membutuhkan performa super di laga pamungkas ketika berjumpa dengan wakil China lainnya, Xu Chen/Yu Yang. Xu/Yu melangkah ke babak final setelah menghentikan duet Eropa yang tengah bersinar, Michael Fuchs/Birgit Michels, 21-19, 21-17.

[caption id="attachment_94777" align="alignleft" width="300" caption="Michael Fuchs/Birgit Michels & Xu Chen/Ma Jin"]

1299985028507552553
1299985028507552553
[/caption] “Ini penampilan pertama kami di All England dan bisa mencapai final sungguh luar biasa”, ungkap Xu Chen usai pertandingan. “Pertandingan ini pada awalnya ternyata tidak semudah yang kami bayangkan. Tapi kami berhasil menguasai saat-saat krusial di akhir set dengan lebih banyak berkomunikasi. Kami tidak terlalu memikirkan siapa lawan kami nanti, kita akan mendiskusikannya usai pertandingan ini” tambahnya kemudian. Sementara itu Michael mengaku sedih dan kecewa dengan kekalahannya, namun tetap optimis untuk turnamen berikutnya, “Ini merupakan turnamen yang luar biasa dan saya merasa sangat sedih dan kecewa dengan kekalahan ini walaupun kita sudah berusaha untuk tampil yang terbaik. Malam ini kita akan kembali ke Jerman untuk beristirahat dan menyiapkan diri pada turnamen sleanjutnya di Swis”.

Berkebalikan dengan raihan Indonesia, tim Malaysia cukup berbangga dengan meloloskan dua wakilnya ke babak final. Semangat yang terus ditularkan oleh pendukung negeri persemakmuran Inggris tersebut semakin terasa hingga memasuki babak perempatfinal kemarin dan semifinal tadi malam. Pertandingan seru Lee Chong Wei (1) dan Chen Long (5) langsung dibuka dengan reli-reli panjang yang memadukan permainan agresif smash dan netting antara kedua pemain. Bloking yang cukup sempurna dari Chen Long sempat membuat Lee kehilangan kepercayaan dirinya namun Lee berusaha untuk tetap fokus dan meningkatkan tempo serangan di akhir set. Minimnya kesalahan sendiri yang dilakukan oleh Lee membuatnya unggul 21-17 di set pertama.

[caption id="attachment_94779" align="alignright" width="300" caption="Chen Long & Lee Chong Wei"]

1299985600189096126
1299985600189096126
[/caption] Memasuki set kedua, permainan Chen tidak seagresif di set pertama. Tunggal China tersebut lebih banyak mengikuti permainan cepat Lee dan mengandalkan bola-bola sulit yang ternyata mampu diantisipasi dengan baik oleh Lee. Unggul jauh 12-6 dan 17-10, tunggal terbaik dunia tersebut akhirnya menyudahi perlawanan Chen 21-13. “Saya sangat menikmati pertandingan dan pengalaman saya selama di All England tahun ini. Saya akan mempersiapkan mental saya untuk pertandingan besok melawan Lin Dan dan saya berharap bisa menebus kekalahan saya dua bulan lalu di Korea”, papar Lee usai pertandingan.

Kemangan Lee ini akhirnya memenuhi hasrat final ideal antara dua pemain terbaik dunia saat ini setelah pada pertandingan sebelumnya Lin Dan (3) yang harus berjibaku 3 set menundukkan bintang Jerman, Marc Zwiebler. Setelah berjuang selama 63 menit, Lin akhirnya mengantongi tiket final, 21-9, 16-21, 21-11. “Sangat menyengkan bisa bertanding melawan Lin Dan”, ungkap tunggal Jerman yang baru sembuh dari penyakit flu ini. “Saya hanya berusaha untuk tampil yang terbaik, lutut saya sempat bengkak dan terasa sakit tapiapapun alasannya saya harus bisa menerima bahwa dia bermain lebih baik seperti di set pertama dan ketiga tadi”, tambah Zwiebler kemudian.

Sementara Lin yang mengaku banyak melakukan kesalahan sendiri di set kedua khususnya ketika melakukan pukulan flik di depan net dan footwork yang mati sendiri saat memblok bola di tengah lapangan. “Saya cukup kecewa dengan permainan saya di set kedua, terlalu berhasrat untuk memenangkan pertandingan ini dengan dua set. Tapi saya harus bisa tampil lebih baik, tahun kemarin saya hanya sampai di quarterfinal”, lanjut Lin kemudian.

[caption id="attachment_94780" align="alignleft" width="300" caption="Fu Haifeng/Cai Yun"]

1299985716110423329
1299985716110423329
[/caption] Dominasi Malaysia di sektor putra kembali ditunjukkan oleh duet Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (5) yang merontokkan duet peraih mahkota Kejuaraan Dunia 2010, Fu Haifeng/Cai Yun (6), 21-11, 23-21. Hasil ini memutus dominasi kemenangan Fu/Cai atas duet Malaysia tersebut selama 5 pertemuan sebelumnya sejak tahun 2009. Pertarungan kelas dunia antara kedua pasangan ini berjalan cukup seru terlebih memasuki akhir set kedua ketika terjadi kejar mengejar perolehan poin. Penempatan bola-bola sulit yang dipadu dengan smash-smash keras dan bloking yang akurat dari masing-masing pasangan.

Set kedua yang diwarnai oleh beberapa kali jatuhnya para pemain di lantai demi mengembalikan bola semakin menambah riuh suasana stadium yang kurang lebih dipadati sekitar 5000 penonton. Penempatan bola-bola sulit Fu/Cai membuta tandem Malaysia harus ‘jatuh-bangun’ demi menyelamatkan bola dan serangan-serangan duet China yang senantiasa dapat diantisipasi oleh Koo/Tan sempat mombuat ‘down’ mental pasangan China di poin-poin kritis. Fu/Cai yang sempat membalikkan keadaan dari posisi 19-20 menjadi 21-20, akhirnya harus mengubur impian mereka ketika tiga kesalahan beruntun dari pengembalian bola tanggung depan net dan smash yang terlalu melebar oleh Fu Haifeng menutup set ini 23-21.

Kekalahan ini memupuskan harapan negeri tirai bambu untuk menyapu bersih semua gelar setelah pada pertandingan sebelumnya, Chai Biao/Guo Zhendong ditundukkan oleh unggulan teratas, Mathias Boe/Carsten Mogensen, 26-24, 21-12 dalam tempo 53 menit.

(www.bulutangkismania.wordpress.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun