Mohon tunggu...
Ira Uly Wijaya
Ira Uly Wijaya Mohon Tunggu... Guru - Penulis

You not alone, Allah be with you

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senandika Hijrah di Penghujung Tahun

18 Oktober 2022   16:04 Diperbarui: 18 Oktober 2022   16:11 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penghujung tahun 2020 berakhir. Mereka sudah tak sanggup lagi merawat pak Subito. Begitu pun pak Subito yang tak dapat menahan sakitnya lagi. Tepat di awal bulan Januari pak Subito dirujuk ke rumah sakit Medan. Ia ditemani saudaranya Hijrah bernama Akbar dan Hena. Hijrah tidak dapat menemani ayahnya berobat ke Medan. Ia memilih untuk menjaga ibunya di rumah. Ibu Wenia juga mengidap penyakit komplikasi. Usianya yang sudah tua membuatnya harus banyak istirahat di rumah. Hijrah hanya bisa berdoa untuk kesembuhan ayahnya dan menanyai kabar sang ayah melalui abang dan adiknya. 

Hena sering berkirim kabar tentang kabar pak Subito dan mereka di sana. Pak Subito dirawat dengan sangat baik. Dokter menyarankan agar pak Subito menerima donor darah. Langsung saja bu Wenia dan Hijrah menyetujuinya karena mereka yakin atas keputusan dokter itu lebih baik. Setelah transfusi darah selesai, pak Subito mengalami kejang-kejang dan langsung tak sadarkan diri. Akbar dan Hena panik. Hena tak henti-hentinya beristighfar. Ia berdoa agar ayahnya cepat sadar. 

Pak Subito dilarikan ke ruang ICU. Akbar terus gelisah. Ia takut ayahnya divonis Covid dan dimasukkan ke ruang isolasi. Hena yang sedang duduk di depan teras ICU mencoba menghubungi kakaknya. Ia memberitahukan kondisi pak Subito yang semakin memburuk.

"Hijrah, ayah sekarang berada di ruang ICU. Awalnya ayah baik-baik saja. Namun setelah menerima dua kantong darah, ayah mengalami kejang-kejang dan tak sadarkan diri," ujar Hena dengan wajah lesu.

"Kenapa bisa begitu. Abang mana?" ujar Hijrah

"Abang ada di depan ICU. Abang terus menangis kak. Kakak yang sabar ya kak". 

"Panggil abang. Kakak mau bicara".

"Ini abang kak". 

"Dek. Kamu jangan bilang ya sama ibu. Kalian yang sabar ya," ujar Akbar.

"Kata kalian ayah mau dioperasi setelah donor darah. Terus kenapa gak jadi-jadi. Kenapa ayah bisa kejang-kejang? Ayah sakit apa bang?

"Itulah dek. Ayah sakit kanker dek. Makanya ada tonjolan di bagian perut ayah. Dokter memang katanya sih mau melakukan operasi sama ayah. Tapi untuk beberapa hari ini dokter menyarankan untuk transfusi darah terlebih dahulu. Hari ini ajanya ayah mengalami kejang-kejang. Beberapa minggu lalu ayah baik-baik sajanya dek.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun