Hello Sobat Kompasiana!
Setelah mereview beberapa grup Procurement yang berseliweran di WA, saya melihat saat ini banyak Perusahaan yang gencar mengimplementasikan Automation, bukan tanpa alasan, Automation menjadi salah satu project yang disorot oleh management karena bertujuan untuk efisiensi, penghematan biaya, dan keunggulan kompetitif  Perusahaan. Lalu ada pertanyaan yang ditanyakan oleh rekanan saya yang cukup membuat saya memutar otak, "Automation itu mirip AI kan? apa bedanya sih?"
Jadi, Automation bukanlah AI, tetapi AI dapat menjadi bagian dari Automation. Automation mengotomatiskan tugas-tugas rutin berdasarkan aturan, sedangkan AI memungkinkan mesin untuk belajar, beradaptasi, dan membuat keputusan lebih cerdas. Yang membuat saya lebih kepikiran adalah saat rekan saya kembali menanyakan, "Jika ada automation dan AI bukankah peran manusia kelak akan tergantikan, terus kita kerja apa?"
Dalam tulisan ini, saya mencoba untuk menguraikan sedikit kekhawatirnya (kekhawatiran saya juga sebenarnya).
Poin pertama, AI dan Automation memang dapat menggantikan tugas-tugas rutin yang memakan waktu, seperti pemrosesan data atau pencocokan Invoice dengan Purchase Order atau dokumen lainnya. Namun, saya dapat menegaskan bahwa AI tidak dapat menggantikan keterampian manusia yang lebih kompleks dan kreatif. Contohnya seperti pengambilan keputusan strategis yang melibatkan intuisi, etika, serta pertimbangan manusia tetap menjadi ranahnya manusia. Selanjutnya pemecahan masalah yang tidak terduga ("URGENT" karena ada problem insidental dan lainnya), ketika ada situasi atau tantangan yang tidak dapat diprediksi, manusia lebih mampu menyesuaikan kemudian mencari solusi yang inovatif dengan lebih cepat dan pertimbangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
Poin kedua, Automation maupun AI tetap membutuhkan pengawasan manusia untuk memastikan bahwa sistem berfungsi dengan benar dan sesuai dengan prinsip kerja atau range standar yang diterima. Manusia akan terus memegang kendali dalam pemrograman dan pengawasan AI, percayalah karena mesin hanya sebaik algoritma yang dibuat oleh manusia. Oleh karena itu, pengembangan, pemeliharaan, dan pengawasan AI tetap membutuhkan keahlian manusia didalamnya. Contoh lain yaitu, keputusan yang melibatkan masalah moral, etika, dan kebijakan memerlukan pertimbangan manusia yang lebih kompleks karena melibatkan berbagai faktor baik dari internal maupun eksternal perusahaan dan individu yang terlibat.
Ketiga, meskipun Automation dapat mengurangi beberapa jenis pekerjaan manual atau yang berulang (repetitif/daily), yang menggantikannya bukanlah manusia, tapi mesin yang bekerja sebagai tools penunjang untuk memperkuat kemampuan manusia itu sendiri. Automation dapat membantu perusahaan menghemat waktu dan biaya, meningkatkan kecepatan, dan memperbaiki akurasi. Sedangkan, untuk tugas-tugas yang perlu kreativitas, kecerdasan emosional/EQ, dan pengambilan keputusan strategis, peran manusia tetap sangat dibutuhkan.
So, apakah Automation akan menggantikan manusia? Jawabannya, tidak sepenuhnya. Sebaliknya, Automation adalah alat yang memberdayakan manusia untuk bekerja lebih cerdas dan lebih efisien sehingga memungkinkan kita untuk berfokus pada hal-hal yang lebih bernilai dan inovatif.Â
Eitssss, tapi bukan berarti kita tenang ya, saya beri contoh sebagai seorang purchaser jangan berpangku tangan dan leha-leha karena sudah dimudahkan oleh Automation, tetapi harus terus berkembang lebih baik agar tetap relevan di era yang semakin maju, kita harus memanfaatkan teknologi sambil mengasah keterampilan manusia yang tidak bisa digantikan, seperti negosiasi, perencanaan pengadaan jangka panjang, dan pengelolaan hubungan pemasok. Misalnya nih, dengan cara meningkatkan kemampuan negosiasi melalui latihan dan kursus, merencanakan pengadaan dengan analisis tren pasar (market analysis), membangun hubungan dengan pemasok melalui komunikasi rutin. Selain itu, kreativitas dan keterampilan interpersonal yang kuat akan tetap menjadi nilai tambah yang tak tergantikan oleh mesin.
Salam Hangat!
Ira