"Baiklah kalau itu yang Ibu kehendaki. Aku pergi, tapi sampai kapan pun engkau adalah ibuku. Aku senantiasa menghormatimu, menyayangimu. Namun, cintaku pada Allah dan Rasul-Nya tak bisa aku tukar dengan kemewahan yang ibu berikan."
Begitulah, dia seorang pemuda yang dulu hidup serba kecukupan bahkan berlimpah kemewahan. Kini, dia hidup sangat bersahaja, memilih hidup apa adanya dengan pakaian yang berbahan kasar. Sehari makan dan beberapa hari tak ada makanan yang masuk ke perutnya.
Saat berkumpul dengan Rasul Agung dan para sahabat, rasa haru selalu menyelimuti mereka. Rasulullah shalallahu alaihi wa salam menatapnya dengan pandangan penuh arti disertai rasa cinta kasih dan syukur dalam hati menyaksikan keteguhannya. Sementara para sahabat menundukkan kepala, memejamkan mata menahan tangis melihat dia saat ini.
Kisah ini sungguh menggetarkan hati siapa saja yang mengetahui dirinya. Seorang pemuda yang kehidupannya sangat kontras. Karena keimanan, karena cinta pada Allah dan Rasul-Nya, dia rela meninggalkan kehidupan yang bergelimang harta. Dia tinggalkan kemewahan dan kenikmatan dunia yang semu belaka.
Diakhir hayatnya hanya didapati sehelai burdah yang tak cukup menutupi jasadnya yang mulia. Ketika burdah ditutupkan pada kepala, akan terlihat kakinya. Sebaliknya saat burdah ditutupkan di kaki, kepalanya terlihat.
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam akhirnya memerintahkan, "Tutupkanlah di bagian kepalanya, sedang kakinya tutuplah dengan rumput idzkhir!"
Dia salah satu sahabat mulia di antara sahabat-sahabat Rasulullah shalallahu alaihi wa salam. Dia merupakan duta Islam yang pertama. Dialah Mush'ab bin Umair radhiallahu anhu.
***
Jepara, 27.05.2020
Maroji' :
- Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah, Khalid Muhammad Khalid. Alih bahasa Mahyuddin Syaf dkk.