Dari tafsiran singkat ini, dapat disimpulkan bahwa jika manusia tidak taat kepada Allah, melakukan maksiat terhadap Allah, maka saat itu pulalah mereka sedang melakukan kerusakan di bumi ini.
Bencana yang diturunkan oleh Allah memang bisa meninggalkan luka dan duka bagi mereka yang tertimpa. Namun tentu hal ini tidak menjadi legitimasi juga bagi kita untuk mengesampingkan akal sehat serta nurani.Â
Justru akal ini menjadi hal yang vital untuk bisa memulihkan luka tersebut. Bahkan Syaikh An Nabhani mengatakan di dalam kitab beliau, bahwa manusia akan bisa bangkit jika pemikirannya bangkit dengan akal sebagai salah satu komponen pentingnya.
Ayat tadi tentu tidak akan bisa dipahami oleh mereka yang tidak memaksimalkan penggunaan akalnya meski telah diperintahkan oleh Islam. Ayat ini pun tidak akan sampai maknanya pada mereka yang masih senantiasa diliputi hawa nafsu, tak peduli suasana bencana yang sedang menerpa. Padahal di satu sisi, risalah Islam ini sudah syaamil dan kamiil atau sudah sempurna dan menyeluruh. Hanya saja, risalah ini belum menembus benak umat secara keselurhan.
Oleh karena itu, momentum bencana ini sepatutnya menjadi bahan introspeksi bagi semua pihak, mencakup para korban, para da'i mukhlis yang menyerukan Islam, hingga ke jajaran penguasa.Â
Hendaknya para korban tidak berputus asa dari rahmat Allah, meskipun diuji dengan bencana sedemikian rupa yang menyebabkan mereka tidak mampu berpikir jernih sehingga kembali melakukan maksiat dan menantang murka Allah.Â
Para da'i yang sudah terhujam dalam diri mereka Islam, seharusnya menjadi lebih membara lagi dalam menyampaikan apa yang haq dan apa yang bathil. Melalui lisan para da'i inilah umat mampu memahami hakikat bencana yang diturunkan oleh Allah.Â
Kemudian untuk para penguasa, bencana ini seharusnya menjadi pengingat bahwa selaku pemegang kekuasaan dan penerap hukum, sungguh tak pantas jika mereka mengabaikan hukum dan aturan Allah.Â
Penguasa negeri ini juga sepatutnya melaksanakan kewajiban mengurus umat dengan maksimal, menjaga aqidah mereka dari keputusasaan dan kekufuran, sehingga tak ada lagi tangan-tangan yang menjadi sebab Allah menurunkan bencana di negeri ini. Â Wallahu a'lam bishshawwab.[]
Ditulis oleh: Iranti Mantasari, BA.IR*
*Mahasiswi Pascasarjana Kajian Timur Tengah dan Islam UI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H