Melalui ilmu yang dimiliki, akademisi sebagai sosok intelektual tentu memegang peran yang penting dalam mendidik dan memahamkan masyarakat terkait banyak aspek kehidupan. Akademisi, baik itu dosen maupun mahasiswa seringkali disebut sebagai agent of change atau agen perubahan, karena dari merekalah perubahan itu dapat bermula dan dari mereka pulalah kebangkitan pemikiran masyarakat dapat dimulai.
Mengingat strategisnya peran yang mereka pegang, jangan sampai para akademisi ini berubah menjadi agent to be changed, yakni agen untuk diubah. Jika frasa kedua yang berlaku, maka tidak menutup kemungkinan mereka akan dijadikan sebagai dalih atas tindakan yang dilakukan pihak hitam. Tridharma pun jangan sekadar menjadi formalitas bagi siapapun yang mengaku akademisi, namun malah memberi andil dalam mendeteriorasi Tridharma itu sendiri.
Setiap akademisi harus memahami betul peran krusialnya untuk masyarakat. Adalah hal yang tak bijak jika akademisi menjadi corong bagi pihak yang senantiasa menyetir orang lain guna mendapatkan kepentingannya. Sesuatu yang benar harus disampaikan tanpa harus dikurang-kurangi atau dilebih-lebihkan. Pun apa yang salah harus ditunjukkan juga kepada publik.
Apabila akademisi mampu dibungkam suaranya terhadap kebenaran atas nama seonggok kepentingan, maka saat itu pulalah dunia ini kehilangan sosok yang dapat menyalakan lilin dalam gelapnya malam, yang dapat mencerahkan umat di tengah simpang siurnya kebatilan dan kebenaran.
Oleh: Iranti Mantasari, BA.IR
*Penulis adalah mahasiswi pascasarjana Kajian Timur Tengah dan Islam konsentrasi Politik dan Hubungan Internasional Universitas Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H