Mohon tunggu...
Irani Putri
Irani Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiwa

saya adalah mahasiswa aktif di ilmu komunikasi universitas sriwijaya saya memiliki hobi menulis dan saya suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Social Media dan Suara Rakyat: Membangun Strategi Pemilu di Era Digital

2 Oktober 2024   07:26 Diperbarui: 2 Oktober 2024   07:59 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pemilihan umum (pemilu) di era digital telah mengalami transformasi signifikan, mengubah cara kandidat, partai, dan pemilih berinteraksi. Dengan pesatnya perkembangan teknologi dan penggunaan media sosial, strategi pemilu kini harus disesuaikan untuk menghadapi tantangan baru sekaligus memanfaatkan peluang yang ada.

Sosial media memiliki kemampuan untuk menyebarkan informasi dengan cepat dan luas. Berita dan opini yang dibagikan di platform ini dapat mencapai audiens global dalam hitungan detik. Dalam konteks politik, informasi ini bisa berupa program kerja, visi, dan misi kandidat, serta kritik terhadap kebijakan yang ada. Pengguna sering kali lebih cenderung mempercayai informasi yang datang dari sumber-sumber yang mereka ikuti, menjadikan sosial media sebagai alat yang ampuh dalam membentuk persepsi publik.

Salah satu keunggulan sosial media adalah kemampuannya untuk memfasilitasi interaksi langsung antara kandidat dan pemilih. Melalui postingan, komentar, dan sesi tanya jawab, kandidat dapat mendengarkan aspirasi dan keluhan masyarakat secara langsung. Hal ini memberikan kesempatan bagi pemilih untuk merasa lebih terlibat dan didengar, serta meningkatkan loyalitas terhadap kandidat yang responsif.

Era digital memungkinkan kampanye untuk lebih personal dan relevan. Data analitik dapat digunakan untuk memahami perilaku dan preferensi pemilih, memungkinkan penyesuaian pesan yang lebih tepat sasaran. Dengan memanfaatkan teknologi, kandidat dapat menyampaikan pesan yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Salah satu tantangan terbesar di era digital adalah penyebaran disinformasi. Berita palsu dapat dengan mudah menyebar dan memengaruhi opini publik. Untuk menghadapinya, penting bagi kandidat dan tim kampanye untuk tidak hanya fokus pada penyebaran informasi positif, tetapi juga aktif dalam meluruskan berita yang menyesatkan. Edukasi pemilih mengenai cara mengidentifikasi informasi yang valid juga menjadi kunci.

Irani Putri

MAHASISWI ILMU KOMUNIKASI FISIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun