Mohon tunggu...
iramaya rumbekwan
iramaya rumbekwan Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Waktu Tuhan Pasti Yang Terbaik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Amplop Biru Masa Lalu dari Papua

31 Agustus 2021   13:30 Diperbarui: 31 Agustus 2021   13:40 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Sore ini aku harus pergi ke gereja untuk kegiatan pembelajaran kateksasi. Setelah kegiatan selesai aku juga langsung pulang. Saat keluar di pintu gereja, Seseorang menarik tanganku. Karena sudah malam, aku tidak mengenal siapa yang menarik tanganku dan membawaku. Sampai di halaman parkir Arya membuka penutup jaket dari kepalanya. "Arya,,,"kataku setengah berteriak karena kaget. Arya menutup mulutku. " Diam Mika" bisik Arya pelan. "Aku tahu kamu ingin menghindar dariku"kata Arya menatapku. "Mika, Aku minta maaf karena tidak bisa melihatmu seperti ini. Aku tahu keputusanku mendekatimu akan membuatmu merasa tersisih tetapi katakan padaku Mika, apa aku salah jika memiliki rasa cinta untukmu. Bagaimana aku bisa menyukai cewek-cewek yang tergila gila padaku tetapi aku tetap mencintaimu. Di depan gereja aku bersumpah  padamu bahwa aku mencintaimu Mika tapi bukan karena insiden seminggu yang lalu tetapi ikutlah aku ke rumahku dan aku akan menjelas semuanya. Kami pergi dengan motor KLXnya.

          Kami tiba di sebuah rumah mewah dengan halaman yang begitu luas. Satpam rumah itu membuka pintu pagar teralis yang indah. Bunga-bunga di tamannya semuanya tertata rapi dan indah seperti istana. Arya memegang tanganku dan masuk ke dalam rumah yang di hiasi pilar-pilar besar dan perabotannya seperti kristal yang berkilauan. Rumahnya sepi bukan karena tidak ada orang tetapi terlalu besar untuk ditinggali. "Selamat malam Tuan dan nona. Tuan, saya buatkan makanan atau camilan? Minumnya apa Tuan yang akan saya buat?" kata pembantu itu menyapa dengan hormat. " Bibi Sri tolong buat camilan dan jus lemon dan jus apel. Di antar ke kamar saya.

          "Arya,,,"kataku merasa kuatir. "Mika,,, Aku tidak akan melakukan hal yang menyakitimu dan aku akan menjagamu selalu"kata Arya lembut. "Ayo duduk' kata Arya lagi. Kamar Arya begitu besar dan memiliki ruang tamu. Tidak lama Bibi Sri datang membawa pesanan Arya. "silahkan nona" kata bibi Sri sambil membungkuk. "Terima kasih Bi" kataku pelan. Arya sudah setengah jam di kamarnya, dan aku masih menunggu diruang tamu mini kamarnya. Tidak lama dia keluar membawa sekarton tumpukan kertas. "Mika, maaf membuatmu menunggu"kata Arya. Arya menaruh karton itu tepat di depanku. "Kamu kenal amplop ini?" kata Arya menyodorkan sebuah amplop yang masih berisi surat. Aku memegang amplop biru muda yang begitu cantik bertuliskan nama Dihyan A P. Aku melepas amplop itu saat aku membaca nama dan alamat pengirimnya. Aku lihat semua amplop itu dan semuanya dariku. "Arya,,, kauuu.........." kataku tak kuat lagi menahan air mataku dan tiba-tiba aku tak bisa melihat apa apa lagi. Brukkk " Mika,,, ayo buka matamu"panggil Arya sambil memelukku. "Mika,,, sadarlah. semua akan baik baik saja"kata om dokter yang berada disampingku ditemani Arya. Aku terus menangis. "Mika, tenanglah kata Arya kuatir. "Aku ingin pulang Arya"kataku sambil memegang tangannya. "tolong Arya, aku tidak kuat lagi"kataku memeluk Arya. Ayunda pun ikut menangis melihat keadaanku. "kakak, sabar ya kak" kata Ayunda membelai rambutku. "Kakak istirahat dulu, kakak kurang sehat ya"kata Ayunda lagi. "Arya, ini obat untuknya, dia mengalami sedikit shock tetapi kamu harus menjelaskan semuanya dengan hati-hati. om pergi dulu Mika" kata om dokter tersenyum padaku.

          Aku terbangun dan masih berada di kamar Arya dan kulihat Arya tertidur dikursi sambil memegang tanganku. "Mika,,, maafkan aku" kata Arya membuka matanya dan memelukku. "Aku akan bawakan kamu makanan, Aku sudah menelpon ibumu sebentar lagi ia datang" kata Arya beranjak dari tempat duduknya. "Arya, aku ingin tahu semuanya"kataku lirih dan tak terasa air mataku pun berlinang. "Baiklah Mika, tetapi aku ingin kau tahu cintaku tulus untukmu. Sebenarnya aku memiliki saudara kembar namanya Dahyon Aryo Prambudi. Kami punya banyak kesamaan bahkan ayah dan ibuku sulit membedakan. Waktu itu kami masih duduk di sekolah dasar dan kami tinggal di Samarinda.  dan saat itu juga Ayahku berlangganan majalah Bobo. Saudaraku Aryo suka sekali menulis puisi, Dia mengirimnya tanpa henti ke majalah bobo dan ketika salah satu puisinya disetujui,ia sangat senang sekali. Tetapi kami sekeluarga tidak tahu kalau puisi itu atas namaku.  Aku juga tidak suka membaca majalah bobo jadi aku tidak tahu tentang hal itu. Suatu hari tukang pos mengantar surat dari Papua. Saudaraku yang mengambil dan membaca surat-surat itu. Tidak terasa kami sudah masuk salah satu SMP di kota Samarinda. Suatu sore saudaraku membawa motor KLXnya untuk jalan-jalan dan menjelang malam kami mendengar berita dari kepolisian setempat bahwa ia tertabrak dan meninggal di tempat kejadian.  Ayah dan Ibuku langsung shock terlebih diriku sebagai saudara kembarnya. Ketika akan diadakan pemakaman tukang pos mengantar surat darimu. Aku membacanya dan membalas suratmu dengan sebuah foto kuburan yang menjelaskan saudaraku sudah meninggal. Aku tidak cerita pada ayah dan ibuku karena kondisi mereka yang tidak mau membicarakan atau menyebut nama Aryo. Kemudian Aku pindah sekolah ke Papua tepatnya di kota ini karena bisnis ayahku maju dengan pesat.  Aku mencari tahu dirimu berdasarkan alamat disuratmu. Selama kamu menjadi sahabat pena Aryo, tidak pernah ada foto yang di kirim. Aku mendapati alamatmu dan aku baru tahu bahwa kamu satu sekolah dengan adikku. Siang itu dengan motor Aryo aku mengantar tugas adikku yang ketinggalan. Tiba-tiba aku menabrakmu. Dan aku kaget saat sahabatmu Vani memanggil namamu. Aku ingin bicara padamu tetapi sepertinya kita tidak punya waktu berbicara. Aku mengatakan namaku di pantai dengan jelas padamu tetapi sepertinya kamu tidak mendengar perkataanku dan terus tersenyum. Aku pikir mungkin ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu. Aku berusaha mendekatimu tetapi kau menghindar terus. Kau tahu, aku membaca semua isi surat darimu. Dan aku tahu saudaraku sangat menyukaimu. Aku membaca semua tentang hobbymu dan makanan kesukaanmu, cerita tentang ibumu yang harus bekerja keras setelah ayahmu tiada melalui surat itu. Ketika aku merindukan saudaraku itu, aku membaca surat-suratmu. Mika,,,aku mencintaimu bukan karena saudaraku tetapi aku tahu kamu cewek spesial dalam hidupku"kata Arya menggenggam tanganku. "Mika mungkin kita berbeda dalam status sosial tetapi bagiku kau adalah yang sahabat pena terbaik yang telah Aryo berikan untukku dan kau tahu kenapa aku tidak tertarik dengan cewek-cewek lain karena aku tertarik pada pandangan pertama ketika memegang amplop biru suratmu" kata Arya meyakinkan diriku. Aku tersenyum menatap Arya. Ternyata Arya tidak seperti cowok lainnya, Dan dia benar-benar mencintaiku dan perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan.

          "Mika, selamat ya ternyata kamu punya cowok yang keren dan luar biasa, ingat ya kamu harus mentraktirku karena utang cerita padaku" kata Vani melirik Arya yang menungguku dengan motor KLXnya didepan pintu pagar sekolah. "Hai Arya, jaga sahabatku ini jangan sampai ia bersedih karena aku yang akan membalasmu" kata Vani ketus depan Arya. Arya hanya tersenyum menatap Vani. "Sampai ketemu Van" Kataku sambil melambaikan tanganku ke arahnya.

#Untuk  Mengenang Sahabat Penaku Yang Telah Tiada 

      

 

          

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun