Mohon tunggu...
iramaya rumbekwan
iramaya rumbekwan Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Waktu Tuhan Pasti Yang Terbaik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Amplop Biru Masa Lalu dari Papua

31 Agustus 2021   13:30 Diperbarui: 31 Agustus 2021   13:40 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siang itu cerah sekali, Aku baru saja berjalan melewati pintu pagar sekolah. "ufff ahh" aku beringgis kesakitan karena terjatuh, "Maaf, maaf ya" kata seseorang  sambil meraih bahuku. 'Tidak apa" kataku pelan menatapnya. "Mika, kamu baik baik saja?" kata Vani setengah berteriak. Cowok itu yang masih memegang bahuku langsung melepas rangkulannya. " Maaf ya, aku buru-buru antar buku untuk adikku  disini, mari aku antar ke rumah sakit" katanya pelan.

"Tidak perlu, Kami bisa sendiri" kata Vani kasar menolak tawarannya mentah mentah. Aku hanya bisa diam karena menahan rasa sakit di kakiku.  " Ayo Mika, mari aku bantu, kita naik mobilku" Kata Vani masih kesal dengan cowok tadi.  Kami berjalan ke arah mobil Vani dan lansung pergi dari situ. Aku melirik ke samping mobil, cowok itu masih berdiri disitu menatap  kepergian kami.

 "Mika, aku pulang dulu" kata Vani setelah mengantarku sampai di kamar. "Iya Van, Makasih ya" jawabku lirih. Vani memelukku dan langsung bergegas untuk pulang.ke rumahnya. Vani adalah teman baikku. Kami bersahabat sejak kelas 5 SD. Waktu itu Vani baru saja pindah dari kota lain karena orang tuanya bekerja di kota ini. Vani memiliki segalanya karena orang tuanya termasuk orang berada dan juga memiliki bisnis keluarga. Ia juga memiliki 2 saudara laki-laki yang saat ini sudah memiliki pekerjaan dan kehidupan yang mapan. Yang anehnya sampai hari ini aku masih bingung mengapa Vani sangat suka berteman denganku. Aku hanya gadis miskin yang ibunya bekerja sebagai tukang cuci. Ayahku sudah lama meninggalkan kami sejak aku masih 5 tahun. Kami hanya tinggal dirumah dinas peninggalan belanda warisan ayahku.

Aku terbangun saat ibu memanggilku untuk makan. ternyata aku ketiduran sampai sore. Aku langsung mandi sekalian bersihkan luka dilututku dan minum obat. Aku terbiasa mengurus semuanya sendiri. Aku tidak ingin merepotkan ibuku yang setiap hari bekerja untuk menghidupi kami berdua.  Aku tidak memiliki saudara.  Aku juga jarang  kumpul-kumpul sama teman  sekompleks karena waktuku lebih banyak untuk kegiatan di gereja.

          Setelah makan aku bergegas ke gereja karena sudah jam 5 sore. Setibanya disana sudah banyak  teman-teman kumpul  untuk pembelajaran kateksasi untuk yang sudah berumur 17 tahun ke atas untuk menjadi anggota SIDI jemaat. Yang ikut kegiatan ini hampir 100 orang jadi aku hanya kenal teman -teman yang serayon denganku.

           "MIka,,, " Seseorang memanggilku tapi aku sedang melihat akun sosialku di hp jadi aku tidak menoleh atau menjawab sedikitpun. "Mika,,,???" Kata seseorang tepat disampingku. Aku menoleh tetapi aku tak mengenalnya karena sudah pukul 7 malam dan lampu jalan depan gereja juga agak remang.  "Maaf? Kamu siapa?" Kataku agak bingung. "Maaf, Aku Rio. Aku juga ikut kegiatan gereja tadi sama kamu.  Mungkin kita tidak saling kenal karena aku di rayon lain" Kata cowok itu sambil memperkenalkan diri.  

          Belum 1 menit sebuah motor KLX  parkir di depanku " Mika, ayo naik aku antar kamu, sudah malam"  Kata cowok ini sedikit tegas. Aku melihatnya dengan kebingungan "Kamu???" jawabku lagi. "Ayo Mika" katanya lagi meraih tanganku. Aku jadi bingung tapi aku tidak berkata apapun dan menurutinya. kami meninggalkan Rio yang kebingungan karena sikapku yang mengacuhkannya. 

          Sepanjang perjalanan pulang aku hanya diam. Entah kenapa atau mengapa, aku tidak tahu.  Aku baru turun dan cepat cepat mau masuk rumah. Ia meraih tanganku "Mika,,,, aku minta maaf atas kejadian tadi siang. Aku merasa bersalah padamu. Aku juga  minta maaf mengikutimu dan Vani sampai di rumahmu.  Tadi sore aku bermaksud untuk menjengukmu untuk minta maaf tapi ku lihat kau buru-buru. pergi dengan angkot.  Aku mengikutimu ke gereja dan menunggu sampai pulang. Aku hanya ingin kamu aman sampai di rumah. Maaf aku telah bersikap tidak sopan kepadamu didepan temanmu" katanya menjelaskan panjang lebar . " Tidak apa, aku masuk dulu, terima kasih" jawabku pelan. "Mika,,, " katanya lagi. Aku menutup pintu. Aku jadi marah pada diriku yang pergi begitu saja tapi  aku juga belum mengenalnya, apakah dia orang yang baik atau tidak bahkan namanya saja aku tidak tahu.  Aku juga merasa aneh ketika ia bicara seakan lidahku keluh dan perasaanku jadi takaruan. 

          "Mika,,,,,,,Mika,,,,,,"panggil ibuku mengetuk pintuku berulang ulang dengan suara keras. "Ya bu,,,"kataku masih mengantuk. "Ayo bangun,  sudah telat sekolahnya, cepat bangun" kata ibuku kesal.  ku lirik  jam  arlojiku. Wah ternyata sial betul diriku. cepat -cepat aku mandi dan berganti pakaian. kusiapkan buku-buku dengan cepat. Aku tak sempat sarapan dan buru-buru tunggu angkot di depan rumahku. " Ayo Mika,,,,aku antar,,," Kata suara yang tak asing lagi ku dengar. Pemuda itu berhenti dengan motor KLXnya  didepanku. Tak ada pilihan aku langsung ikut.  " Maaf Mika,,,, aku akan sedikit kencang  dengan motor ini karena aku juga telat. tolong peluk aku supaya kamu jangan jatuh. Aku mohon" katanya lagi. Aku terpaksa memeluknya. Sekolahku cukup jauh sekitar setengah jam dengan angkot.  Kami tiba saat lonceng sekolahku berbunyi.  "Terima kasih" kataku pelan. Ia  hanya tersenyum langsung tancap gas  untuk ke sekolahnya. 

          "Mika, kamu tidak istirahat ya ? " kata Vani memelukku dengan tersenyum. " Tidak Van, aku masih tidak enak badan. kakiku juga masih perih"jawabku. "Nih...aku belikan kamu, kue favoritemu" kata Vani sambil mengeluarkan sebuah  kotak dari bungkusan plastik.  "Yuk makan,,, hmm,,, Mika, kamu tahu tidak cowok yang kemarin nabrak kamu? Dia itu kakaknya ade kelas kita yang bapaknya punya showroom mobil  dibeberapa kota besar. Rumahnya mewah dan banyak pengawal dan pelayannya. Tetapi anehnya dia bawa motor padahal mobilnya banyak. Adenya saja pakai mobil mewah kesekolah. Tapi dipikir-pikir dia juga ganteng loh...aku juga suka padanya, banyak  sekali cewek di kota ini yang  mengincarnya tapi orangnya terlalu angkuh dan sombong begitu" Kata Vani menjelaskan siapa  cowok itu. Aku hanya tersenyum mendengar ceritanya.

          "Vani,,,,"panggilku. "kamu duluan ya, aku ada rapat osis dan persiapan pertandingan basket antar sekolah"kataku. "Ok, jangan lupa telpon aku kalo ada sesuatu ya" katanya lagi. Setelah rapat osis. Aku menyiapkan tim sekolahku untuk pertandingan basket putri minggu depan. Aku  sebagai kapten  tim harus bisa memotivasi teman temanku untuk selalu semangat. Aku juga memberitahu mereka bahwa lututku sedikit perih karena terjatuh jadi untuk latihan sebentar sore aku belum bisa ikut tetapi aku akan berusaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun