Being a tour guide and tour leader (online), in the time of corona...
Jadi gue mau curhat. Wabah corona ini adalah cobaan berat bagi para insan pariwisata, termasuk profesi tour guide and tour leader yang menggantungkan nasib dari kegiatan traveling.
Praktis, sejak ada wabah covid-19 ini semua kegiatan traveling harus distop. Gara-gara corona, para tour guide/tour leader pun jadi zero income selama berbulan-bulan. Barbie jadi pusying, gimana caranya bisa bayar cicilan Mercedez-Benz dan sepetak tanah (kuburan) di Pondok Indah coba?!
Dan selama berbulan-bulan, gue pun berstatus sebagai "guide mantab" alias "makan tabungan" uhuhuhu... Jadi kalo kemarin-kemarin lo tanya, "Gimana kabar lo ra?" terus gue jawab, "Mantabh!" bisa jadi itu gue lagi ngenes karena udah bosen makan tabungan berbulan-bulan.
Para tour guide dan tour leader, yang selama ini bisa berbangga diri, "Nih kerjaan terbaique, bisa jalan-jalan gratis keliling indonesia, keliling dunia, plus dibayar pula," akhirnya harus dijatuhkan ego sampai ke dasar.
Dalam kondisi wabah di mana traveling disebut sebagai kegiatan yang "membahayakan nyawa" akhirnya harus gigit jari kudu nyungsep di rumah sampe berbulan-bulan.
Menurut para senior tour guide/tour leader, kondisi wabah corona ini bahkan lebih buruk dampaknya bagi pariwisata dibanding krisis ekonomi parah yang terjadi tahun 1997-1998. Dunia pariwisata yang sering dibanggakan sebagai pendatang devisa terbesar bagi banyak negara termasuk Indonesia saat ini jadi kehilangan darah seperti mati suri.
Di 3 bulan pertama, harus berhadapan dengan dampak dari wabah corona ini, bohong kalo dibilang gue ga stres. Dan kalo stres tuh, tabiat gue jelek. Bawaannya pengen makan duren montong.
Lo tau kan beli duren montong mahal, mana kantong kan lagi kembang-kempis. Ini namanya BPJS, Bujet Pas-pasan Jiwa Sosialita.
Gue juga terlena dengan lagu harapan semu kalo "badai ini segera berlalu", karena terus "in denial" jadinya cuma santuy nunggu sambil berharap wabah corona bakal pergi dalam hitungan dua-tiga bulan, dan enyah begitu ramadhan datang.
(emangnya miss corona takut dengan bulan ramadhan? seperti si jaka sembung bawa golok, kagak nyambung kan ya bok)
Sampe pada suatu titik, gue akhirnya nyadar "Ok, nih miss corona kayaknya bakalan lama deh minggatnya." Trus gue juga banyak baca sejarah tentang wabah penyakit dunia (pandemi) yg pernah terjadi tiap rentang 100 tahun.
Jadi yang namanya pandemi ga ada tuh yang cuma bertahan dalam hitungan bulan. Biasanya berlangsung bisa selama 2-3 tahun seperti Flu Spanyol yang terjadi di awal abad 20 dan wabah Kolera yang terjadi di abad 19. Wabah SARS yang terjadi dalam lingkup regional 10 tahun lalu aja berlangsung hampir 1 tahun. Apalagi saat ini lingkupnya dunia.
Busett, masa gue harus nunggu selama itu terus jadi "guide mantab"? Masalahnya saldo tabungan gue "beda tipis" dengan Nia Ramadhani. Dia itu kan Crazy Rich Indonesian, kalo gue bisa jadi Crazy Beneran.
Akhirnya ya udah, gue belajar untuk "berdamai" berhadapan dengan miss corona ini. Gue pun jadi nyari akal dan putar otak gimana caranya bisa terus "bercerita" (story telling) seperti halnya yang gue lakukan selama ini dari profesi tour guide/tour leader.
Dan akhirnya gue ketemu tuh ada yang namanya tur virtual. Awalnya sih gue ikutan jadi peserta di beberapa komunitas yang bikin tur virtual dengan rute-rute keliling kota. Lalu akhirnya gue dan tim gue di Wisata Kreatif Jakarta (WKJ) mulai deh kasak-kusuk gimana kalo kita bikin juga, supaya kita juga bisa ada income lagi.
Setelah persiapan beberapa minggu, akhirnya tim Wisata Kreatif Jakarta, meluncurkan Wisata Virtual sejak awal bulan Mei, saat Ramadhan tiba. Dan rute-rute yang kita tawarkan juga beragam, dari kelliing Jakarta, Nusantara, dan dunia.
Buat yang belum tau, konsep Wisata Virtual yang dilakukan tim WKJ adalah menggunakan aplikasi Zoom, dan tour guide/tour leader akan memandunya dengan menggunakan Google Maps/foto/video dan tentu denagn didukung oleh cerita (storytelling). Jadi tur yang biasanya dilakukan offline, pindah ke online, via dunia maya gitu.
Wisata Virtual yang dilakukan tim WKJ sempat banyak diulas media nasional, sebagai cara kreatif untuk "traveling keliling indonesia/dunia" di masa pandemi. Dan sempat diulas di Program Kick Andy Show Metro TV.
Mimpi apa gue yang orang Tanjung Priok bisa foto bareng dengan Bang Andy Noya di satu panggung (entar deh kapan kapan gue cerita lagi tentang keseruan gue akhirnya bisa amprokan dengan sang idola).
Tapi buat tim kami, memandu tur virtual ini adalah cara kami untuk tetap survive melalui profesi tour guide/tour leader, selama pandemi berlangsung. Setidaknya dengan tur virtual bisa menyalurkan kerinduan kami untuk terus bercerita dan memandu tur walaupun hanya via dunia maya.
Buat gue sendiri, banyak banget sih hikmah yang gue dapet selama pandemi ini yang akhirnya memaksa gue harus belajar banyak hal termasuk memandu tur secara vitual.
Siapa pernah mengira, kalo pekerjaan tour guide/tour leader yang selama ini keluyuran dan ngebolang ke banyak tempat, sekarang juga bisa dilakukan dari rumah bermodalkan gadget dan koneksi internet?
Dalam 4 bulan memandu wisata virtual, alhamdulilah gue tetep bisa "ngebolang" memandu tur ke puluhan kota di Indonesia dan negara. Ya tentu saja lewat dunia maya. Income yang didapat juga alhamdulillah, walaupun masih jauh dibandingkan kondisi normal sebelum pandemi. Tapi ya lumayan daripada lumanyun.
Zaman terus berubah, dan mungkin pandemi ini memaksa kita semua untuk berubah secara cepat. Di masa pandemi ini, banyak kegiatan offline yang memang mau gak mau harus pindah ke online. Ya termasuk kegiatan berwisata.
Gak ada pilihan lain yang bisa dilakukan seorang tour guide/tour leader seperti saya selain harus beradaptasi dengan perubahan. Pandemi mengajarkan bahwa fisik kita boleh dibatasi tapi tidak dengan pikiran dan daya imajinasi yang bisa berpetualang dan melanglang jauh ke mana saja.
Tentu gak ada yang bisa menggantikan kenikmatan traveling secara fisik. Wisata dunia maya ini pun tentu beda sensasinya dengan berwisata beneran. Begitupun tugas menjadi tour guide/tour leader online tentu beda banget.
Pandemi ini juga menyadarkan gue tentang betapa hidup ini bener-bener seperti roda. Yang tadinya bisa berbangga diri dan merasa di atas, tiba-tiba saja bisa "berputar cepat ke bawah" dalam hitungan waktu singkat.
Jujur selama menjadi tour guide/tour leader selama belasan tahun, memang baru ini gue merasakan cobaan berat dalam menjalani profesi yang gue cintai. Tapi dari sinilah gue belajar begitu banyak pelajaran dan juga hikmah hidup. Termasuk "memperjuangkan" sesuatu yang dicintai.
"Kalo lo bener bener cinta dengan sesuatu, lo pasti cari cara jalan keluar dong ya kalo dikasi ujian?" gitu pertanyaan malaikat penjaga gue. Yes i love my job, and i love storytelling.
Bersyukur banget gue bisa menemukan jalan keluar dengan menjalani wisata virtual ini. Setidaknya gue tetap bisa menyalurkan passion gue yaitu bercerita. Syukur-syukur bisa menyebarkan spirit optimisme tentang dunia pariwisata. Walaupun gak ada seorang pun yang tau kapan corona ini enyah dari muka bumi dan dunia pariwisata bakal normal lagi.
Gue juga harus berterima kasih dengan organisasi profesi tempat gue bernaung yaitu HPI Jakarta Official yang diketuai bang Revalino Tobing dan ITLA Itla Secretariat yang diketuai Bu Tetty Ariyanto. Selama ini mereka sudah sangat memberi support luar biasa kepada para rekan tour guide/tour leader dengan cara memberikan pelatihan, networking, dan sebagainya.
Semoga kiranya Tuhan dan semesta ini membalas jasa-jasa baik para pengurus organisasi yang secara sukarela udah mau repot jungkir balik memikirkan para anggotanya di tengah situasi serba prihatin ini.
Btw, gaes... Kalo di masa sulit seperti ini lo masih punya teman-teman yang mau repot mikirin nasib lo, be very thankful. Kalo lo udah nemu orang orang seperti itu, jaga baik-baik pertahanin dan perjuangkan juga kehadiran mereka, coz they're your true friends.
Gue pun berharap dan ikut mendoakan, semoga rekan-rekan insan pariwisata yang terdampak corona ini diberikan kesehatan, kesabaran, dan selalu diberikan jalan keluar atas apapun yang dilakukan saat ini untuk survive. Semoga ada kesempatan untuk kerja bareng lagi, bawa tur rame-rame lagi. Semua pasti ada waktunya.
Wabah pandemi seperti ini terjadi tiap 100 tahun sekali. Kalo kita "terpilih" menjalani hidup di masa saat wabah corona ini apakah ini suatu kutukan cobaan? Atau malah bisa jadi keberuntungan? Semua tergantung dari sudut pandang mana kita mau memaknainya.
Terima kasih juga untuk Kalima, TNT Tour/Tia Handimuljana, FLASHCATION yang selama ini sudah memberi ruang sebagai tempat belajar dan memberi kesempatan untuk saya terus mengasah skill menjadi tour guide/tour leader online. :)
PS : Buat yg tertarik ikutan Wisata Virtual yg diadakan Wisata Kreatif Jakarta, jadwalnya ada tiap hari bs cek jadwal dan daftarnya di link bit.ly/RegWisataKreatifJKT atau cek di IG/fanpage @wisatakreatifjakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H