Berkat sang Paman yang memotivasinya untuk menjadi penyanyi, Bardi mengikuti kompetisi menyanyi bergengsi di Tuscany dan secara mengejutkan keluar menjadi juara.
Namun suatu kejadian yang menyebabkan Bardi remaja kehilangan suara, akhirnya membuatnya trauma dan melupakan impian menjadi penyanyi, dan beralih kepada dunia sekolah.
Walaupun mengalami kebutaan, Bardi memiliki banyak kebisaan dan bakat. Selain menguasai beberapa alat musik, sejak remaja ia juga bisa mengendara motor. Ini menunjukkan betapa Bardi tidak menganggap keterbatasan fisiknya penghalang untuk banyak hal.
Kebutaan juga tidak menghalangi Bardi untuk untuk meraih gelar sarjana ilmu hukum dan bahkan sempat berpraktik sebagai pengacara. Dengan motivasi dari ibunya, dia meraih gelar sarjana ilmu hukum di University of Pisa dengan mempelajari dokumen berhuruf braille. Setelah lulus, ia bekerja sebagai pengacara, malam hari menyanyi di bar.
Perjalanan takdir menuntun Bardi bertemu dengan Luciano Bettarini, yang dijulukinya sebagai Sang Maestro, yang akhirnya menjadi gurunya. Maestro musik tersebut yang membuat Bardi semakin mahir dalam bernyanyi.
Setelah bertahun tahun jatuh bangun membangun karir sebagai penyanyi dan tak kunjung mendapatkan jalan terang , Bardi mendapatkan tawaran kolaborasi dengan band rock tenar Zucchero, untuk ikut serta dalam rangkaian tur mereka.
Pada 3 Mei 1993, Bardi bernyanyi dalam konser besar pertamanya bersama Zucchero. Sejak itulah karir Bardi sebagai penyanyi opera mulai dikenal di seantero Italia, hingga kini menjadi penyanyi opera kaliber dunia.
Penuh Dialog Dialog Puitis
Sepanjang film , terutama ketika masa kejatuhan dan kebangkitan, banyak ditemukan dialog puitis dengan makna mendalam. Misalnya, ketika pamannya memberikan dorongan saat Bardi ragu dengan suaranya, ia berkata, “Beryanyilah hingga kau tak bisa mendengar suaramu.”
Ada juga kalimat yang paradoks namun mengandung makna yang dalam, dan menggambarkan bagaimana kondisi kesempatan kerja bagi tuna netra kebanyakan di masyarakat , seperti “Aku tak mau menjadi orang buta yang mengerjakan pekerjaan sebagaimana orang buta seperti tukang pijat, operator telepon, dan musisi.” Kalimat ini beberapa kali diulang jelas Bardi dalam film saat putus harapan.
Hal mengharukan juga terlihat dalam dialog awal ketika Bardi pertama kali mengalami kebutaan. Bardi kecil meraung sambil berkata, “Mama bantu aku, kemana perginya matahari? Aku tak bisa melihatnya.”