Patung Gusdur, Sang Humoris, di kediaman almarhum di Jagakarsa
Bagaimana kita selama ini memaknai arti persahabatan? Beberapa waktu lalu saya menghadiri sebuah diskusi menggugah tentang pemikiran Gus Dur dengan pembicara Pak Tony Doludea , peneliti dari Abdurrahman Wahid Institute Univ. Indonesia (saya baru tahu di UI ada Pusat Studi Gus Dur). Topik diskusi tersebut adalah Gus Dur & Politik Persahabatan
Diskusi tersebut sangat menggugah, membahas bagaimana seorang Gus Dur menjalankan "Politik persahabatan" sepanjang hidupnya, hal yang sangat jarang ditemui saat ini, termasuk di kalangan tokoh publik yang seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat.
Gus Dur selalu berusaha menjadi sahabat bagi siapa saja, bahkan bagi mereka yang bersebrangan atau berbeda akidah. Karena itulah, Gus Dur sering mendatangi berbagai rumah ibadah untuk merangkul berbagai pemuka agama. Gus Dur juga selalu hadir membela kalangan minoritas dan individu yang mengalami diskriminasi.
Saat jemaah Ahmadiyah diusir dari kampung halamannya , Gus Dur hadir membela mereka. Saat umat Gereja Yasmin di usir dari Gereja mereka, Gus Dur hadir mendukung mereka. Saat golongan keturunan Tionghoa yang selama zaman Orde Baru banyak mendapat diskriminasi, Gus Dur pun hadir membela mereka. Bahkan menghadiahi golongan keturunan Tionghoa dengan mencabut UU yamg mendiskriminasi mereka dan membolehkan perayaan Imlek dilakukan secara terbuka.
Gus Dur juga tidak segan membela diskriminasi yang dialami individu. Saat Inul Daratista, Dorce Gamalama dipersekusi oleh sekelompok orang yang tidak suka dengan kehadiran mereka, Gus Dur hadir berani pasang badan untuk mereka , dimana kebanyakan orang memilih untuk balik badan atau memililh tak peduli sama sekali.
Gus Dur tahu, orang orang yang dibelanya bukannya tidak punya cela sedikitpun. Tapi adakah manusia yang tanpa cela?
Bagi Gus Dur, setiap manusia punya sisi baik. Karena itulah Gus Dur selalu berusaha menjadi sahabat bagi semua golongan , yang membantu melihat sisi sisi baik setiap orang atas dasar kemanusiaan dan juga berusaha HADIR untuk mereka saat dibutuhkan. Gus Dur hadir untuk memanusiakan setiap orang.
Bahkan dengan orang orang yang bersebrangan dengannya, Gus Dur juga selalu berusaha melihat sisi baik dari mereka. Bahkan saat Gus Dur dipaksa turun dari kursi Presiden secara inskonstitutional yang dimotori oleh Amien Rais, Gus Dur pun legowo memilih mundur, karena menurutnya " Tak ada jabatan apapun di dunia ini yang perlu dipertahankan dengan pertumpahan darah".
Saat itu, bahkan banyak "teman teman dekat" Gus Dur berbalik badan dan berkhianat meninggalkan Gus Dur. Hingga akhir hayatnya, Gus Dur tidak pernah menyimpan dendam kepada mereka atau mengganggap mereka sebagai musuh. Gus Dur memilih Memaafkan siapa saja yang telah berbuat zalim kepadanya.