Mohon tunggu...
Ira Lathief
Ira Lathief Mohon Tunggu... Penulis - A Friend for Everybody, A Story Teller by Heart

Blogger、Author of 17 books、Creativepreneur, Founder @wisatakreatifjakarta @festivalkebhinekaan Personal Blog :www.iralennon.blogspot.com. IG @creative_traveler

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Asal-usul Legenda Kelinci di Bulan pada Relief Borobudur

27 November 2018   13:10 Diperbarui: 31 Maret 2020   01:51 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ingatkah Anda  Dongeng masa kecil, tentang Kelinci yg ada di Bulan? Ternyata kisah dongeng itu pun ada terpatri dalam Relief Borobudur.  Saya juga baru mengetahui hal ini ketika mengikuti Tur "Membaca Relief" dalam rangkaian Borobudur Writers Festival yang dipandu pak Salim Lee seorang ahli serat serat Borobudur. Kisah "Kelinci di Bulan" ini ada pada tiga panel di lantai ke 2 Candi Borobudur. 

dokpri
dokpri
Mau tau kisahnya? Jadi begini. 
Alkisah di suatu hutan, para satwa disana selalu hidup damai bahagia. Konon kebahagiaan di Hutan tersebut disebabkan para satwa disana selalu memberi dan tolong menolong satu sama lain. Tidak ada satupun makhluk disana yang egois dimana hanya memikirkan diri sendiri. Kabar tentang para Satwa di  Hutan yang Bahagia ini pun sampai ke telinga para Dewa di Kerajaan Langit. 

Akhirnya salah seorang Dewa memutuskan turun untuk menguji para makhluk di hutan tersebut. Maka menyamarlah sang Dewa menjadi musafir dan masuk ke dalam hutan . Disana ia bertemu dengan 4 orang satwa yaitu Monyet , Kambing, Berang Berang dan Kelinci dan memohon diberikan makanan oleh mereka. Kedatangan seorang manusia untuk pertama kalinya di hutan tersebut, membuat para satwa berbondong bondong memberi hadiah kepada sang musafir yang kelaparan. 

Si Monyet datang memberi hadiah setandan pisang. Berang Berang datang membawa ikan. Kambing datang membawa susu. Ketika Kelinci datang, ia hanya membawa kayu bakar. "Aku tak bisa memberimu apa apa, tapi bakar saja kayu ini" , kata si Kelinci. Namun begitu api dibakar, tidak disangka sangka di Kelinci menjatuhkan dirinya ke dalam kobaran api. 

Ternyata si Kelinci mempersembahkan daging tubuhnya untuk sang musafir. Atas aksi pengorbanan si Kelinci ini, maka sang Dewa mengangkat si Kelinci naik ke atas bulan berdekatan dengan  Kerajaan Langit tempat para Dewa Dewi. Karena itulah kita bisa melihat ada sosok siluet Kelinci saat bulan pernama. 

”Moral of the Story' dari kisah dongeng ini seperti yang disampaikan oleh Pak Salim  Lee adalah:  Dalam hidup ini, kita harus senantiasa memberi dan menolong sebanyak mungkin orang. Supaya bahagia, seringlah memberi dan membantu orang lain.  Kebahagiaan sejati didapat dari membahagiakan orang lain. Karena itu manusia yang hidupnya tidak bahagia dan sering stress, kemungkinan karena dirinya lebih memikirkan dan berfokus kepada diri sendiri. Ia  memusatkan dunia pada dirinya. 

Kisah Kelinci di Bulan ini hanya sebagian kecil dari kisah kisah yang ada di relief relief Borobudur, yang kesemuanya menyiratkan nilai dan pesan tentang kebajikan. Kisah kisah pada relief terus diceritakan turun temurun sehingga sebagian menjadi Legenda dan Dongeng. Sungguh jeniusnya para leluhur kita dalam membuat "Story Telling" dengan cara menakjubkan, seperti mematri kisah pada komik raksasa yang terus abadi hingga ribuan tahun lamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun