Seperti apa kehidupan para pengungsi Sinabung saat ini?
Beruntung sekali minggu lalu saya diajak oleh Bank Mandiri untuk berkunjung ke Siosar, Tanah Karo, yang menjadi tempat pemukiman baru para pengungsi Sinabung dan melihat kondisi terkini mereka.
Jadi Siosar dahulunya adalah area hutan luas yang "disulap" menjadi kawasan pemukiman baru bagi para pengungsi dari Gunung Sinabung. Para pengungsi dari gunung Sinabung yang mengalami erupsi di tahun 2013, selama dua tahun lebih hidup di kawasan pengungsian di sekitar kota Kabanjahe, tapi tinggal di tenda-tenda dalam kondisi yang memprihatinkan.
Dan para pengungsi Sinabung ini mendapatkan perhatian khusus oleh Presiden Jokowi. Hanya satu hari setelah dilantik menjadi Presiden, Jokowi langsung terbang ke tempat pengungsian untuk menemui para korban erupsi Sinabung, bahkan blusukan hingga ke kaki kaki gunung. Menurut rekan wartawan asal Medan, sebelum Jokowi datang, para pejabat termasuk Presiden SBY yang datang untuk melihat masyarakat korban Sinabung hanya mau berkunjung ke pusat pengungsian yang berada di sekitar kota Kabanjahe.
Dari hasil blusukan menjumpai langsung para pengungsi Sinabung tersebut, Jokowi memerintahkan untuk dibuatkan suatu kawasan pemukiman permanen khusus bagi para pengungsi Sinabung dengan membuka area hutan Siosar.
Ketika saya datang ke Siosar hari itu, bersamaan dengan diadakannya acara Kementrian Sosial yang dihadiri langsung oleh Ibu Khofifah Indar Parawansa untuk menyalurkan Kartu Keluarga Sejahtera yang menjadi program pemerintah pusat. Bank Mandiri juga hadir disana bersama puluhan karyawan yang terpilih dalam program Relawan Mandiri yang siap untuk diterjunkan ke berbagai pelosok sebagai bagian dari program CSR (Corporate Social Responsibility).
Keesokan harinya, kawasan Siosar rencanya juga akan dikunjungi oleh Panglima ABRI Gatot Nurmantyo. Sepertinya memang banyak pihak menaruh perhatian khusus bagi para pengungsi Sinabung yang kini tinggal di kawasan Relokasi Siosar.
Mayoritas warga di Siosar sehari harinya masih mengandalkan hidup mereka dengan cara bertani atau berladang (aneka sayur dan buah-buahan) karena itulah keahian satu satunya yang mereka tahu selama ini. Tapi cuaca yang tak stabil karena efek hawa panas dari erupsi Gunung Sinabung yang masih terjadi hingga kini, membuat hasil panen mereka tidak terlalu baik. Tapi di tengah pergumulan dengan mata pencaharian, banyak juga kabar gembira dari mereka yang merasa kehidupannya saat ini jauh lebih baik dibandingkan beberapa tahun lalu saat masih tinggal di pengungsian sementara.
Beberapa warga disana juga bercerita anak anak mereka saat ini ada yang sudah melanjutkan kuliah di Medan, dan ada juga yang mendapatkan pekerjaan di Pulau Jawa. Selain itu, kawasan Siosar saat ini juga sedang direncakan untuk dijadikan tujuan Desa Wisata oleh pemerintah setempat. Mungkin perbandingannya , ini sama seperti kawasan Merapi di Jogjakarta, yang setelah erupsi Gunung Merapi, kawasan di sekitarnya bisa dibina menjadi Desa Wisata yang kini ramai dikunjungi oleh wisatawan.
Dari Puncak 2000 Siosar , kita bisa melihat pemandangan menakjubkan, dimana warna hijau kekuningan dari pohon pinus yang merata tersebar dibagian kaki gunung. Yang menarik, di Puncak 2000 ini teredapat satu pohon besar tanpa daun yang berdiri tegak, dan dipercaya masyarakat sekitar mempunyai kekuatan magis. Saat area hutan Siosar dibuka untuk dijadikan kawasan Relokasi, pohon tersebut tidak bisa ditebang, hingga saat ini dibiarkan saja menjadi satu satuya pohon besar tersisa di sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H