Mohon tunggu...
Ira Lathief
Ira Lathief Mohon Tunggu... Penulis - A Friend for Everybody, A Story Teller by Heart

Blogger、Author of 17 books、Creativepreneur, Founder @wisatakreatifjakarta @festivalkebhinekaan Personal Blog :www.iralennon.blogspot.com. IG @creative_traveler

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Warisan Apa yang Ingin Kau Tinggalkan? Pelajaran Hidup Terbaik dari Ahok

30 Juni 2017   00:44 Diperbarui: 30 Juni 2017   14:40 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini adalah sebuah refleksi  saya, tentang inspirasi terdalam yang saya dapat dari seorang  Gubernur DKI Jakarta, yang telah membantu saya untuk lebih mencintai tempat yang saya tinggali, juga membuat saya lebih mempelajari agama saya

Saya adalah warga Jakarta yang lahir dan dibesarkan di kota ini, yang menghabiskan lebih dari separuh hidup saya terobsesi dengan "dunia luar". Sejak kecil saya ingin berkeliling dunia, keinginan yang bertambah kuat saat remaja.  Saya pun memilih berkuliah di Jurusan Hubungan Internasional di Unpad, dengan harapan bisa memuluskan cita cita saya melihat banyak negara lain. Alhamdulilah saat masih di bangku kuliah, saya berkesempatan mengunjungi belasan negara, melalui beberapa program pertukaran atau melalui program sukarelawan.

Dan saya tidak puas sampai disitu. Saat mulai masuk dunia kerja, saya hanya ingin bekerja sebagai wartawan atau di dunia media , dengan harapan juga bisa dikirim bertugas ke luar negri. Di masa masa ini, saya juga gencar berburu beasiswa dari luar negri, supaya saya bisa tinggal di negri orang .Bagi saya saat itu, segala hal yang berhubungan dengan "luar negri" terlihat lebih keren.

Begitupun begitu saya beralih profesi menjadi Tourist Guide sekitar 7 tahun lalu, saya masih terobsesi dengan dunia luar.  Walaupun lahir, besar, dan mencari nafkah di Jakarta, tapi tidak ada motivasi kuat untuk memberikan sesuatu yang berarti untuk kota saya sendiri, atau untuk tanah air saya Indonesia. 

Sampai , perlahan ada perubahan motivasi yang mulai saya rasakan sejak tiga tahun belakangan. Sebagai Tourist Guide yang memang sering blusukan ke berbagai pelosok Jakarta, saya melihat dan merasakan sendiri begitu banyak perubahan positif di Jakarta yang saya dan keluarga saya rasakan langsung manfaatnya, baik yang berhubungan langsung dengan dunia pariwisata , atau hal lain seperti birokrasi, kesehatan, fasilitas publik dll.

Begitu banyaknya perubahan di di Jakarta, membuat saya merasa sangat bersyukur, dan perlahan lahan menumbuhkan kecintaan saya yang mendalam  terhadap Jakarta. Dan saya menemukan Passion saya terhadap Jakarta. Kata orang, rasa cinta bisa bertumbuh saat banyak hal yang bisa kita apresiasi atau syukuri dari sesuatu.  

Seumur hidup saya tinggal di Jakarta, tidak pernah saya merasakan benar benar peduli terhadap siapa Gubernur Jakarta,. Tapi banyaknya perubahan yang Pak Ahok upayakan telah membuka mata saya tentang kota Jakarta. Perlahan, saya mulai mengubah motivasi saya berkiprah di dunia pariwisata. Saya jadi termotivasi untuk ikut memajukan pariwisata di kota saya sendiri, dengan memberanikan diri membuat Trip Organizer yang berfokus pada wisata Jakarta, menulis blog yang didekasikan untuk wisata Jakarta, dan berbagai inisiatif lain.  Obsesi saya ingin melihat " dunia luar" perlahan beralih menjadi cita cita ingin membantu Jakarta lebih dikenal "dunia luar". Saya ingin lebih banyak orang dari berbagai penjuru dunia yang datang ke Indonesia, termasuk melihat Jakarta. Pak Ahok telah membantu saya untuk melihat begitu besar potensi di sekeliling saya sendiri, yang selama ini sering terlupakan.

Karena itu saat Pak Ahok mencalonkan diri kembali untuk jadi Gubernur , dan lalu tersandung kasus hukum, saya pun termotivasi untuk berbuat sesuatu demi memberikan dukungan saya. Karena saya yakin Pak Ahok yang telah memberikan begitu banyak untuk warganya, bukan jenis orang yang dengan sengaja ingin menodai agama orang lain.

Selama sekitar 6 bulan saat masa kampanye Pilkada, saya banyak sekali membuat tulisan tentang perubahan tentang Jakarta, berdasaarkan fakta yang saya lihat dan saksikan sendiri. 3 tahun lalu, saya pernah berniat menulis buku tentang pengalaman saya "melihat dunia " dari pengalaman saya mengunjungi banyak negara . Buku itu hingga saat ini, belum kunjung selesai juga naskahnya.

Tapi dalam masa 6 bulan itu, saya bisa menulis begitu banyak hal tentang perubahan Jakarta, sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Tulisan-tulisan tersebut saya kumpulkan dan terbitkan menjadi E-Book yang bisa di download gratis disini www.bit.ly/ceritabarujakarta, karena saya ingin banyak orang tahu tentang perubahan Jakarta. Mungkin kalau bukan karena Pak Ahok, tak mungkin saya begitu terinspirasi dalam menghasilkan karya buku tentang Jakarta. Pak Ahok telah membantu saya menemukan Passion terdalam terhadap Jakarta.

(Buku yang saya tulis tenang perubahan perubahan Jakarta, di bawah kepemimpinan Pak Ahok)
(Buku yang saya tulis tenang perubahan perubahan Jakarta, di bawah kepemimpinan Pak Ahok)
Kasus Pak Ahok yang tersandung ayat Al Maidah 51, juga sangat memotivasi saya untuk belajar lebih banyak tentang agama saya. Dalam masa 6 bulan itu, mungkin adalah masa dimana saya menemui begitu banyak alim ulama dan cendekiawan muslim untuk berdiskusi dan mengkaji lagi tentang Alquran.

Saya belajar dari mereka tentang makna sesungguhnya tentang banyak tafsir Al Quran termasuk tafsir Al Maidah 51. Dari para tafsir Quran tersebut, saya jadi mengetahui seperti apa sesungguhnya perilaku perilaku yang menodai agama. Korupsi,  Menipu, Sering Menghasut dan Menghardik orang lain, hingga Menjual ayat ayat untuk kepentingan politik , adalah beberapa contoh bentuk penodaan agama yang sesungguhnya.  Mungkin kalau tidak karena Pak Ahok, saya tidak termotivasi untuk kembali mengkaji ayat ayat Al Quran.

Dalam periode  6 bulan ketika Pak Ahok mulai menjalani sidang, saya juga terhenyak mengetahui satu persatu  cerita 'kebaikan' Pak Ahok yang sebelumnya seperti tertutupi. Dari mulai Pak Ahok yang seorang Kristiani ternyata punya keluarga angkat Muslim yang sangat dekat dan begitu saling mencintai.  Lalu tentang cerita Pak Ahok yang membangun begitu banyak Mesjid dan tiap tahun memberangkatkan ratusan orang Umroh. Sebagai muslim, tentu saja fakta ini membuat saya terhenyak keheranan, ."Kenapa ada seorang Gubernur non Muslim begitu peduli dengan umat Muslm?" "Kenapa hal ini tidak dilakukan oleh Gubernur Gubernur sebelumnya yang notabene Muslim?"

Rasa penasaranlah yang membuat saya "terjun langsung" ke lapangan untuk melihat sendiri Mesjid Mesjid yang dibangun Pak Ahok dan menemui para marbot marbot Mesjid yang diberangkatkan Umroh. Dalam masa 6 bulan itu, mungkin juga adalah masa dimana saya begitu banyak  berkeliling mengunjungi Mesjid Mesjid di Jakarta.

Saya jadi tahu kondisi Mesjid Mesjid di berbagai pelosok Jakarta yang dibangun atau direnovasi oleh Pak Ahok, yang sebaagian besar dananya bukan dari anggaran Pemprov DKI, tapi dari dana operasional Gubernur (yang seharusnya bisa masuk ke kantongnya sendiri).  Saya juga berjumpa dengan begitu banyaknya Marbot yang merasa bersyukur dibantu Pak Ahok untuk bisa melihat Rumah Allah.

Hal yang membuat saya terharu sekaligus membatin. "Di sekeliling kita, mungkin ada  banyak orang muslim kaya yang tiap tahun bisa bolak balik umroh atau berkali kali berhaji, tanpa mungkin pernah terpikirkan untuk memberangkatan orang lain , apalagi seorang marbot mesjid untuk pergi ke tanah suci. Tapi Pak Ahok , dengan kapasitasnya sebagai Gubernur, bisa memikirkan kebahagiaan terdalam warganya, untuk menuju Rumah Allah. Sesungguhnya, saya melihat Pak Ahok telah menjalankan nilai nilai Islam, meskipun ia bukan seorang Muslim. Sungguh absurd dan tidak terduganya hidup ini, justru dari Pak Ahok seorang pemimpin yang non Muslim, saya belajar banyak nilai nilai Islam.  Walaupun seorang non muslim, tapi ia telah memberikan begitu banyak kepedulian bagi umat Muslim. Ini pun mengugah saya utk bertanya pada diri sendiri, "Sebagai bagian dari umat muslim yg menjadi mayoritas di negri ini, sudah cukup peduli kah saya dengan orang  orang di sekitar saya yg berbeda agama ? Ataukah saya hanya mempedulikan dan menolong mereka yang satu agama saja dengan saya?"

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
(Marbot Irwan - atas, dan Marbot Weha, dua marbot yang saya temui, yang telah diberangkatkan Umroh. Mesjid tempat mereka bekerja juga dibantu dana renovasi langsung dari kantong Pak Ahok. Cerita saya tentang para marbot dan mesjid yang dibantu Ahok, ada di salah satu tulisan saya di ebook yang saya tulis,  link nya bisa didonlot gratis di www.bit.ly/ceritabarujakarta)

Perjalanan saya dalam enam bulan kemarin menjumpai banyak alim ulama, berkeliling mesjid, dan berbincang dengan para marbot mesjid, menjadi "pengalaman spiritual" tersendiri  bagi saya, untuk lebih mengenal nilai nilai Islam yang saya yakini. Nilai nilai islam yang rahmatan lil alamin sesungguhnya.  Sekali lagi, jika bukan karena Pak Ahok, mungkin saya tidak termotivasi untuk kembali mempelajari agama saya sendiri.

Bagaimana Kau Ingin Dikenang??

"Saya ingin meninggalkan banyak Legacy (Warisan) untuk terus dikenang" , itu adalah kalimat Pak Ahok yang beberapa kali saya dengar di acara Debat Pilgub, saat ia ditanya, "bagaimana kalau ia tidak terpilih lagi menjadi Gubernur?". Kalimat ini sebenernya sudah sering saya dengar di berbagai pelatihan dan juga dalam  dalam buku buku Leadership yang pernah saya baca. 

Semua pemimpin besar di dunia ini, punya kesadaran tentang pertanyaan pertayaan mendalam seperti "Warisan apa yang ingin kau tinggalkan?" "Bagaimana kau ingin dikenang nanti?". Jika seseorang sudah menyadari tentang ini, maka ia akan menggunakan hidupnya bekerja dengan sebaik baiknya untuk menghasilkan karya karya bermanfaat yang bisa membuat hidupnya "abadi" dan terus dikenang, walaupun raganya sudah tidak ada lagi. Pak Ahok telah membuka mata saya, bahwa politik tidak selalu kotor, tapi politik bisa menjadi saluran dalam memberikan manfaat dan kemashlahatan bagi orang banyak.

Dan memang  baru Pak Ahok sajalah, seorang pejabat publik dan tokoh politik , yang begitu menggugah saya untuk kembali mempertanyakan dalam diri saya sendiri pertanyaan filosofis dalam hidup, "Warisan atau karya karya apa yang ingin saya tinggalkan? "Bagaimana saya ingin dikenang nanti jika raga saya tidak ada lagi?". Sepanjang hidup, saya terus terpacu untuk meraih dan meraih lebih. Tapi Pak Ahok lah yang menyadarkan saya untuk memberi dan memberi lebih.  Kelak saya juga ingin meninggalkan warisan melalui karya karya saya yang memberi manfaat bagi banyak orang, seperti yang selalu Pak Ahok tunjukkan kepada warga  Jakarta.

Ada ungkapan, Warisan terbaik yang bisa kau tinggalkan untuk dunia, bukan bangunan atau hal hal fisik yang diabadikan dengan namamu. Tapi hati yang kau sentuh dan dampak positif yang kau tinggalkan dalam hidup orang lain. In the end of the day. People will forget what you say, people will forget what you do. But people will never forget how you made them feel.

Hidup ini pada akhirnya adalah sepenggal cerita, cerita tentang yang ditinggalkan dan yang meningalkan. Kelak  saya akan ceritakan pada anak cucu saya nanti, bahwa pada suatu waktu, Jakarta pernah punya seorang pemimpin yang menggoreskan kenangan terindah pada hati banyak orang. 

Begitu banyak warisan (Legacy) yang ditinggalkan Pak Ahok untuk warga Jakarta. Namun bagi saya, warisan terbaik yang Pak Ahok tinggalkan adalah meginspirasi dalam banyak hal:

Pak Ahok membuat saya menemukan Passion saya terhadap Jakarta dan juga Indonesia

Pak Ahok membuat saya lebih mencintai tempat yang saya tinggali

Pak Ahok membuat saya termotivasi mempelajari kembali Alquran

Dan lebih dari segalanya, Pak Ahok membuat saya untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Dan karenanya bagi saya, Pak Ahok adalah Gubernur Jakarta terbaik yang pernah ada.

Terima Kasih Pak Ahok telah hadir memberikan pelajaran hidup yang sangat berharga, I'll be forever grateful.

- Sebaik baik manusia, adalah ia yang bisa memberikan banyak manfaat untuk orang lain (Muhammad SAW)-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun