Mohon tunggu...
Ira Lathief
Ira Lathief Mohon Tunggu... Penulis - A Friend for Everybody, A Story Teller by Heart

Blogger、Author of 17 books、Creativepreneur, Founder @wisatakreatifjakarta @festivalkebhinekaan Personal Blog :www.iralennon.blogspot.com. IG @creative_traveler

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Keteladanan Silaban, Arsitek Istiqlal yang Beragama Kristen Protestan

21 Juni 2017   03:57 Diperbarui: 3 Juli 2017   13:41 5192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahan dari Foto: KOMPAS/DUDY SUDIBYO

Walaupun memiliki jabatan yang tinggi dalam proyek pembangunan Istiqlal, tapi Silaban selalu terjun langsung ke lapangan. Setiap hari jam 6 pagi, Silaban sudah ada di lokasi proyek.

Padahal saat itu Silaban berdomisili di Bogor. Hal inilah yang selau diingat oleh anak-anaknya, bahwa selama pembangunan Istiqlal, Sang Ayah selalu pergi di pagi buta dari rumah supaya bisa tiba di lokasi proyek paling pagi, bahkan sebelum para mandor dan para pekerja mulai berdatangan. Kerap Silaban juga membawa anak-anaknya ke lokasi proyek untuk melihat langsung perkembangan pembangunan Masjiid Istiqlal.

http://news.okezone.com
http://news.okezone.com
Anak-anaknya juga mengenang Silaban sebagai mandor sangat ketat mengawasi semua kualitas material untuk Masjid. Anaknya bercerita, Silaban juga ikut mengawasi dengan ketat proses penyaringan pasir untuk memastikan pasir dengan kualitas terbaik untuk fondasi Mesjid.  Anak anak Silaban juga mengenang sang Ayah sangat galak kepada para pengembang (developer) proyek yang berusaha menyogok Silaban untuk mau mengurangi kualitas material untuk pembangunan Masjid.

Dalam masa panjang proses pembangunan Mesjid yang memakan waktu belasan tahun, tak sedikit Silaban didatangi pihak pihak yang berusaha menyogoknya atau mempengaruhinya untuk berbuat curang, termasuk dari pejabat-pejabat tinggi pemerintahan saat itu. Bahkan ia juga pernah didatangi utusan dari Kerajaan Saudi Arabia, yang mempengaruhinya untuk pindah ke Saudi dan meninggalkan proyek Masjid Istiqlal. Tapi Silaban terus berteguh hati dengan idealismenya untuk tetap mewujudkan Masjid Istiqlal yang dirancangnya.

Pak Poltak  juga bercerita, sebenarnya di rancangan yang dibuat Silaban, lantai Dasar Mesjid Istiqlal sengaja dikosongkan karena diperuntukkan sebagai tempat evakuasi warga jika sewaktu waktu di Jakarta terjadi bencana seperti banjir atau bencana alam lainnya. Tapi saat ini, seperti kita tahu, lantai dasar Mesjid Istiqlal banyak diperuntukkan sebagai kantor berbagai organisasi keagamaan.

Silaban ikut menyaksikan saat Masjid Istiqlal diresmikan di tahun 1978. Enam tahun kemudian, Silaban meninggal setelah sebelumnya lama berjuang dengan penyakit Kanker Kelenjar Getah Bening. Menurut salah satu anaknya, salah satu sebab penyakit kanker sang Ayah adalah karena faktor stress karena banyaknya tekanan dari berbagai pihak termasuk dari para pejabat pemerintahan saat menyelesaikan proyek Masjid Istiqlal. Tapi menyaksikan Masjid Istiqlal yang merupaakn Masjid terbesar di Asia Tenggara mewujud menjadi nyata, adalah kebahagiaan yang tak terhingga bagi Silaban di tahun tahun terakhir hidupnya.   

Saat menutup pembicaraan, ada satu pertanyaan yang saya ajukan kepada anak anak Silaban, "Kenapa Silaban, yang notabene bukan seorang Muslim, mau repot repot berjuang sepeti itu demi Mesjid Istiqlal?"

Salah satu anaknya menjelaskan, "Itu semua dilakukan Ayah saya demi kecintaan dan tanggung jawab terhadap profesi seorang Arsitek. Demi untuk meninggalkan suatu karya terbaik untuk terus dikenang."

Penjelasan dari anak Silaban tersebut sangat mencerahkan. Saya pernah membaca sebuah tulisan, bahwa salah satu amal terbaik yang bisa dilakukan manusia, adalah mengerjakan pekerjaannya dengan sungguh sungguh, penuh kecintaan dan penuh syukur, hingga memberikan manfaat untuk orang di sekitarnya.

Masjid Istiqlal adalah salah satu bentuk amal terbaik yang ditinggalkan seorang Silaban. Walaupun kini raganya tidak ada lagi, tapi Silaban tak akan pernah mati. Manfaat yang dirasakan begitu banyak orang dengan adanya Masjid Istiqlal, dan juga karya karya monumental yang pernah dirancangnya, akan membuat spirit seorang Silaban terus hidup dan dikenang.

Terima kasih Pak Silaban atas inspirasi dan ketelandannya yang sungguh luar biasa!  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun