Mohon tunggu...
Ira Lathief
Ira Lathief Mohon Tunggu... Penulis - A Friend for Everybody, A Story Teller by Heart

Blogger、Author of 17 books、Creativepreneur, Founder @wisatakreatifjakarta @festivalkebhinekaan Personal Blog :www.iralennon.blogspot.com. IG @creative_traveler

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

5 Hal Penting yang Saya Pelajari dari Program Pertukaran Japan-Asean Tourist Guide di Jepang

10 Januari 2017   20:47 Diperbarui: 12 Januari 2017   12:36 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu lalu saya terpilih mewakili Tourist Guide Indonesia untuk mengkuti program Japan-Asean Tourist Guide Exchange di Jepang, yang baru pertama kalinya diadakan, dan disponsori penuh oleh pemerintah Jepang.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Saya ingin share beberapa pelajaran penting dari pengalaman saya mengikuti program tersebut, untuk diketahui sesama rekan Profesi Tourist Guide di Indonesia.

1) Penyebutan yang benar untuk nama profesi

Penyebutan yang benar untuk profesi kita adlh Tourist Guide, bukan Tour Guide, dan ini juga telah diakui oleh Unesco. Penggunaan frase ' Tourist Guide' menunjukkan tanggung jawab dan kompetensi kita utk menghandle Tourist/Wisatawan, dan bukan semata menghandle Tour. Yang kita handle adalah manusianya, dimana ini butuh keahlian khusus. Keahlian seorang Tourist Guide dlm memberikan service kepada org lain, bisa disejajarkan dengan profesi lain yang juga berhubungan dengan client seperti Dokter, Psikolog dll. Jadi mulai skr, kalau mengenalkan diri kita jangan lagi Tour Guide, tapi Tourist Guide ya :)

2.  Pentingnya tergabung di Asosiasi Tourist Guide

Keikutsertaan seorang Tourist Guide di dalam asosiasi Tourist Guide di wilayahnya masing masing adalah penting, selain untuk tempat silahturahmi/networking/bertukar wawasan sesama rekan profesi,seorang Tourist Guide yg tergabung di asosiasi jg bs memiliki tingkat 'trustworthy' yang lbh tinggi bagi pihak luar. Ini sama halnya para dokter spesialis yg tergabung di IDI  (Ikatan Dokter Indonesia) bisa dibilang lebih dipercaya reputasinya daripada yang tidak tergabung, jadi kalo ada apa apa, Asosiasi bs ikut memback-up.  Untuk saya sendiri, keikutsertaan saya di program pertukaran Tourist Guide kmrn, salah satunya juga karena saya anggota HPI DKI Jakarta. Karena salah satu persyaratan untuk aplikasinya adalah harus tergabung di asosiasi. Saat ini, saya juga sudah mendaftar di asosiasi Tourist Guide ASEAN (SEATGA)

Dok.pribadi
Dok.pribadi
3.  Di negara lain tidak mudah  untuk mendapatkan pelatihan/ lisensi Tourist Guide 

Di negara negara Jepang dan Asean selain Indonesia, untuk mendapat pelatihan dan lisensi Tourist Guide tdk mudah dan tidak murah. Bahkan di  Malaysia harus menghabiskan waktu pelatihan satu tahun dengan biaya belasan juta. Di negara  lain biayanya bisa jutaan. Bahkan di Bali dan Jogja saja,utntuk mendapatkan lisensi Tour Guide harus bayar. Mungkin cuma di DKI saja yang bisa pelatihan gratis dan dalam waktu dua minggu saja udh bisa dapat lisensi. Jadi  bersyukurlah kita dengan Pemda DKI yang telah mengalokasikan dana begitu besar untuk para Tourist Guide. Karena itu sebagai  bentuk timbal balik, mari kita bantu Dinas Pariwisata untuk mensosialisasikan/mempromosikan program pelatihan Tourist Guide yg diadakan setiap tahun,supaya lebih banyak lagi org tau tentang pelatihan Tourist Guide... karena Dinas Pariwisata DKI website nya aja jarang di update :)

4.  Pentingnya wawasang tentang ASEAN

Tahun 2017, adalah peringatan 50 tahun ASEAN, tapi gaung tentang masyarakat ASEAN belum terasa. Sebagai pendiri dan negara terbesar di ASEAN, kita sebagai Tourist Guide Indonesia setidaknya juga perlu punya wawasan atau pengetahuan tentang wisata di negara negara ASEAN, dan kalo bisa juga bantu mempromosikan wisata di negara tetangga, karena kita adalah bagian dari ASEAN community.

5.  Perlunya spesialisasi keahlian yang dimiliki oleh seorang Tourist Guide

Untuk meningkatkan kualitas profesi Tourist Guide di masa depan, seorang Tourist Guide boleh saja punya pengetahuan “general” tentang City Tour atau Overland Tour tapi akan lebih bagus lagi kalau ia bisa dikenal karena keunikannya.  Jadi Tourist Guide di Indonesia juga perlu membangun keunikannya sendiri , contohnya Tourist Guide spesialisasi di Heritage Tours, Walking Tours, Food Tours, Batik Tours dll. Atau mau cukup dikenal sebagai Tourist Guide spesial Optional Tours..? hhehehe

For a meanwhile, silahkan baca cerita pengalaman saya dari program di Jepang kemarin di tulisan saya di blog berikut  

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Ira Lathief

Food Tourist Guide, from Jakarta- Indonesia

Sumber gambar: Dokumen pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun