Mohon tunggu...
Ira Lathief
Ira Lathief Mohon Tunggu... Penulis - A Friend for Everybody, A Story Teller by Heart

Blogger、Author of 17 books、Creativepreneur, Founder @wisatakreatifjakarta @festivalkebhinekaan Personal Blog :www.iralennon.blogspot.com. IG @creative_traveler

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Makan Nasi Kebuli Berjamaah Hingga Bertemu Pengungsi Muslim dari Afrika

10 Januari 2017   18:59 Diperbarui: 10 Januari 2017   19:56 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini adalah pengalamanku menghabiskan Tahun baruan sekaligus Maulidan di Mesjid Luar Batang , dari mulai Makan Nasi Kebuli berjamaah hingga bertemu pengungsi muslim dari Afrika

Mengakhiri tahun 2016 kemarin, saya berencana menghabiskannya di Mesjid, maksudnya buat berkontemplasi akhir tahun. Lalu terpikir untuk mencari mesjid bersejarah yang belum pernah saya kunjungi.  Entah kenapa di senja Sabtu sore itu, langkah kaki saya menuntun saya ke Mesjid Luar Batang, yang terletak di Pasar Ikan, Jakut. Walaupun saya seorang Tour Guide , saya belum prnh berkunjung ke mesjid ini padahal letaknya cukup dekat dg pelabuhan Sunda Kelapa tempat saya sering membawa Tur. 

Saya tiba di Mesjid yang telah berdiri sejak abad 17 itu saat  bakda maghrib, dan saya sungguh kaget mendapati area Mesjid itu begitu dijejali orang . Saya pikir itu karena malam tahun baruan. Tapi setelah bertanya ke seorang tukang parkir, itu karena peringatan malam Maulidan Nabi yg jatuh hari Minggu. Jadi malam Maulidan Nabi saat itu cukup spesial, karena bertepatan dg malam tahun baruan Masehi. 

Saya sebenernya ga tahu kalau peringatan Maulidan Nabi di Mesjid itu seperti apa acaranya , tapi saya tertarik untuk mengikuti prosesinya. Setelah sholat Isya berjemaah dan bersholawat, para jemaah dipersilahkan makan malam bersama dg menu Nasi Kebuli yg telah disediakan pihak mesjid (wah...makan gratis..bener bener di luar dugaan saya).   Maka berbondong bondong lah para jemaah mengantri Nasi Kebuli

Saya melihat, santapan nasi Kebuli disediakan dengan piring piring besar, dan disantap beramai ramai. Kelihatan seru sekali, tapi antrian begitu panjang sempat bikin jiper. Eh ternyata ada satu keluarga yang menawarkan saya makan bareng bersama mereka. Alhamdulilah, mungkin ini rejeki tante tante cantik...hihihi

Ternyata makan nasi Kebuli berjemaah seperti ini adalah prosesi rutin di Mesjid Luar Batang setiap ada peringatan Maulidan. Nasi Kebuli yg disediakan  banyak banget daging kambingnya, dan bener bener kuat aroma kambingnya. 

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Setelah makan Nasi Kebuli berjamaah, acara dilanjutkan dengan menikmati hiburan musik marawis. Karena saya suka mendengarkan aneka jenis musik, jadi saya pun merasa sangat terhibur dengan dendang musik marawis yg bikin suasana hati gembira. 

dokpri
dokpri
Lalu, saya sempat berkenalan dengan orang orang disana. Ternyata setiap kali Peringatan Maulid Nabi, banyak orang berbondong bondong bela belain datang dari luar kota, dari ke Mesjid Luar Batang. Sebegitu terkenalnya kah Mesjid Luar Batang ini. Duh, saya jadi malu sendiri, saya aja yang orang Jakarta asli, baru pertama kali menginjakkan kaki di Mesjid bersejarah itu. 

Ada hal yang paling menarik mata saya saat berada disana, yaitu keberadaan seorang keluarga berkulit hitam seperti orang Afrika. Karena saya kepoan orangnya, jadilah saya mengajak berkenalan. Ternyata mereka hanya bisa bicara dg portugis, dan sedikit sekali bahasa inggris. Dengan mencoba komunikasi dg berbagai cara, saya mengetahui kalau mereka ternyata adalah pengungsi dari Angola, yang melarikan diri dari negaranya karena konflik saudara yang tak berkesudahan.

Mereka bercerita, di negaranya umat muslim sebagai minoritas tidak punya kebebasan beribadah, dan mendapatkan banyak teror. Karena itu mereka melarikan diri dan sampai ke Indonesia, dan sudah satu tahun tinggal di Jakarta, di daerah Kembangan, Jakarta Barat.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Lalu kok mereka bisa sampai ke Mesjid Luar Batang ? Padahal Kembangan dan Pasar Ikan itu jauh banget. Ternyata itu karena mereka juga ingin mengikuti Maulidan di Mesjid Luar Batang, yang informasinya diketahui sang suami dari internet. Ya ampuun...beneran sebegini terkenalnya yah acara Maulidan di Mesjid Luar Batang, sampe pengungsi Afrika aja tertarik datang kesana. Yang lebih mengharukan, ternyata mereka datang ke Mesjid Luar Batang dengan berjalan kaki, padahal mereka punya empat anak dan ada yang masih bayi pula. 

Saya sungguh tertarik dengan keluarga dari Afrika ini, jadi malam itu saya bertanya alamat mereka dan bertanya apa boleh mengunjungi mereka untuk bersilahturahmi 

Malam itu, saya pulang dengan rasa keharuan membuncah. Mengingat betapa bersyukurnya saya sebagai Muslim tinggal di Indonesia, sebagai mayoritas dan bebas mau beribadah apapun. 

LIfe has so many twists. Malam tahun baruan itu saya berniat ke Mesjid untuk menyepi, tapi ternyata saya menemukan keramaian. Dan di dalam keramaian itu, saya mendaptkan hikmah dari keluarga pengungsi Afrika. 

Terima kasih 2016, tinggal di negara yang makmur dan aman sentosa, cukup sudah itu seharusnya membuat saya merasa bersyukur sedalam dalamnya atas apapun yang terjadi sepanjang tahun ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun