Mohon tunggu...
Ira Lathief
Ira Lathief Mohon Tunggu... Penulis - A Friend for Everybody, A Story Teller by Heart

Blogger、Author of 17 books、Creativepreneur, Founder @wisatakreatifjakarta @festivalkebhinekaan Personal Blog :www.iralennon.blogspot.com. IG @creative_traveler

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Berjumpa dengan Cucu dan Cicit Chairil Anwar di Tur Napak Tilas Sang Pujangga

8 November 2016   14:18 Diperbarui: 16 November 2016   21:00 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama cucu dan cicit Chairil Anwar

Ada yang istimewa saat beberapa waktu lalu saya memandu Walking Tour 'Membaca Chairil', untuk napak tilas perjalanan hidup Chairil Anwar, Sang Penyair, di kawasan Cikini Jakarta Pusat. Sebagai tour guide yang juga menggemari puisi, saya senang sekali bisa mendapat kesempatan memandu tur Napak Tilas Chairil Anwar yang digagas oleh Jakarta Good Guide dan Penerbit GagasMedia.

Di dalam rombongan yang saya bawa, ternyata ada cucu dan cicit dari Chairil Anwar yang ikut sebagai peserta tur. Adalah Mbak Tasya, yang merupakan cucu dari Chairil, sebelumnya telah beberapa kali ikut dalam tur yang saya pandu. Tapi keikutsertaan Mbak Tasya beserta suami juga anaknya, Ava, kali ini dalam Tur Napak Tilas Chairil Anwar terasa cukup istimewa, terutama saat melihat antusiasme si kecil Ava untuk ikut membaca puisi puisi karya sang kakek buyut. Karena sudah pernah ikut di tur-tur sebelumnya, saya paham kalau Ava yang masih berusia 7 tahun ini biasanya cuek dan ogah menyimak saat saya bercerita tentang tempat tempat yang dikunjungi. Tapi berbeda ceritanya saat tur Napak Tilas Chairil Anwar ini. Ia terlihat serius menyimak dan juga semangat untuk membaca puisi.

Di sepanjang tur, di tiap tempat pemberhentian untuk menceritakan hidup dan karya Chairil, saya memang mempersilahkan setiap peserta untuk bergantian membaca puisi Chairil. Dan di setiap kesempatan itulah, saat saya mengatakan, “Siapa yang sekarang mau giliran baca puisi Chairil?". Ava selalu semangat menunjuk tangan dan bilang, “Saya mau... Saya mau!” Sampai-sampai Ibunya mengingatkannya, “Eh gantian kasi kesempatan orang lain” Hehehe.... Mungkin tanpa disadari, jiwa seni dan puitis dari sang kakek buyut mengalir kepada sang cicitnya, meski menurut Mbak Tasya, ibunda dari Ava, ia sendiri tak tahu banyak tentang hidup Chairil Anwar dan tak pernah cerita tentang Chairil kepada Ava.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Chairil Anwar diakui sebagai Pelopor dari Sastra Angkatan 45. Puisi puisinya yang membangkitkan semangat nasionalisme seperti “Aku”, “Diponegoro”, dan Karawang- Bekasi” terus dihidupkan di ruang ruang kelas sekolah, dan juga dalam tiap perayaan 17 Agustus. Bahasa lugas dan nyleneh yang dipakai Chairil dalam puisi-puisinya (pilihan bahasanya di luar kebiasaan karena saat itu yang masih banyak menggunakan Bahasa Belanda) membuat Chairil diakui sebagai pendobrak dan pembaharu sastra yang menggairahkan penggunaan Bahasa Indonesia. Sayangnya Chairil meninggal muda di usianya yang baru 27 tahun karena komplikasi banyak penyakit dan dimakamkan di TPU Karet Bivak. Hari meninggallnya Chairil Anwar, 28 April 1949, saat ini diperingati sebagai Hari Sastra. Dan hingga kini, pada setiap peringatan hari Sastra, makam Chairil Anwar akan banyak diziarahi oleh pengunjung.

Kisah Hidup Chairil Anwar sendiri cukup eksentrik. Memilih jalan hidup sebagai penyair, ia menjalani gaya hidup yang bohemian, yang tidak jelas penghasilannya, di mana hal ini yang pada akhirnya membuat Sang Istri meminta cerai saat anaknya (Evawani) baru berusia satu tahun. Setelah bercerai, Chairil tak pernah lagi bertemu dengan anaknya hingga ia meninggal di usia muda, 27 tahun, karena menderita komplikasi banyak penyakit. Sedangkan Mbak Tasya ini adalah anak dari Ibu Evawani, anak satu-satu nya Chairil Anwar. Apa rasanya menjadi cucu dari sang pujangga besar? Ternyata hal itu sering ditanyakan kepada Mbak Tasya. Namun menurutnya, tak ada yang terlalu istimewa, karena walaupun Chairil Anwar begitu dikenal luas karena karya-karyanya, tetapi ia tidak terlalu mengenal sosok Chairil Anwar.

(foto @wulanparker)
(foto @wulanparker)
Namun menurut Mbak Tasya, pengalaman mengikuti walking tour Napak Tilas Chairil Anwar yang saya pandu memiliki kesan tersendiri. Menurutnya ia dan keluarganya menjadi tahu lebih banyak cerita tentang hidup Chairil yang ternyata begitu penuh warna warni. Di tur ini pulalah, Mbak Tasya jadi bisa melihat gairah terpendam Si Kecil Ava terhadap puisi. Mungkin ini yang dinamakan bahwa jiwa seni bisa diturunkan secara genetis.

Tur Napak Tilas Chairil Anwar ini sendiri melalui rute-rute RS Cipto Mangunkusumo (tempat Chairil meninggal), Bioskop Metropole, sepanjang Jalan Cikini Raya, dan berakhir di Taman Ismail Marzuki di mana terdapat Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin yang menyimpan naskah-naskah asli berisi puisi Chairil Anwar yang ditulis tangan.

Dan kabarnya lagi nih, Chairil akan "dihidupkan" kembali melalui film yang akan diproduksi tahun depan dengan sutradara Riri Riza dan dibintangi oleh Reza Rahardian, artis idolaku....ihiiyyy

Seperti juga sepenggal lirik yang ditulis dalam salah satu puisinya, “Aku Ingin Hidup Seribu Tahun Lagi”. Chairil Anwar memang sudah puluhan tahun pergi, tapi melalui puisi puisi yang ditulisnya ia akan terus hidup. Mungkin hingga seribu tahun lagi.

Berikut ini puisi yang saya tulis, terinspirasi dari Chairil : 

-Aku Ingin Mengenangmu Seribu Tahun Lagi- 

Kepada Engkau yang melampaui waktu.
Kusampaikan rasa rinduku yang menggebu.
Rasa rindu yg kerap menjadi pilu dalam kalbu.

"Tak perlu sedu sedan seperti itu. 
Aku hanya binatang jalang, hidupku sekali berarti sudah itu mati", begitu dahulu ujarmu selalu.

Tapi sungguh, aku akan lebih tak perduli
Karena aku ingin mengenangmu untuk seribu tahun lagi

#CeritaTourGuide #CeritaJakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun