Kuakui, mengenal dia seorang gadis Muslim yang cantik dengan pakaian khas muslimahnya membuatku sedikit meliriknya. Bagaimana dia dengan tutur katanya yang lembut serta pembaannya yang baik dan sopan membuat seisi kelas memngaguminya. Dialah zahra gadis yang selalu hadir di mimpiku bak princess nan jelita.
Pelajaran geografi telah di mulai seperti biasanya perasaan bosan dan kantuk pun melanda. Aku yang duduk di bangku ketiga terus berusaha menahan kantuk sambil sesekali menyimak Ibu Guru yang sudah hampir 2 jam menjelaskan itu. Entah apa yang kufikirkan, wajah Zahra tiba-tiba hadir di lamunanku! dia cantik sekalidengan tasbih yang selalu hadir di tangan kanannya dan tersenyum padaku. Aku pun membalasnya dengan senyuman termanis:). Terus kubayangkan wajahnya yang bagaikan princess di negeri impianku.
(Tenggg.....Teng.....,Teng....,) bunyi bel itu menyadarkanku dari lamunan indah tentang Zahra. Kumulai membereskan peralatan tulis menulisku, dan setelah itu kekantin mengisi perut yang sudah dari tadi keroncongan. Di sudutkelas kulihat seorang siswa perempuan dengan tasbih di tangannya.
“Yah dia pasti Zahra” Ujarku dalam hati.
Kulangkahkan kakiku menghampirinya
“Hay Zahra?!” Ujarku menyapanya.
“'Iya, kenapa yah?” jawabnya dengan wajah yang heran memandangku menyapanya.
“kekantin yuk?” Ujarku mengajaknya. Dia tampak bingung, terlihat dari raut wajahnya.
“jadi, mau atau enggak nih? kemarin ada yang habis kesurupan loh!!!” kataku mengingatkannya. Kulihat wajahnya semakin ketakutan dan terus memegang erat tasbihnya.
“Ya’aa u’udaahh ayo.” Ujarnya dengan nada yang sedikit gagap.
“Its WOW” bisa kekantin bareng princess idamanku sungguh membuatku tak karuan. Sepanjang jalan aku hanya diam tak punya nyali memulai percakapan. Hingga dia memecah keheningan saat itu dengan pertanyaan yang menurutku bodoh.
“Niel,?! Itu yang kamu pake kalung apa yah?” sambil menunjuk kalung salib pemberiaan Ibuku.
“Oh, ini namanya kalung salib! Baru liat yah?!! “ ujarku seraya tersenyum padanya.
“OhGitu” jawabnya singkat. Sesampainya di kantin kamipun terpisah.
(Tenggg.....Teng.....,Teng....,) bel pertanda masuk pun telah berbunyi, ku percepat langkahku menaiki setiap anak tangga. Tetapi, ada sesuatu yang menghambat langkahku. Kuambil benda itu dan kuamati baik-baik itu tasbih!!!
“Apakah ini milik Zahra?” pertanyaan itu terus bermunculan di benakku. Kusimpan benda itu di saku celanaku dan kembali melanjutkan langkahku.
Sesampainya di kelas Ibu Guru sejarah memberi tugas kelompok tentang asal muasal manusia. Yah, masa bodohlah siapa teman kelompokku toh semuanya sama saja pikirku. Tapi, ternyata aku sekelompok dengan Zahra, OMG!!!! Baru kali ini aku bersemangat belajar sejarah. Yang kerennya lagi satu kelompok itu cuma berdua. Serasa kayak melayang ke langit ke-7, WOW!!!. Sempat terlintas di benakku, mungkin jodoh kali yah!!! Ahahahahaahahahaaa. . . sungguh pemikiran yang sangat bodoh. Dan kerja kelompok ini menyita waktuku bersama Zahra sekitar 2 minggu. Karena terlalu senang aku lupa mengembalikan tasbih milik Zahra. Kuambil benda tersebut dan kupandangi satu persatu tiap bijinya .
“ini benda apa yah??!! Kayak biasa ajah! Tapi kenapa yah Zahra sering megang ini smbil nyebut-nyebut sesuatu gitu!! Ah, sudahlah mungkin ini bagian dari Agamanya.
2 minggu telah berlalu dan tugas klipping kami pun telah selesai dan mendapat nilai yang sangat memuaskan. Yah..yah!! kulihat Zahra sangat senang smpe-sampe dia memegang tanganku smbil menari-nari.
“yeyeeyeyeyeyeye!! Kita behasil Niel.” Ujarnya padaku.
Aku hanya mampu terpaku menatapnya dengan terheran-heran. Dan berkata dalam hati
“ternyata Zahra tak secuek dan sejutek yang aku kira selama ini”.
2 minggu bersama dirinya membuatku semakin akrab dengan Zahra kalau bisa di bilang sahabatanlah. Kami sering bareng entah itu kekantin, kerjain tugas, bahkan pulang pun sering bareng. Peningkatan yang luar biasa dari usahaku mengenalnya lebih jauh lagi.
3 tahun bareng dia, dari pertama masuk SMA sampe sekarang kelas 3 SMA sungguh membuatku tak bisa menahan perasaan yang telah lama terpendam ini. Curhatannya tentang cowok-cowok yang menaksirnya membuatku sedikit takut jika harus kehilangannya dan melihatnya bahagia dengan orang lain. Hari ini tepatnya pengumuman hasil UN SMA yang cukup mendebarkan, cukup membuatku tak henti-hentinya menyebut nama Tuhan. Terlihat dari kejahuan seorang gadis berjilbab berjalan menghapiriku dan berkata “Woy,Sob!!kita LULUS men!!!”
“Ha? Kamu serius Zahra?”Ujarku.
“enggak percaya?! Liat ajah di mading sekolah!!
“Enggak usah, Aku percaya kamu kok.” Kataku seraya tersenyum padanya.
Seperti biasanya coret-coretan, piloks-piloksan tak terlepas dari acara adat istiadat kelulusan . setelah semua baju telah penuh coret-coretan dan pilos-pilosan, akupun memberanikan diri mengungkapkan semuanya.
“Zahra?” Ujarku memanggilnya yang sedang duduk menikmati teh kotak pemberianku.
“Iya, ada apa Niel?” Jawabnya seraya menatapku.
“Hmm.., Aku punya kejutan buat kamu, sobatku yang paling cantik, imut dan ngangenin” ucapku sambil mencubit pipi imutnya.
“Apaan sih kamu, Sakit tau’.” Ucapnya dengan nada sedikit manja.
“Ikut aja, pokoknya surprised” kataku membuatnya semakin penasaran.
“Oke, aku ikut.” Jawabnya mengikuti ajakanku.
Disinilah kumulai berfikir, akankah aku dan dia dapat bersatu dengan banyak perbedaan, perbedaan yamg bukan saja tentang keperibadian tetapi juga tentang keyakinan. Kukuburkan dalam-dalam hipotesis-hipotesis yang ada di fikiranku. Sampailah aku di sebuah taman, yah taman yang selalu menjadi tempatku mengerjakan tugas sekolah bersama Zahra.
“Mana kejutannya?” ujarnya mencari sesuatu yang menurutnya adalah kejutan.
“ini kejutannya, Rahh!” ujarku seraya mengeluarkan tasbih dari saku celanaku.
“Ha? inikah tasbih yang hilang 3 tahun yang lalu, kamu yah yang mengambilnya?” ujarnya dengan wajah heran bercampur marah.
“Tidak Zah, aku menemukannya terjatuh di tangga sekolah dan baru saat ini aku ingat untuk mengembalikannya kepadamu..” Ujarku meluruskan permasalahan ini.
“Jadi, tujuan kita kesini untuk apa?”.
Kubuka kalung salib yang melingkar di leherku kudekatkan pada tasbihnya dan berkata padanya
“Zahra, jujur!! Dalam lubuk hatiku yang paling dalam aku menyukaimu, sudah sejak lama kupendam perasaan ini, sudah sejak lama aku mengagumimu dalam diamku. Aku sadar kalung salibku berbeda dengan kalung tasbihmu. Namun, aku sangat mencintaimu walaupun kita berbeda. Biarlah tempat yang sederhana ini menjadi saksi tulusnya aku menyayangimu seorang gadis muslimah yang selalu hadir di setiap mimpi-mimpi indahku” kata-kataku itu membuat suasana menjadi hening.