Oleh: Irah/ Pendidik SMPN 4 Maja
Selasa, 21 Februari merupakan peringatan hari Bahasa Ibu Internasional. Â Dengan peringatan ini diharapkan semua siswa di sekolah menggunakan bahasa ibu di sekolah dan di rumah pada tanggal tersebut. Sebagai apresiasi dari peringatan tersebut, sebagian sekolah menyuruh siswanya untuk memakai pakaian tradisional kebaya dan pangsi di sekolah masing-masing.
Begitupun pagi itu anakku yang bungsu sudah sibuk mengenakan baju kebayanya
" Mah kebaya Dede yang akan digunakan yang mana Mah?" tanyanya padaku tidak sabar.
" Ini saja De, kalau yang satunya terlalu besar" jawabku sambil membawa sepasang baju.
" Mamah heran De, Mamah memakai baju ini sewaktu Mamah wisuda dulu, kho sudah cukup di Dede ya? Padahal Dede baru kelas 5 SD"kataku  sambil memperhatikan baju yang sudah mulai dikenakan oleh anakku.
" Ih Mamahnya kecil badannya pada waktu itu" Kata anakku sambil tertawa.
" Mamah Kata Bapak Guru, hari ini hari Bahasa Ibu, jadi diharapkan selain menggunakan kebaya tradisional juga diharapkan dengan menggunakan bahasa Ibu. Maksud Bahasa Ibu itu apa Mah?" tanya anakku memandangku yang lagi merapikan pakaian dan kerudungnya.
" Bahasa Ibu, berarti bahasa yang dipakai oleh kita di lingkungan rumah sehari-hari" jelasku
" Berarti  nyariosna nganggo bahasa Sunda mah, muhun Mah" tanyanya dengan menggunakan bahasa sunda.
" Muhun cantik, nyariosna kedah nganggo bahasa sunda, urang hirup pan di tatar sunda, khusus dinten ayeuna sadayana kedah nyarios ku basa sunda" jelasku dengan meggunakan bahasa sunda karena kami tinggal di lingkungan yang mayoritas sunda.
" Mah apa maksud di peringati Hari Bahasa Sunda ini?" tanya anakku tambah penasaran.
" Dengan peringatan ini diharapkan kita lebih mencintai bahasa kita sendiri, melestarikan budaya kita, dan tentunya menjaga bahasa dan budaya kita, dan kepada generasi muda diperkenalkan dengan pakaian adat supaya menjadi bangga terhadap kebudayaan  bangsa kita sendiri" jelasku
" Ih Mamah pinter, tapi na"jawab anakku.
" Mah Kata pak Guru  juga nanti akan diadakan permainan tradisional, yang seperti apakah itu  Mah?" tanya anakku tambah penasaran
" Paling permainan sepdur, parengket-rengket jengkol, oray-orayan, loncat tinggi dan lainnya" jawabku
" Nanti datang tolong Mamah beri penjelasan tentang permainan itu semua, sekarang sudah siang mah takut kesiangan nantinya " jawab anakku yang sudah terlihat rapi kudandani.
" Iya sayang , kita berangkat. Mamah perhatikan Dede sudah selesai Mamah dandani" jawabku mengajak anakku berangkat sekolah. Aku pun dengan Dede segera permisi untuk berangkat. Â Tiba di gerbang sekolah anakku,m ku perhatikan hanya sebagian yang memakai kebaya dan kampret dengan pangsi hitam. Â Ternyata hanya anak kelas 5 dan kelas 6 SD saja yang diminta memakainya. Setelah anakku salam, aku pun langsung menuju tempat kerjaku.
Majalengka, 21 Februari 2023
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI