Mohon tunggu...
Irah Fazaliya
Irah Fazaliya Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jalan- jalan

Selanjutnya

Tutup

Love

Hati Hancur Berkeping-keping

19 Januari 2023   20:47 Diperbarui: 20 Januari 2023   11:56 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hati  Hancur Berkeping-Keping

Oleh Irah/ Pendidik SMPN 4 Maja, Kabupaten Majalengka.

Aku semakin tambah dekat dengannya sudah hampir 2 tahun,  apalagi semenjak dia menyatakan keseriusannya untuk mempersunting aku. Masih aku ingat pertemuan pertamaku dengannya, yang tanpa sengaja di sebuah bus kota. Aku tidak menyangka, malah dia langsung berkunjung ke rumahku secara intens, sejak saat itu kami selalu bertemu. Dari seringnya kami bertemu, dia akhirnya menyatakan cintanya padaku.

Suatu hari seperti biasa dia ke rumahku, tiba-tiba dia bilang kalau dia minta maaf kalau dirinya tidak akan sesering ini ke rumahku.

" De, maafkan mas,  kalau mas mungkin nanti akan agak lama tidak  ke rumah Ade" katanya mengawali pertemuanku saat itu.

" Memangnya mengapa mas?' kataku sambil menatapnya dan merasakan keherananku karena selama ini dia selalu menemuiku.

" Kebetulan De, mas dipindahkan tugas ke Indramayu dan mas mesti menyesuaikan diri dulu"

" Terus kapan mas akan ke sini lagi?'tanyaku

" Segera setelah mas tahu di tetapkan di daerah mana-mananya, jadi mas harap Ade harus sabar menunggu mas, nanti setelah Ade beres kuliahnya mas akan segera menikahi Ade" katanya meyakinku

Aku diam saja, mendengar penjelasannya  sambil termenung.

" De, percayalah mas tidak mungkin meninggalkan Ade, percayalah. Lagian mas  juga kan sudah menitipkan Ade ke orang tua, masa mas harus hianati kepercayaan itu " katanya meyakinkanku sambil tersenyum.

" Ya sudah, tapi nanti tolong segera kasih khabar" kataku sambil menahan air mata. Entah mengapa aku merasa was-was dia pindah tugas ke Indramayu . Akhirnya dia pamit ke orang tuaku, dan janji akan segera kembali untukkku.

Beberapa minggu telah berlalu, sampai berbulan-bulan  Mas Hary tidak ada khabar juga. Akhirnya aku mencoba mencari tahu ke sahabatnya .

Siang itu selepas aku mengikuti kuliah terakhirku, aku mengunjungi tempat kontrakannya sewaktu di Cirebon, dengan keluarga di sana aku sudah seperti saudara sendiri. Seperti pada saat itu, aku langsung menghampiri Ema seorang ibu kost- an, dan sekaligus ibu dari sahabat Mas Hary.

Kami pun berbincang-bincang, Ema sudah tahu siapa aku. Seperti biasa aku disambut dengan hangat. Sambil menunggu sahabat Mas Hary  yang bernama Gibran. Menjelang sore hari Gibran baru datang. Kemudian aku pun ngobrol dengannya, dan menceritakan maksudku ke sana.

" Ya sudah De, nanti mas Gibran akan cari tahu di mana mas Hary mu berada, nanti sudah ada khabar mas akan memberi tahu.

 Seminggu sudah belum ada khabar dari mas Gibran, padahal aku sudah tak sabar ingin bertemu dengan mas Hary, sambil ingin memberitahu kalau aku sudah lulus dan bulan depan aku di wisuda. Setelah meminta izin dari orang tuaku, aku kembali ke rumah mas Gibran, sepertinya mas Gibran menyembunyikan sesuatu.

" Mas Gibran, tolong aku antar aku ke sana hari ini, aku ingin menemuinya langsung dan memberitahu tentang wisuda ku ini langsung ke Mas Hary" kataku ke Mas Gibran.

" Ya sudah, kalau Ade maksa, mas akan antar ke Indramayu" jawabnya .

Akhirnya kami pun siap- siap dan dengan menggunakan bus, kami menuju ke Indramayu.

Tiba-tiba Gibran menyetop bus dan kami turun.

" De, tunggu di sini ya, mas akan telepon dulu ke kantornya" kata Mas Gibran dan dia langsung mencari wartel.  Sementara aku duduk di salah satu warung kopi yang tidak jauh dari wartel.  Tidak berapa lama Gibran sudah kembali lagi. Dan dia menyuruh aku untuk menunggunya. Katanya sebentar lagi mas Hary akan datang.  Sambil menunggu aku banyak bertanya, tapi aku merasa heran, mengapa mas Gibran menjawabnya sepertinya tidak semangat, padahal kalau kami ngobrol Gibran tidak seperti itu.  Dia orangnya ceria, dan kalau ngobrol walau lagi serius pasti ada  saja guyonannya. Tapi kali ini Gibran hanya sekedarnya saja menjawabnya.

" Mas Gibran sakit?" tanyaku

"Engga, kho Ade tanya begitu?'jawab Gibran

" Aku perhatikan Mas Gibran banyak diam , bahkan menjawab pertanyaan ku saja hanya seperlunya" kataku sambil menatap Gibran.

" Engga, ga apa-apa" Jawabnya pendek.

Setelah hampir setengah jam kami menunggu, tiba-tiba mas Hary datang. Dan dia begitu kaget melihat aku bersama Gibran, sahabatnya.

" Ade  di sini juga?' tanyanya seperti heran

" Memangnya  kenapa  mas? tidak boleh aku ke sini?' jawabku sambil menatap mas Hary yang kulihat sedikit kurus.

" Habis  mas tidak ada kabar beritanya sampai berbulan-bulan" jawabku ceria melihat mas Hery yang masih melongo menatapku 

" Sehat mas?" tanyaku lagi

"Emmmm....alhamdulillah"

" Ayo De, kita ngobrolnya di sana" katanya canggung sambil menunjuk ke arah rumah makan yang tidak jauh dari tempat itu.

Aku mengikuti ajakan mas Hary, aku pikir mas Hary mau makan. Tapi ternyata dia hanya pesan kopi saja, malah mempersilakan aku makan.
" Ga mas, aku tidak lapar" jawabku setelah duduk.

Mas Hary malah mengambilkan aku makanan.

" Mas, aku ke sini bukan untuk makan, aku hanya ingin memberitahu mas kalau aku akan di wisuda bulan depan, dan aku harap mas hadir pada acara tersebut" jawabku penuh harap.

" Dan aku juga mau tanya kenapa mas tidak datang ke rumahku lagi? Apa mas memang sibuk sekali ? atau mas memang mau mengingkari janji mas pada orang tuaku dan padaku? Ingat mas, mas sudah janji pada orang tuaku dan sudah meminta aku pada mereka untuk mempersuntingku nanti setelah aku wisuda dan sekarang aku ke sini meminta kepastian mas" jawabku lirih sambil mengucek-ngucek makanan yang mas Hary sodorkan ke hadapanku tadi.

" Tapi De, mas..." jawabnya sambil menunduk

" Kenapa mas"? tanyaku sambil menatap mas Hary yang kelihatannya gugup.

" Tapi kenapa De, baru datang sekarang ke sini? Kenapa tidak dari kemarin-kemarin ?" tanyanya

" Maksud Mas apa? Aku di rumah menunggu mas, ingat mas sendiri yang sudah janji akan segera menemuiku lagi kalau sudah kelar pekerjaan di sini nya, iya kan?"

" Dan mas sendiri juga tidak memberiku alamat yang lengkap, jadi mana mungkin aku datang ke sini, dan aku perempuan, mana mungkin aku ke sini. Ini juga aku ke sini bersama mas Gibran" jawabku.

" Tapi De, maafkan mas mu ini " Jawabnya sambil menunduk

"Apa maksud mas minta maaf, aku semakin tidak mengerti" jawabku penuh selidik dan semakin heran saja melihat tingkah mas Hary yang  tambah gugup dihadapanku.

" Mas akui, mas sudah janji pada orang tua Ade akan menjaga Ade dan sudah menitipkan Ade pada mereka, tapi  mas minta maaf, karena mas ..." jawabnya tidak diteruskan seolah enggan untuk memberitahuku.

" Ada apa mas, jawab" tanyaku lagi

" Apa aku salah ke sini mas?'

" Ga de, mas yang minta maaf . Sebenarnya mas...."

Aku menatap mas Hary heran dan penuh tanda tanya.

" Ada apa mas, jelaskan biar aku paham" tanyaku lagi

" Sebenarnya mas, sudah menikah baru seminggu ...." jawabnya sambil menunduk

" Apa mas? Menikah? Kenapa? Apa salah saya mas? Mana janji mas pada orang tuaku dan padaku? kenapa mas tega padaku?' tanyaku sambil menahan air mata yang sepertinya akan melintas di mukaku, aku tidak mau menangis di hadapan mas Hary.  

" Mas minta maaf De"

Sejenak ku terdiam  sambil kupandangi wajah mas Hary yang tertunduk dihadapanku, ada rasa sakit yang menusuk-nusuk di dadaku, dan ingin rasanya aku menampar mas Hary, memaki mas Hary yang telah tega menghianatiku. Tapi ku coba menguasai hatiku.

" De, Mas minta maaf, mas salah"

Sekali lagi Mas Hary minta maaf, sambil tertunduk tidak berani menatapku.

" Ga ada yang perlu dimaafkan mas, aku ucapkan selamat mas, tentunya  aku permisi " jawabku tanpa menunggu jawaban dari Mas Hary,  sambil buru-buru keluar mencari mas Gibran.

" Ayo mas Gibran kita pulang" jawabku sambil mengenggam tangan mas Gibran.

Dan aku langsung menuju jalan raya mau menyetop bus, tanpa menoleh lagi ke arah mas Hary yang terbengong melihat aku langsung meninggalkannya .  Indramayu yang ayu kutinggalkan dengan penuh luka di hati.  Di perjalanan pulang, aku sudah tidak kuat lagi menahan tangisan.

Majalengka, 19  Januari 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun