Oleh: Irah / Pendidik SMPN 4 Maja, Majalengka
Kendaraanku di pacu dengan cepat menuju supermarket. Aku ingat ada beberapa kebutuhan yang belum aku beli. Setelah memarkirkan kendaraanku, aku langsung menuju ke dalam supermarket, dan segera membeli kebutuhan untuk di rumah dan langsung membayarnya ke kasir.
Kutempatkan belajaanku, dan langsung aku meluncur memacu kendaraan. Di perjalanan pulang, aku merasakan begitu haus, segera ku masuk ke tempat kelapa muda, tentunya pasti  seger, siang-siang minum kelapa muda.
Pandanganku tertuju pada seorang kakek tua, berjalan terhuyung-huyung.  Oleh pemilik warung kakek tersebut diberi minum. Setelah kelihatan agak seger, kami pun menanyakan tentang kakek tersebut. Ku lihat kulitnya sudah mulai keriput, dan sepertinya dia memaksakan diri untuk bepergian. Ternyata benar ia katanya habis berkunjung ke anaknya, yang lumayan jauh dari tempat tinggalnya beda kecamatan. Aku begitu tersentuh sekali, rasanya aku malah ingat kepada orang tua. Sedih sekali aku melihat dan mendengar ceritanya. Dia pergi hanya berjalan kaki beralaskan sandal capit, karena dia tidak punya uang  sama sekali.  Dan anak yang dikunjunginya juga tidak punya uang, dan membiarkan si bapak tua berjalan kaki untuk pulang.
"Kakek sekarang pulang ke kampung naik angkot ?' tanyaku
" Ga, mau jalan kaki saja, kakek tidak punya, ini juga habis dari anak kakek tapi mereka juga tidak punya uang" katanya sambil menunduk.
" Maaf kakek ikut beristirahat dulu di sini, nanti kalau sudah capenya kakek mau jalan lagi" katanya .
" Kakek sudah jangan jalan kaki, nanti saya anter sampai depan " kataku pada si kakek
" Terima kasih bu" kata kakek
 Setelah hauasku hilang dan membayarnya . Aku mempersilakan Si kakek naik ke kendaraanku . Aku pikir,  kalau dia naek angkot malah kasian naik tuturnya karena aku lihat dia sudah rempo sekali. Dan aku kasian sekali padanya. Akhirnya aku anterin, dia bilang rumahnya dekat alun di kampungnya ternyata sudah melewati malah dia bilang menyuruh aku belok.
" Kek, ini kan sudah sampai alun" kataku sambil menghentikan kendaraanku.
" Tapi bukan di sini, tapi alun desa yang satunya"
Tanpa pikir panjang aku menuruti membelokkan kendaraanku,.
" Kek, di mana?" tanyakuÂ
" Masih jauh " jawabnya
 aku malah tambah bingung, takut juga karena aku perempuan apalagi melewati toangan. Akhirnya tiba dekat alun aku menghentikan kendaraanku.
"Kek ini sudah sampai alun , iya Nak kakek turun di sini saja" katanya sambil turun dari kendaraan dengan terhuyung
" Di mana rumahnya kek?'
" Itu rumah kakek belakang rumah itu" Katanya sambil menunjuk rumah yang di pinggir jalan.
" Iya kek, Alhamdulillah kalau sudah sampai . Kek, bawa makanan ini dan maaf ini sekedar untuk beli kebutuhan lainya" kataku sambil menyodorkan kantong yang berisi makanan dan  sedikit uang.
" Terima kasih  Nak, silakan mampir dulu ke rumah kakek" katanya sambil menerima pemberianku  kulihat dia menangis.
" TIdak usah kek, aku buru-buru"
Setelah kakek masuk ke gang dan ke rumahnya, aku di sapa tetangga si kakek. Mereka bilang memang si kakek hidup hanya berdua dengan adiknya yang sama-sama sudah tua. Mereka memang orang tidak punya. Dan hanya hidup mengandalkan belas kasian anak-anaknya. Â Aku hanya bisa terdiam mendengar penjelasan kehidupan si kakek. Â Dan berharap, mudah-mudahan anak-anaknya dan tetangganya peduli pada kehidupan mereka, jangan sampai mereka kelaparan.
Majalengka, 12 November 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H