Mohon tunggu...
irawan raharja
irawan raharja Mohon Tunggu... -

Standup comedian sepi job, penulis serabutan dan boardgame designer. Panjang kalo ditulis di sini, soalnya Saya anaknya sombong..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Menulis Tidak Lagi Manis

5 Januari 2016   16:19 Diperbarui: 7 Januari 2016   09:57 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama, saya minta maaf atas user nickname saya yang culun.

"Pokemon" adalah nama yang saya ketik sembarangan ketika dua kali percobaan memasukkan username dengan nama sendiri gagal. Apa boleh buat, saya nggak terlalu suka nama samaran atau nama pena. Nama saya Irawan Raharja, ya sudah panggil Irawan saja. Saya khawatir mengubah-ubah nama yang sudah susah-susah diberikan oleh orangtua akan berujung pada kualat. (Meski saya cukup yakin bapak saya tidak punya cukup kekuatan untuk mengubah saya jadi batu)

(edit, sekarang username sudah diubah jadi iraharja)

Kedua, yang ini mulai berkaitan dengan judul.

Saya tidak menyebut diri saya penulis, meskipun dulu pernah (sekali) menerbitkan buku komedi dengan judul "Berharap Hiphop". Tapi pekerjaan saya sekarang sebagai seorang content creator mewajibkan saya membuat cukup banyak tulisan. Akhirnya bisa ditebak, hari-hari saya jadi dipenuhi dengan kegiatan tulis-menulis.

Sayangnya, kegiatan tulis menulis yang saya lakoni sekarang ini tidak menimbulkan perasaan gegap gempita seperti yang saya rasakan saat saya menulis novel ataupun surat cinta buat pacar. Bukannya tidak senang, hanya tingkat keriaannya berbeda, barangkali cuma gegap, tapi tanpa gempita, atau ibarat Dorce, tapi yang ini tanpa Gamalama. Barangkali inilah resiko yang harus ditanggung oleh seorang penulis yang menulis dalam sangkar. Ia diminta untuk terbang, tapi kepakan sayapnya terlalu kencang sampai akhirnya menabrak langit-langit kandang. 

Saat tulisan ini dibuat, saya masih terkaget-kaget dengan kenyataan bahwa rekan kerja sekantor saya (yang kebetulan kerjaannya sama) memposting artikel tentang sastra yang panjangnya minta ampun di kompasiana.com. Yang membuat saya bengong adalah disaat yang sama, si teman saya ini juga sedang kesulitan mengerjakan 'tulisan-tulisan dalam sangkar' yang notabene jauh lebih mudah daripada deskripsi njlimet-nya tentang Kuntowijoyo. Sungguh sebuah anomali bukan?

Fenomena apakah ini? sambil mencoba-coba mencari jawabannya, saya lupa berkaca pada diri sendiri. Ternyata hal yang sama terjadi juga pada saya, pekerjaan kantor yang masih macet dan menumpuk seakan mencibir iri pada jemari saya yang lincah menari di kolom digital ini. Di kotak kecil ini, pintu sangkar saya seakan terbuka. Untuk sejenak saya merasa lupa pada kewajiban-kewajiban di dalam sangkar dan merasakan bebasnya keluyuran di udara bebas. Oh, sebagai informasi.. ini pertama kalinya saya nge-blog (lagi) setelah diam bertahun-tahun. Kadang-kadang, saya kembali merindukan rasanya menulis dan berdiskusi dengan teman-teman maya yang baik, seperti saat masih aktif di MULTIPLY (almarhum). Nggak seperti sekarang, dimana diskusi yang ramai di jagad internet adalah diskusi religius-pedas yang berakhir dengan ditekannya tombol 'unfriend'.

Ya, saya ingat. Di masa itu menulis bisa jadi kegiatan yang bisa mengurangi stres, bukan sebaliknya.

Menulis bagi saya memang tidak lagi manis, tapi saya selalu melihat sesuatu dari berbagai sudut. Mungkin adakalanya kita perlu sedikit mengalah pada ego yang membuncah. Bukannya sombong, saya memang punya skill di berbagai bidang (dari nyanyi, ngerap sampai standup comedy) tapi jika dipikir lagi, saya sudah terlanjur tercebur di dunia literasi. Senjata sudah saya pilih, nggak ada yang bisa saya lakukan selain terus berusaha menajamkan ujungnya. Kalau saya masih bermain-main, pada akhirnya senjata yang saya punya nggak akan cukup kuat buat menebas kehidupan yang semakin keras (azeggg).

Mungkin menulis bebas seperti ini sesekali perlu juga, supaya saya punya energi lebih untuk kembali berkecimpung di dalam sangkar emas yang saya tempati sekarang ini. Barangkali, mereka-mereka yang merasa terkekang juga nggak perlu terburu-buru berfikir untuk kabur. Ketuk saja pintu sangkarnya, minta izin untuk keluar sebentar. Setelah itu, siapa tahu menulis bisa kembali manis.

 

Siapa tahu :)

 

 

image-nya googling, lupa source euy. maaf!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun