Mohon tunggu...
ira guslina
ira guslina Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Project Manager Duniabiza

Ami dari Bintang, Zizi dan Arsyad. Ibu rumah tangga penuh waktu. Senang memasak dan menulis di www.duniabiza.com Temukan saya di Twitter : @DuniaBiza Ig : www.instagram.com/duniabiza Email: duniabiza@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Blog dan Berlapis Kewarasan

5 Februari 2017   23:46 Diperbarui: 6 Februari 2017   00:00 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi masih basah. Kumandang azan lewat corong pengeras suara dari musholla di ujung gang belum terdengar.  Angin darat masih menangkupi rumah kecil kami di daerah Cikarang, Bekasi. Di depan layar komputer jemari saya tengah sibuk menari-nari, menekan tombol keyboard silih berganti.

Seperti hari-hari yang sudah. Satu jam menjelang subuh merupakan hari ‘emas’ bagi saya untuk menulis. Menulis apa saja. Menuangkan ide dan gagasan mengenai banyak hal melalui rumah maya bernama blog.

Tidak tiap hari memang saya habiskan untuk ngeblog. Biasanya satu kali dua hari. Untuk mengupdate dua blog pribadi yang sudah setahun lebih saya kelola. Sesekali menulis di Kompasiana. Kalau tidak menulis artikel, ya paling tidak berkunjung dan membaca artikel yang diunggah di sejumlah blog milik  teman-teman blogger.

Tidak ada keharusan untuk melaksanakan kebiasaan ini. Tidak pula ada paksaan. Saya melakukannya karena memang senang menulis. Menghabiskan waktu di depan layar monitor sambil menuangkan berbagai gagasan membuat saya merasa jauh lebih hidup. Barangkali karena memang sejak kecil, saya sudah suka menulis.

Ketika kelas empat SD, saya paling senang dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Apalagi saat itu ada materi mengarang, melanjutkan cerita yang sudah disajikan melalui paragraph pembuka. Kalau tidak salah, perintahnya berbunyi, “lanjutkan paragraf berikut hingga menjadi sebuah cerita.” Kesenangan yang makin menjadi setelah saya berkecimpung di pers kampus ketika kuliah dulu.

Ketika masih berkecimpung di dunia kerja, kesenangan akan dunia tulis menulis ini berlanjut. Namun kesenangan itu lebur dalam tugas harian yang saya jalankan dalam bentuk laporan.

Sekarang, setelah hampir dua tahun berstatus ibu rumah tangga penuh waktu, saya tak lantas bisa meninggalkan belantara aksara begitu saja. Maka jalan yang paling mengasyikkan dan mudah diakses untuk tetap terhubung dengan deretan kata-kata adalah melalui blog. Menuliskan sejarah yang abadi melalui untaian kata berupa artikel dan sesekali menulis fiksi.

“Untuk apa ngeblog? Bukankah pekerjaan sebagai ibu rumah tangga tak pernah ada habisnya, apalagi dengan tiga krucils di rumah?”

Yap. Untuk apa ngeblog? Kenapa harus ngeblog? Dua pertanyaan yang diam-diam sering saya dengar. Ada temans yang serius bertanya, dan adapula yang sekadar menyentil bahwa saya adalah ibu tiga anak yang sudah pasti sibuk dengan urusan domestik. Lalu untuk apa lagi ngeblog. Apa manfaatnya buat saya?

Pada mulanya, ketika bersentuhan dengan blog pada 2009 tak banyak hal terpikir. Saat itu saya memperlakukan blog tak ubahnya buku catatan harian yang berubah menjadi digital. Blog menjadi tempat mencurahkan hal-hal biasa yang terasa dan merangkainya menjadi cerita. Blog adalah tempat curhat. Karena itu saya tak ingin blog gratisan yang sudah dibuat tersebar luas dengan cepat, keinginan yang sebetulnya bertentangan dengan prinsip media digital.

Belakangan, setelah aktif lagi menulis di blog saya merasakan energi berbeda. Blog yang dulu hanya saya anggap sebagai tempat curhat tak bermakna menjadi lebih dari sekadar sebuah diari digital. Blog berubah menjadi tak sekadar tempat aktualisasi, tetapi berkembang menjadi tempat berbagi informasi dan inspirasi. Apalagi dengan era keterbukaan informasi yang membuat blog memiliki tempat sendiri sebagai salah satu media informasi.

Blog akhirnya menjadi tempat bagi saya untuk turut berbagi informasi. Menjadi tempat menuangkan berbagai gagasan agar tetap berada dalam lingkaran bernama kewarasan. Ngeblog tak hanya membuat saya tetap waras, tetapi juga menjaga agar tetap berada dalam berlapis kewarasan.

Berlapis Kewarasan

saya-ngeblog-karena-589758dd3097738e0919b625.jpg
saya-ngeblog-karena-589758dd3097738e0919b625.jpg
Yup. Saya menyebutnya berlapis kewarasan lantaran blog dan aktivitas blogging memberikan berbagai manfaat yang membuat saya tetap berada di dalam lingkaran kewarasan.

Pertama, blog dan segala aktivitasnya membuat saya tetap terjaga, dan selalu kritis dalam melihat dunia. Blog memberi semangat untuk terus berkarya. Menjadi stimulus untuk terus berpikir. Seperti obat jiwa, candu yang membuat pikiran selalu terasah untuk berpikir. Menjauhkan diri dari rasa malas dan enggan. Blog menjadi obat anti pikun yang bisa diminum kapan saja.

 Lebih dari itu, blog dan segala aktivitasnya mengingatkan saya untuk tetap peka terhadap lingkungan. Sebagai media yang menjadi corong untuk setiap warga negara untuk bebas menuliskan apa saja, blog memberi ruang pada saya untuk berbagi kabar mengenai keadaan sekitar. Menyorot berbagai fenomena sosial yang terjadi di sekitar.

Kedua, blog telah memberi kesempatan kepada blogger, termasuk saya, untuk menjadi bukan warga biasa. Menjadi bukan warga kelas dua. Melalui blog, setiap blogger bisa berbagi informasi dan melaporkan berbagai hal di sekitar dengan bertanggung jawab kepada masyarakat luas. Inilah yang kemudian membuat blogger didaulat menjadi jurnalis warga.

Menjadi jurnalis warga, adalah sebuah status yang diemban blogger dengan mengedepankan kewarasan. Waras dalam melihat berbagai fenomena, dan jujur dalam menyampaikan laporan. Menjadi pribadi yang bertanggung jawab dengan tulisan dan informasi yang disebar.

Dalam menjalankan peran sebagai jurnalis warga ini pula, saya senantiasa mengingatkan diri untuk selalu mengisi blog personal yang saya kelola dengan tetap memperhatikan fenomena sosial yang terjadi di sekitar. Saya juga tak segan menulis berbagai kegiatan sosial, dan kegiatan yang memberi nilai tambah pada masyarakat.

Tulisan mengenai berbagai fenomena ini salah satunya adalah tulisan berjudul “Sebuah Kisah dari Titik 50 Kilometer Jakarta” yang saya unggah di blog personal. Tulisan ini menceritakan kondisi minimnya air bersih yang dirasakan warga di salah satu daerah di Cikarang Bekasi. Tulisan lain misalnya tentang nasib sekolah untuk anak tak mampu di kawasan Bantar Gebang.

Ketiga, blog mengajarkan dan mengingatkan saya untuk selalu jeli dalam menyerap berbagai informasi. Dan hati-hati dalam menyebar informasi. Tak semua informasi yang beredar di dunia maya adalah sebuah kebenaran. Adakalanya informasi yang tersebar merupakan rekayasa atau hoax yang disebar oleh orang-orang tak bertanggungjawab. Makin saya menyelami dunia blogging, makin saya diingatkan untuk bijak dalam bermedia sosial. Tidak menjadi bagian dalam barisan orag-orang yang tak bertanggung jawab.

Keempat, Blog dan aktivitas blogging mengajarkan untuk terus  berbagi kebaikan pada masyarakat luas. Menghadirkan konten-konten yang berguna dan memberi nilai tambah pada setiap orang yang membaca. Blog dengan segala aktivitasnya menjadi ladang bagi saya untuk menjadi pribadi yang lebih berguna.

Dan kini, di tengah perkembangan teknologi, blog makin dilirik sebagai media alternatif untuk melakukan berbagai kampanye maya. Blog, karena kekhasan dan keunikannya dalam berbagi informasi menjadi lahan baru untuk berbagai kampanye. Meski begitu, bagi saya blog tetaplah sebuah media warga. Tempat berbagi cerita dengan tetap mengutamakan fakta. Blog tetap ruang tetap minda berkarya, menjadi tempat bagi saya dan juga blogger pada umumnya untuk tetap berada dalam lingkaran kewarasan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun