“Nak jangan pernah berhenti berusaha untuk mempersiapkan hari esok. Ingat Nak, tanam padi tumbuh padi, tanam jagung tumbuh jagung. Tanam ilalang tak akan pernah jadi gandum.” Begitu pesan orang tua yang selalu saya ingat hingga kini.
***
Ketika masih bersekolah dulu, orang tua juga selalu mengingatkan saya untuk giat belajar. Tak boleh ada waktu yang dihabiskan untuk keluyuran atau jalan-jalan. Waktu itu sebenarnya saya belum terlalu mengerti kenapa harus sesaklek itu dengan hidup. Toh hidup itu untuk dinikmati bukan?
Tapi lama kelamaan saya makin mengerti. Bahwa hidup itu adalah sebuah rencana. Bahkan bila merujuk filosofi hidup bagai air mengalir pun, tetap saja ada tujuan akhir. Sebuah muara, menuju lautan. Air, meski terlihat mengalir begitu saja sebetulnya juga tetap punya rencana di setiap perjalanannya menuju lautan.
Seperti yang Abak pernah sampaikan. Bila ingin memetik hasil di hari esok, mulailah menanam dari sekarang. Bila tak mau menanam dan merawat bibit, jangan pernah berharap bisa memanen buah di hari nanti.
Di lingkungan keluarga kami, saya mengenal dua orang yang saya sebut dengan paman. Umur mereka berdekatan, tertaut antara 2-3 tahun. Keduanya dulu adalah pegawai kantoran dengan gaji bulanan dan sekarang telah pensiun.
Dulu, saya lebih suka bila diajak bertamu ke rumah paman A. Menurut saya waktu itu paman A lebih baik dari paman B. Kehidupan paman A juga terlihat lebih mewah. Ia sering mengajak keluarga besar berjalan-jalan ke mall dan ke luar kota. Bila sedang berjalan-jalan ia juga royal, suka mentraktir keluarga makan di restoran.
Sedangkan paman B menurut saya terbilang pelit. Begitu juga dengan istrinya. Bila mengajak kami berjalan-jalan, ia akan membawa bekal dari rumah. Bila memberi uang jajan ia akan meminta uang itu ditabung untuk sekolah. Sedangkan dengan paman A, bila memberi uang jajan ia akan bilang, “Ini uang untukmu, buat beli es krim.” Bagi anak-anak seperti saya, mendapat uang untuk beli es krim tentu lebih seru daripada uang untuk ditabung.
Tapi itu dulu. Seiring berjalannya waktu, dan kini ketika kedua paman itu telah pensiun, saya mendapat dua hal yang lagi-lagi bertolak belakang. Kehidupan paman B justru terlihat lebih baik daripada paman A. Paman B sekarang punya usaha sendiri di rumahnya. Ia bahkan telah memiliki dua orang karyawan. Paman B hidup berkecukupan di hari tuanya.
Sedangkan paman A sebaliknya. Beberapa waktu setelah pensiun, ia mengalami masalah keuangan. Saya tidak tahu persis apa masalahnya, yang saya tahu ia kemudian menjual rumahnya dan kini kembali ke kampung halaman. Tak berapa lama ia juga menjual mobil yang selama ini selalu di bawa ke mana-mana.
Rupanya kedua paman ini memiliki prinsip yang berbeda dalam hidup. Paman A punya prinsip "hari ini untuk hari ini, urusan besok selesaikan besok." Prinsip hidup ini memang membuat ia terlihat senang dan bahagia ketika masih muda. Hidup berlimpah setiap hari.
Sayangnya paman A lupa tentang hari esok, masa di mana ia tak lagi punya penghasilan yang besar setiap bulannya. Sedangkan paman B meski terkesan pelit, sebenarnya ia tengah menerapkan pola hidup sederhana. "Bahwa hari ini juga untuk hari esok, bahwa hari esok harus dipersiapkan sejak dini."
Melihat keadaan berbeda yang dialami dua paman itu, saya makin sadar mengapa Abak selalu mengingatkan untuk rajin menanam selagi muda. Tanam padi tumbuh padi, tanam rumput tak akan pernah menjadi padi. Bahwa apa yang akan diterima di hari esok adalah cerminan apa yang diperjuangkan dan disiapkan di hari ini.
Pentingnya Perencanaan Sejak Dini
Saya tak bisa bayangkan bagaimana hari tua kami nantinya dengan anak-anak yang terus tumbuh bila tak dipersiapkan sejak dini. Mereka butuh biaya pendidikan, dan juga biaya menikah. Sebagai orang tua, tentu saja saya dan suami bertangung jawab mempersiapkan masa depan mereka dengan sebaiknya.
Beberapa waktu lalu, saat kami berkeliling mencarikan Kelompok Bermain untuk si sulung Bintang, saya dan suami sempat mampir ke beberapa TK dan PlayGroup. Selain menanyakan tentang program dan kurikulum setiap sekolah, tak lupa kami bertanya mengenai biaya masuk dan uang SPP yang harus dipersiapkan.
Betapa terkejutnya saya waktu itu karena ternyata biaya masuk dan uang pembangunan untuk Kelompok Bermain saja sudah butuh beberapa juta. Bagaimana bila nanti si bungsu Azizah juga sudah bersekolah? Bagaimana bila mereka naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi? Dan itu baru angka sekarang, bagaimana dengan biaya nanti setelah ada inflasi?
Bisa saya bayangkan kami akan kelimpungan mempersiapkan biaya pendidikan untuk mereka bila tak dipersiapkan sejak dini. Apalagi, ketika Bintang dan Azizah sudah mulai kuliah, usia saya dan suami juga makin bertambah. Belum lagi kami juga harus mempersiapkan dana kesehatan untuk memastikan kami bisa menikmati masa tua dengan tenang dan nyaman.
Saya pun kemudian mencoba mengkalkulasi, berapa sebenarnya biaya riil yang diperlukan untuk pendidikan anak-anak nanti. Untungnya, sekarang saya tak perlu repot mengali-ngali dan mengkalkulasi sendiri. Ada Financial Calculator dari Commonwealth Life yang membantu saya dalam menghitung biaya yang dibutuhkan kelak. Misalnya menghitung biaya pendidikan anak-anak.
Saya lalu memasukkan perkiraan biaya pendidikan yang dibutuhkan di setiap jenjang pendidikan. Angka ini juga sudah dengan mempertimbangkan inflasi dan kenaikan biaya hingga 15 persen setiap tahunnya dibanding biaya hari ini.
Bila dihitung uang sebanyak itu memang terlihat besar. Namun menurut saya, lebih baik mempersiapkan dari sekarang daripada susah di hari esok. Dengan merencanakan keuangan sejak dini, saya dan suami bisa menyimpan energi di hari tua. Bisa menikmati hidup dengan lebih tenang dan nyaman.
Tapi dana yang tadi saya hitung baru untuk kebutuhan biaya pendidikan. Bagaimana dengan perlindungan kesehatan dan jaminan pensiun? Yes. Tentu saja, untuk mendapatkan hari esok yang lebih baik, semuanya perlu dipersiapkan sejak dini. Karena itu saya butuh satu produk investasi terbaik yang bisa mencakup semua kebutuhan saya di masa mendatang. Ya untuk pendidikan anak, ya untuk kesehatan, dan untuk dana pensiun.
Untuk kebutuhan masa depan ini, perusahaan asuransi Indonesia PT Commonwealth life punya jawaban. Sebagai salah satu pemain utama dalam industri asuransi, Commonwealth Life punya Investra Titanium.
Hal menarik dari Investra Titanium karena menyediakan manfaat lebih dengan memberikan alokasi investasi yang lebih besar sejak polis mulai berlaku. Produk ini juga memberi manfaat berganda bagi tertanggung yang menderita penyakit yang tidak tersembuhkan (Terminal Ilness) yaitu 50 persen uang pertanggungan akan dibayarkan lebih awal. Itulah kenapa investra Titanium disebut Asuransi Jiwa Terbaik.
Pada akhirnya, bagi saya dan keluarga tak ada pilihan lain untuk tidak mempersiapkan hari esok yang lebih baik sejak dini. Menunda investasi untuk masa depan sama saja dengan menunda dan menumpuk masalah menjadi bertambah besar.
Bagaimana pun, pesan Abak sudah begitu jelas mengingatkan akan pentingnya mempersiapkan masa depan ini. Bila ingin hasil yang baik maka persiapkanlah dengan baik. Tanam padi tumbuh padi, tanam jagung tumbuh jagung, dan Tanam ilalang tak akan pernah jadi gandum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H