Mohon tunggu...
ira guslina
ira guslina Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Project Manager Duniabiza

Ami dari Bintang, Zizi dan Arsyad. Ibu rumah tangga penuh waktu. Senang memasak dan menulis di www.duniabiza.com Temukan saya di Twitter : @DuniaBiza Ig : www.instagram.com/duniabiza Email: duniabiza@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Menjemput Hari Esok Bersama Commonwealth Life

6 Juni 2016   07:47 Diperbarui: 26 Juni 2020   20:56 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Nak jangan pernah berhenti berusaha untuk mempersiapkan hari esok. Ingat Nak, tanam padi tumbuh padi, tanam jagung tumbuh jagung. Tanam ilalang tak akan pernah jadi gandum.” Begitu pesan orang tua yang selalu saya ingat hingga kini.

***

Ketika masih bersekolah dulu, orang tua juga selalu mengingatkan saya untuk giat belajar. Tak boleh ada waktu yang dihabiskan untuk keluyuran atau jalan-jalan. Waktu itu sebenarnya saya belum terlalu mengerti kenapa harus sesaklek itu dengan hidup. Toh hidup itu untuk dinikmati bukan?

Tapi lama kelamaan saya makin mengerti. Bahwa hidup itu adalah sebuah rencana. Bahkan bila merujuk filosofi hidup bagai air mengalir pun, tetap saja ada tujuan akhir. Sebuah muara, menuju lautan. Air, meski terlihat mengalir begitu saja sebetulnya juga tetap punya rencana di setiap perjalanannya menuju lautan.

Seperti yang Abak pernah sampaikan. Bila ingin memetik hasil di hari esok, mulailah menanam dari sekarang. Bila tak mau menanam dan merawat bibit, jangan pernah berharap bisa memanen buah di hari nanti.

Di lingkungan keluarga kami, saya mengenal dua orang yang saya sebut dengan paman. Umur mereka berdekatan, tertaut antara 2-3 tahun. Keduanya dulu adalah pegawai kantoran dengan gaji bulanan dan sekarang telah pensiun.

Dulu, saya lebih suka bila diajak bertamu ke rumah paman A. Menurut saya waktu itu paman A lebih baik dari paman B. Kehidupan paman A juga terlihat lebih mewah. Ia sering mengajak keluarga besar berjalan-jalan ke mall dan ke luar kota. Bila sedang berjalan-jalan ia juga royal, suka mentraktir keluarga makan di restoran.

Sedangkan paman B menurut saya terbilang pelit. Begitu juga dengan istrinya. Bila mengajak kami berjalan-jalan, ia akan membawa bekal dari rumah. Bila memberi uang jajan ia akan meminta uang itu ditabung untuk sekolah. Sedangkan dengan paman A, bila memberi uang jajan ia akan bilang, “Ini uang untukmu, buat beli es krim.” Bagi anak-anak seperti saya, mendapat uang untuk beli es krim tentu lebih seru daripada uang untuk ditabung.

Tapi itu dulu. Seiring berjalannya waktu, dan kini ketika kedua paman itu telah pensiun, saya mendapat dua hal yang lagi-lagi bertolak belakang. Kehidupan paman B justru terlihat lebih baik daripada paman A. Paman B sekarang punya usaha sendiri di rumahnya. Ia bahkan telah memiliki dua orang karyawan. Paman B hidup berkecukupan di hari tuanya.

Sedangkan paman A sebaliknya. Beberapa waktu setelah pensiun, ia mengalami masalah keuangan. Saya tidak tahu persis apa masalahnya, yang saya tahu ia kemudian menjual rumahnya dan kini kembali ke kampung halaman. Tak berapa lama ia juga menjual mobil yang selama ini selalu di bawa ke mana-mana.

Rupanya kedua paman ini memiliki prinsip yang berbeda dalam hidup. Paman A punya prinsip "hari ini untuk hari ini, urusan besok selesaikan besok." Prinsip hidup ini memang membuat ia terlihat senang dan bahagia ketika masih muda. Hidup berlimpah setiap hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun