[caption caption="Jembatan Merasa dibangun dengan teknologi inovasi Balitbang PUPR"][/caption]
Jembatan sepanjang 140 meter kini berdiri gagah di Merasa, Kabupaten Berau Kalimantan Timur. Membentang di atas arus deras sungai Kelay. Sejak diresmikan oleh pemerintah kabupaten setempat pada pertengahan Juni 2013, hilir mudik penduduk melintas. Di pagi dan siang hari anak-anak berseragam sekolah berlalu lalang.
Saya bisa bayangkan bagaimana dulu susahnya masyarakat di sana. Warga Desa Merasa yang hendak menuju jalan poros provinsi harus menyeberang menggunakan perahu. Bila banjir datang, arus air sungai yang deras bakal menghadang.
Tapi ya itu cerita lama. Setelah jembatan dengan lalu lintas ringan dibangun, segala urusan jadi mudah. Anak sekolah, pedagang, orang yang sakit, jadi lebih mudah mengakses berbagai fasilitas yang ada di kota. Tak salah bila Makmur HAPK, bekas Bupati Berau, menyebut pembangunan jembatan sebagai sebuah mimpi.
“Ini mimpi saya sejak lama. Sama dengan mimpi masyarakat Merasa,” ujar Makmur saat peresmian jembatan seperti dikutip dari situs resmi pemerintah Kabupaten Bearau.
Tak hanya bagi warga setempat. Kehadiran jembatan Merasa sebenarnya juga merupakan harapan baru bagi masyarakat Indonesia. Sebab, jembatan ini menjadi salah satu bukti manfaat inovasi pembangunan infrastrukturyang kini dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Satu Jembatan Dua Inovasi
[caption caption="Jembatan Pelat Orthotropic, sumber : Pujastan Balitbang"]
Jembatan Merasa merupakan salah satu pembangunan infrastruktur yang menggunakan teknologi inovatif hasil penelitian Balitbang Kementerian PUPR. Jembatan dibangun dengan menggabungkan teknologi jembatan orthotropic dan cable stayed. Lantai jembatan dibuat dengan menggunakan teknologi Orthotropic Steel Deck (baja ringan). Sedangkan bagian Phylon dan Anchor menggunakan beton bertulang dengan tiang pancang dari pipa baja.
Selama ini sistem lantai yang biasa digunakan dalam pembangunan rangka jembatan adalah lantai beton. Padahal menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR, lantai beton cepat rusak karena mudah retak. Persoalannya terdapat perbedaan kekakuan sistem struktur rangka dari baja dengan beton. Perbaikan pada jembatan lantai beton juga memerlukan penangan khusus sehingga harus dilakukan penutupan total lalu lintas.
Berbeda dengan lantai beton, penggunaan lantai baja orthotropic memiliki struktur lantai yang lebih ringan. Instalasi di lapangan pun cukup cepat dan mudah karena sudah langsung dirakit di pabrik. Kontrol mutu dari jembatan yang menggunakan sistem pelat orthotropic juga lebih mudah.