1.1 Latar Belakang Masalah
Era Globalisasi sekarang ini kemajuan teknologi sangat berkembang dengan begitu pesat. Salah satu kemajuan teknologi informasi merambah pada bidang kesehatan dan telah merambah keberbagai bidang kehidupan manusia lainnya. Kemajuan dalam bidang kesehatan ini banyak menemukan temuan yang didapatkan dengan bantuan Teknologi Informasi baik dalam bidang pengorganisasian rumah sakit, pengobatan, maupun penelitian pengembangan dari ilmu kesehatan itu sendiri (Ahmad Yani, 2018).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat ini, sangat mempengaruhi tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Karenanya sebagai seorang perawat harus mampu memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai dengan standar asuhan keperawatan, mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Salah satu yang paling penting dilaksanakan adalah pendokumentasian asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien (Daniel Suranta Ginting, 2020).
Untuk meningkatkan dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat maka perlu diterapkannya sistem infomasi keperawatan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Penggunaan dan pemanfaatan teknologi ini merupakan salah satu solusi yang tepat untuk pemecahan masalah layanan kesehatan. Terutama bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan. Selain itu juga dapat memungkinkan penggunaan kembali data keperawatan untuk manajemen keperawatan dan penelitian keperawatan. sehingga nantinya akan terwujud manajemen yang efektif dan efisien, transparan dan akuntabel (Daniel Suranta Ginting, 2020; Ahmad Yani, 2018).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem informasi pada asuhan keperawatan?
2. Bagaimana peran teknologi informasi dalam asuhan keperawatan?
3. Bagaimana pemanfaatan teknologi informasi dalam asuhan keperawatan?
1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian sistem informasi pada asuhan keperawatan
2. Mendeskripsikan peranan teknologi informasi dalam asuhan keperawatan
3. Mendeskripsikan pemanfaatan teknologi informasi dalam asuhan keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Informasi Kesehatan
Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi dari ilmu komputer, ilmu
informasi, dan ilmu keperawatan yang dirancang untuk membantu memanajemen
dalam proses pendataan keperawatan, informasi, dan pengetahuan untuk mendukung praktik keperawatan dan pemberian perawatan kepada pasien (Rosari Tarigan, 2019). Sedangkan menurut Candra Syah Putra (2019) mendefinisikan Sistem informasi keperawatan sebagai kombinasi ilmu komputer, ilmu informasi dan ilmu keperawatan yang disusun untuk memudahkan manajemen serta proses pengambilan informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan disuatu rumah sakit maupun klinis.
2.2 Peranan Teknologi Informasi Kesehatan dalam Aplikasi Keperawatan
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang berperan aktif dalam merawat pasien memiliki kontribusi yang sangat besar dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi informasi. Dengan menggunakan suatu teknologi informasi diharapakan pelayanan akan lebih praktis dan mudah bagi pasien dan juga perawat. Perkembangan teknologi informasi yang sudah dikembangkan dalam bidang keperawatan di dunia internasional adalah Mobile Nursing Information System, Nursing Home Clinical System, Informatic Telephone Triage Nursing, SisEnf dan masih banyak lagi teknologi informasi keperawatan yang sudah berjalan di luar negeri. Dari semua teknologi informasi yang dikembangkan tujuanya adalah untuk memberikan kemudahan dalam meningkatkan kualitas informasi serta sebagai alat bantu maupun strategi untuk mengintegrasikan dan mengolah data dengan cepat dan akurat untuk meningkatkan pemberian pelayanan kesehatan dan keperawatan yang berkualitas. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat itu harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar keperawatan, yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik (Candra Syah Putra, 2019).
2.3 Pemanfaatan Teknologi Kesehatan dalam Aplikasi Keperawatan
Pemanfaatan teknologi sistem informasi dalam asuhan keperawatan berbasis komputer sudah mulai banyak digunakan di lingkungan kesehatan, terutama di bidang keperawatan.Adapun pemanfaatan teknologi kesehatan dalam aplikasi keperawatan itu, seperti:
1. Sistem Informasi Geografis (SIG)
Menurut Lai et al., (2009, dalam Rahmanti & Nur Prasetyo, 2012), Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi berbasis komputer yang memungkinkan seorang peneliti untuk mengambil, menyimpan, memanipulasi, melakukan pemodelan, melakukan analisis dan penyajian data yang bersifat spasial/bereferensi keruangan. Sistem ini pada dasarnya merupakan suatu manajemen database yang mampu menganalisis informasi dari sumber yang berbeda dengan syarat data tersebut memiliki unsur – unsur kespasialan, seperti koordinat lokasi geografis (Rahmanti & Nur Prasetyo, 2012). Riner et al., (2004, dalam Rahmanti & Nur Prasetyo, 2012) menjelaskan bahwa tahun 1854, John Snow menampilkan informasi wabah kolera dalam bentuk peta secara manual sehingga dapat menentukan sumber penularan penyakit, tanpa mengetahui jenis bakteri dan cara penularan wabah. Higgs (2005, dalam Rahmanti & Nur Prasetyo, 2012) menyebutkan bahwa selain untuk mengetahui aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas kesehatan, SIG juga digunakan untuk merencanakan lokasi pusat pengobatan, misalnya untuk beberapa penyakit menular, seperti malaria, Tuberculosis, Demam Berdarah Dengue, bahkan untuk mengetahui akses terhadap pengobatan HIV, pelayanan kesehatan mental, dan pusat pelayanan kanker.
Peran SIG bagi fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit, dan Balai Pelayanan Kesehatan) :
a) Sebagai alat untuk menganalisis morbiditas penyakit di suatu wilayah untuk kemungkinan intervensi
b) Menganalisis utilisasi pelayanan kesehatan berdasarkan jumlah dan asal kunjungan pasien
c) Menganalisis distribusi dan kesenjangan pelayanan kesehatan
2. E-Puskesmas
Dona et al (2019, dalam Ninta Tarigan & Maksum, 2022) menjelaskan bahwa e-puskesmas merupakan sistem informasi manajemen puskesmas yang memberikan kontribusi besar dalam memberikan pelayanan utama kepada pasien. E-Puskesmas digunakan untuk pencatatan dan pendataan pasien secara elektronik (Ninta Tarigan & Maksum, 2022). Putra (2018, dalam Ninta Tarigan & Maksum, 2022) juga menyebutkan bahwa e-Puskesmas juga memudahkan dinas kesehatan dalam memonitor data kesehatan masyarakat.
3. m-HEALTH
m-HEALH merupakan sistem informasi yang digunakan oleh seorang perawat dalam mendokumentasikan hingga pengiriman data hasil pelayanan home care, yang pada tahap ini difokuskan pada masalah TBC Paru. Sistem ini digunakan dalam proses pengumpulan, pengiriman dan pengolahan data variabel yang akan mensuplai pengukuran indikator program Tuberkulosis (TBC) terutama penemuan suspek, monitoring pengobatan, pemantauan dan hasil pengobatan TBC, serta perilaku keluarga dan penderita dalam pengendalian dan pencegahan infeksi (Primadilla, 2022).
4. SIJARIEMAS
SIJARIEMAS (2014, dalam Yonasri dkk., 2017) menjelaskan bahwa SIJARIEMAS (Sistem Informasi Jejaring Rujukan Maternal dan Neonatal) merupakan sistem informasi yang berfungsi untuk komunikasi pertukaran rujukan gawat darurat dan rujukan terencana bagi kasus maternal dan neonatal didalam jejaring rujukan fasilitas kesehatan yang telah berjejaring. Dalam mengirimkan informasi rujukan peran tenaga kesehatan sangat dibutuhkan. Proses pengiriman informasi pada sistem ini diharapkan melalui SMS, telpon, dan internet sehingga tercapai efektivitas dan efesiensi komunikasi dalam penanganan kasus kegawatdaruratan ibu dan bayi baru lahir.
5. SIMPUS
SIMPUS (Sistem Informasi Manajemen Puskesmas) merupakan salah satu bentuk inovasi dalam sektor publik yang menfokuskan pada bidang kesehatan yang dapat mengakomodir semua kegiatan pelaksana pelayanan kesehatan di Puskesmas. Penekanan dari aplikasi SIMPUS yaitu pengelolaan rekam medis pasien yang terintegrasi dengan baik. Dalam pelaksanaanya dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan yaitu pelaporan SIMPUS setiap bulan, triwulan, semesteran dan tahunan. Simpus sudah di terapkan di kota Yogyakarta (Eprilianto & Kartika Sari, 2019).
6. DIGITAL HEALTH
Digital Health dalam sejarahnya hadir pada era 1970-an sebagai bentuk dari telemedicine atau “pengobatan jarak jauh”, apabila dimaknai pada era teknologi informasi dan komunikasi, maka hal ini merupakan sebagai bentuk dalam meningatkan akses informasi dan layanan kesehatan bagi masyarakat. Fong (2011, dalam Marpaung & Irwansyah, 2021) menjelaskan bahwa Digital health adalah praktik dalam bidang kesehatan dengan memakai komunikasi audio, visual dan data. Sekarang ini, digital heath dimaknai secara dasar sebagai bentuk komunikasi teknologi dalam memberikan pelayanan kesehatan dari jarak yang jauh.
7. PDA
PDA (Personal Digital Assista) adalah teknologi informasi yang memiliki kemampuan untuk membuat informasi berbasis bukti yang tersedia untuk perawat kapan dan di mana saja mereka membutuhkannya. PDA memiliki potensi untuk mengurangi kesalahan dalam pengobatan dengan menyediakan sumber referensi portabel dan nyaman bagi penyedia layanan kesehatan. Penelitian terhadap etiologi kesalahan pengobatan telah menunjukkan bahwa sebagian besar kesalahan terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang status kesehatan pasien dan / atau kurangnya pengetahuan tentang obat yang diresepkan (Oberty, 2012)
Dampak dari kemajuan teknologi informasi saat ini, akan sangat membantu bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan yang lebih canggih dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi. Pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis komputerisasi dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien (Rosari Tarigan, 2019). Berikut dampak dari kemajuan teknologi informasi terhadap layanan keperawatan.
1. Penghematan biaya dari penggunaan kertas untuk pencatatan
2. Penghematan ruangan karena tidak dibutuhkan tempat yang besar dalam penyimpanan arsip
3. Penyimpanan data pasien menjadi lebih lama
4. Pendokumentasian keperawatan berbasis komputer dapat dipertanggung jawabkan
5. Membantu dalam mencari informasi yang cepat dan akurat sehingga dapat membantu pengambilan keputusan secara cepat
6. Meningkatkan produktivitas kerja dan pelayanan keperawatan
7. Mengurangi kesalahan dalam menginterpretasikan pencatatan data-data
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi dari ilmu komputer, ilmu
informasi, dan ilmu keperawatan yang digunakan dalam proses pendataan keperawatan, informasi, dan pengetahuan untuk memaksimalkan praktik dalam keperawatan. Tujuan dari sistem informasi kesehatan adalah untuk memberikan kemudahan dalam meningkatkan kualitas informasi dan alat bantu dalam memelihara kesehatan. Ada juga beberapa aplikasi digital yang bisa membatu dalam sistem informasi kesehatan contoh nya: Sistem Informasi Geografis(SIG), E-Puskesmas, m-HEALTH, SIJARIEMAS, SIMPUS, DIGITAL HEALTH, PDA dalan berbagai aplikasi lainya. Kemajuan teknologi juga memberikan dampak positif diantaranya yaitu penghematan biaya karena sudah tidak lagi menggunakan kertas untuk pencatatan, penyimpanan data pasien akan menjadi lebih lama, serta dapat meningkatkan produktivitas serta pelayanan keperawatan disuatu rumah sakit maupun klinik.
3.2 Saran
Kita seorang perawat atau calon perawat dalam era sekarang harus lebih update lagi karena semakin berkembang nya zaman maka sistem informasi kesehatan juga akan semakin maju dan berkembang. Kita juga harus memahami penggunaan aplikasi digital dan menggunakan serta mengelola aplikasi digital kesehatan dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Eprilianto, D. F., & Kartika Sari, Y. E. (2019). Mewujudkan Integrasi Data Melalui Implementasi Inovasi Pelayanan Kesehatan
Berbasis Teknologi Digital. Journal of Public Sector Innovations, 4(1), 30–37.
Ginting, D. S. (2020). Pemanfaatan Teknologi Kesehatan Dan Sistem Informasi Dalam Proses Asuhan Keperawatan.
Marpaung, Y. N. M., & Irwansyah, I. (2021). Aplikasi Kesehatan Digital Sebagai Konstruksi Sosial Teknologi Media Baru.
Irwansyah2, 5(2), 243–258.