Di masa sekarang banyaknya ilmu-ilmu yang berkembang semakin pesat. Semua itu meningkat seiring dengan berkembangnya jaman yang semakin maju. Kebutuhan yang terus meningkat memunculkan ilmu-ilmu yang mempelajarinya, salah satunya ilmu ekonomi. Tak heran jika Ilmu ekonomi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Di dalam perekonomian tentunya terdapat berbagai masalah adanya ketidak seimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas menjadi masalah dalam ekonomi. Kita telah mengetahui bahwa ilmu ekonomi mengkaji aktifitas seseorang dan masyarakat dalam menentukan pilihan memanfaatkan berbagai sumberdaya terbatas serta cara terbaik dalam memproduksi barang dan jasa.
Berdasarkan cakupannya ilmu ekonomi dibedakan menjadi ilmu ekonomi mikro dan ilmu ekonomi makro. Ilmu ekomomi mikro inilah yang mempelajari berbagai variable ekonomi dengan scope kecil diantaranya konsumsi, tabungan dan investasi. Sedangkan ilmu ekonomi mikro mempelajari aspek-aspek diantaranya :interaksi di pasar barang, tingkat laku penjual dan pembeli, teori perusahaan dan interaksi di pasar factor produksi. Dalam ilmu ekonomi makro dipelajari beberapa variabel ekonomi diantaranya : besaran pendapatan nasional, kesempatan kerja, belanja konsumsi rumah tangga, tabungan, investasi, besarbunga, total uangberedar, neraca pembayaran, stok capital nasioanal, utang pemerintah dan sebagainya.
Ilmu ekonomi mikro menelaah komponen-komponen dari unit-unit kecil dalam keseluruhan aktifitas ekonomi. Sementara ilmu ekonomi makro pengkajian mengenai semua aktifitas ekonomi secara umum tanpa memperdulikan aktivitas ekonomi dari bagian-bagian kecil ekonomi. Sudah jelas perbedaan antara ekonomi mikro dan ekonomi makro. Berbeda dengan ekonomi mikro ekonomi makro suatu ilmu ekonomi yang mempelajari variable-variable secara menyeluruh. Dalam ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk mempengaruhi target-terget kebijaksanaan.
Salah satu contoh permasalahan dalam ekonomi makro yaitu tenaga kerja nasional dimana yang dihadapi yaitu pengangguran. Pengangguran sendiri memiliki dampak kepada permasalahan pertumbuhan ekonomi. Pengangguran sendiri sering dikatakan dengan keadaan tanpa pekerjaan yang dihadapi oleh segolongan tenaga kerja, yang telah berusaha mencari pekerjaan, tetapi tidak memperolehnya. Dalam hal lain literatur ekonomi umum, tidak di temukan aturan yang mewajibkan seseorang harus berpartisipasi aktif dalam pasar tenaga kerja. Ini disebabkan karena berkerja atau tidak merupakan hak seorang individu. Upah atau gaji menjadi faktor individu memutuskan berkerja atau menganggur. Sedangkan dalam Islam, selain faktor materi ada pula nilai-nilai moral yang harus diperhatikan oleh seseorang dalam mengambil keputusan.
Menganggur atau bermalas-malasan selain mendatangkan efek negative bagi pelaku secara langsung, juga akan mendatangkan dampak tidak langsung terhadap perekonomian. Karena pengangguran akan mengakibatkan ketidak optimalnya tingkat pertumbuhan ekonomi yang mengakibatkan sebagian potensi faktor produksi yang tidak termanfaatkan. Ini dapat dilihat dari beberapa kelompok pengangguran akan menggantungkan hidupnya pada orang-orang yang produktif yang menjadikan angka ketergantungan meningkat yang akibatnya merosotnya pendapatan perkapita.
Islam sendiri mendorong pemeluknya untuk berproduksi dan menekuni aktivitas ekonomi dalam segala bentuk seperti: pertanian, penggembalaan, berburu, industri, berdagang dll. Islam tidak semata-mata memerintahkan untuk berkerja, tetapi berkerja harus dengan baik penuh ketekunan dan professional.
Di dalam hal ini pengangguran dapat di bagi menjadi dua, yaitu pengangguran jabariyah (karenaterpaksa) dan pengangguran khiyariyah (karenapilihan). Kedua jenis pengangguran ini mempunyai posisi dan hukumnya masing-masing dalam syari’ah.
Pengangguran dimana seorang tidak mempunyai hak sedikitpun memilih status ini dan terpaksa menerimanya sering kali dikatakan sebagai pengangguran jabariyah (karenaterpaksa). Pengangguran seperti ini umumnya terjadi karena seseorang yang tidak mempunyai keterampilan sedikitpun, yang sebenarnya bisa digali dan di pelajari sejak kecil. Atau permasalahan yang lain dia mempunyai keterampilan tetapi itu semua tidak berguna karena berubahnya lingkungan dan zaman. Atau dia sudah mempunyai keterampilan akan tetapi dia tidak dapat memanfaatkan karena kurangnya alat atau modal yang dibutuhkan.
Sedangkan pengangguran yang disebabkan karena seseorang yang mempunyai potensi dan kemampuan untuk berkerja tetapi memilih untuk berpangku tangan dan bermalas-malasan sehingga menjadi beban bagi orang lain di istilahkan sebagai pengangguran khiyariyah (karena pilihan). Dia tidak mengusahakan suatu pekerjaan sehingga menjadi “sampah masyarakat”.Islam sangat memerangi orang-orang sepert iini, walaupun dari mereka ada yang mengatakan bahwa mereka meninggalkan pekerjaan dunia untuk mengkonsentrasikan diri untuk beribadah kepada Allah.
Adanya pengangguran di kelompokkan menjadi dua ini berkaitan erat dengan solusi yang ditawarkan Islam dalam mengatasi pengangguran. Untuk pengangguran jabariyah perlu bantuan pemerintah untuk mengoptimalkan potensi yang mereka miliki dengan bantuan yang mereka butuhkan. Bantuan itu, bukan sekedar uang atau bahan makanan yang cepat habis, melainkan alat-alat yang mereka butuhkan untuk dapat berkerja. Sebaliknya dengan pengangguran khiyariyah, mereka tidak seharusnya mendapat bantuan materi melainkan motivasi agar mereka bias mengfungsikan potensi yang mereka miliki.
Pada keadaaan yang ideal, diharapkan besarnya kesempatan kerjasama dengan besarnya angkatan kerja, sehingga semua angkatan kerja akan mendapatkan pekerjaan. Di dalam persaingan tenaga kerja banyaknya pengangguran sangat berpengaruh pada produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Salah satu Negara tetangga Indonesia yang berindustri maju yaitu Singapura. Meski Negara Singapura berstatus sebagai Negara maju, namun hal tersebut tidak otomatis membuat Singapura bebas dari pengangguran. Dijelaskan dalam dua tahun kedepan atau lebih, tingkat pengangguran di Singapura diprediksi bisa mencapai angka di atas tiga persen.
Menurut Rilis Ministry of Manpower (MOM), pengangguran di Singapura pada kuartal kedua tahun 2016 diprediksi naik menjadi 3 persen dari sebelumnya. Angka ini, yang disesuaikan dengan factor musiman seperti Tahun Baru China dan liburan sekolah.
Pertumbuhan pekerja di Singapura sendiri memang berjalan lambat. Untuk pertama kalinya dalam empat tahun terakhir, jumlah pekerja melebihi jumlah lowongan pekerjaan. Pemerintah Singapura sudah memberikan solusi untuk mengatasi problem ini, diantaranya MOM yang telahmerilis 2 program untuk karir-karir baru di sektor perhotelan dengan memperkerjakan 35.000 orang. Peranan lainnya, yaitu adanya eksekutif profesional guna mempermudah transisi karir profesional di industri dari Professional Conversion Programme (PCP).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H