Mohon tunggu...
Ira D. Aini
Ira D. Aini Mohon Tunggu... -

Penggiat Seera Publishing and Beyond

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kita Peduli Maka Kita Aman dan Nyaman

22 April 2013   13:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:48 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu diyakini sebagai hari macet, Jakarta, karena begitu banyaknya orang yang mau menikmati malam minggu di luar rumah. Makanya saya menghindari keluar hari itu kalau tidak ada yang penting-penting banget. Pada Sabtu ini (19/04) saya ada acara di Kota Tua, menghadiri training Kado—sebuah lembaga swadaya masyarakat yang mendampingi anak jalanan. Saya jarang ke Kota Tua, pernah dua kali tapi naik motor terus ke sana dan menggunakan rute-rute yang tidak dilalui Bus. Menurut informasi teman, saya harus mengunakan Bus APTB dari Ciputat pasar.

Sesampainya di pasar Ciputat, ternyata saya tidak tidak menemukan batang hidung APTB. Saya bertanya pada tukang ojek, katanya busnya memang jarang sekali apalagi di hari libur, Sabtu-Minggu.  APTB ini berwarna biru, didesain mirip dengan busway. Tempat duduknya berhadap-hadapan di pinggir kanan dan kiri. Di bagian atas diberi gelantungan tangan yang tujuannya supaya penumpang berpegangan dan tidak jatuh kalau tidak mendapatkan tempat duiduk. Tapi yang membuat saya heran kenapa gelantungannya tidak ajek dan mengikuti gerak tubuh kita. Kalau bisnya berhenti mendadak, secara otomatis pegangan tersebut juga bergeser sehingga membuat tubuh oleng seakan mau jatuh.

Dari Ciputat, sebenarnya bisa juga menggunakan bus 76 ke pasar Senin. Dari Senin nanti naik lagi ke Kota Tua menggunakan metro mini atau angkot. Tapi rute yang dilalui bis tersebut biasanya macet apalagi Sabtu. Akhirnya saya memilih untuk ke pasar Jumat, Lebak Bulus mencari alternatif lain, ada 86 metromini yang langsung ke Kota Tua dan P20 yang ke Senin. Saya memilih naik P20 AC ongkos 5000 menggunakan jalur busway dan desainnya juga sama persis.

“Bang kalau saya mau ke Kota Tua saya turun di mana?” Tanya saya pada keniknya saat penarikan ongkos.

“Bang, mbak ini mau ke Kota Tua, nanti turun di mana ya?” teriak sang kenik kepada sopir. Rupanya dia tidak tahu juga.

Tiba-tiba banyak dari para penumpang yang memberikan jawaban.

“Mbak nanti turun di Senin saja dan naik lagi ke Kota Tua.”

“Lebih baik Mbak turun di Kuningan Atas, nanti naik lagi dari sana yang ke arah kota.”

“Kalau Mbak tidak mau bayar lagi, lebih baik Mbak turuh di halte Busway Pejaten saja. Mbak naik busway turun di Duku Atas, dari sana naik lagi ke arah kota.”

“Mbak berdiri di sini deh biar saya nanti kasih tau turun di haltenya.”

“Mbak jangan malu untuk bertanya ya,” pesan seorang bapak.

Bagi saya, ini sangat amazing karena menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih memiliki kepedulian yang tinggi. Mereka tidak mau ada yang tersesat makanya berlomba memberitahu apa yang harus saya lakukan.

Saya sering mendengar bahwa masyarakat sudah mulai kehilangan orientasi nilai bersama. Mereka menjadi individualistik dengan perkembangan zaman. Nilai-nilai karakter bangsa, seperti tolong-menolong, gotong-royong, empati, katanya sudah tergerus dan mulai pudar dalam diri masyarakat Indonesia. Tapi bagi saya tuduhan itu tidak benar. Terbukti mereka sangat ramah dan peduli pada orang lain. Dan saya yakin tidak hanya saya yang merasakan ini. Karena banyak juga para turis yang memberikan kesaksian bahwa masyakat Indonesia ramah-ramah, membuat mereka senang berkunjung kembali ke Indonesia.

Kita harus bangga menjadi warga Indonesia. Bangsa ini memiliki karakter-karakter mulia dan kuat. Oleh karena itu, karakter bangsa harus tercermin dalam sikap dan cara pandang kita sehari-hari, kapan pun, di mana pun, dan pada siapa pun. Kita adalah masyarakat (rumusan Kemendikbut:2010) religious, toleransi, cinta damai, bersahabat/komunikatif, demokratis, jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, gemar membaca, menghargai prestasi, peduli lingkungan, peduli sosial, semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan bertanggung jawab.

Mari kita mencintai bangsa kita, menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, dan mengwujudkan rasa aman dan nyaman pada sesama dan lingkungan sekitar. Sehingga kita menjadikan bangsa Indonesia sebagai surga di bumi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun