Ternyata, cukup sign in lewat google, langsung wuzz....sampai. Tidak pakai lama. Entah karena kali ini jaringannya yang bagus, atau karena gadgetnya yang baru. 😆
Semangat Baru dari Bawean
Apakabar akun yang stag ini? Sudah setengah tahun tidak ada pergerakan. Seperti mati suri. Ada pemiliknya namun tidak ada satupun tulisan eksis berbulan-bulan. Masyaallah 🤭
Bagaimana icon wajah Biru berjambul dengan kedipan mata sebelahnya yang menandai kasta menulis saya di Kompasiana. Apakah jambulnya sudah semakin lebat, keriting dan mengkribo?
Atau malah sudah berganti senyumnya menjadi merengut kecut. Berubah kepala gundul karena kerontokan jambul akut. Selama saya tinggal begitu saja tanpa kabar berita. Lucunya andai emoticon di akun Kompasiana bisa berubah-ubah seperti itu. 😅
Tapi ya mustahil lah. Icon wajah berjambul biru itu kan hanya bisa berubah bila kompasiner aktif dan produktif menulis. Gambar kepala di akun saya itu memberi makna bahwa level menulis saya baru diakui sebagai junior, pupuk bawang. Masih harus apgret karya tulisan lagi untuk bisa berubah ke level lainnya. Itu mengikuti produktifitas dan kualitas menulis kita, tentu.
Semua Kompasianer memiliki peluang dan kesempatan sama. Pun bisa menikmati fasilitas yang sama. Asal mampu mengejar target dan ketentuan bakunya. Seperti para Kompasianer yang telah berhasil mencipta banyak buku. Para penerima K-award. Kompasianer penyabet banyak predikat atau pun yang telah menikmati "cuan" dari menulis di blog milik grup Kompas ini.
Semua karena dedikasi dan produktifitas menulisnya yang tinggi. Mereka yang rajin "beternak" ide untuk menulis. Melahirkan tulisan tanpa jeda. Tagline "any time is deadline" sudah auto on dalam keseharian.
Sayangnya saya masih berbeda dengan para jawara itu. Apalah saya yang moody dan tekad menulisnya sering timbul tenggelam seperti sinyal internet di Pulau Bawean. Sering terhenti seperti pelayaran dari Bawean ke Gresik daratan bila ombak 3 meter menghadang. Oh my.... 😆
Bukan main-main untuk urusan gelombang ini. Rasanya tidak logis di era milenium ini masih ada alasan akses satu daerah terhambat karena cuaca dan gelombang. Terlebih untuk daerah yang hanya berjarak 94,7 mil atau sekitar 152 km dari Gresik. Namun kenyataannya penyeberangan Bawean-Gresik terhenti bila tinggi gelombang mencapai 3 meter.