Terus saya harus bagaimana? Menangis pun tak keluar air mata. Mau marah, sama siapa? Mau guling2 di tempat servis laptop, ya malu lah. Saya hanya diam saja sepanjang perjalanan pulang. Rasanya seperti kehilangan susunan skripsi yang sudah beberapa kali koreksi dan sudah di acc dosen pembimbing. Hemh sakitnya tuh di sini nih.... depresi!
Michael J. Breus, Ph.D., seorang psikolog yang fokus menangani masalah gangguan tidur, mengatakan menulis jurnal adalah cara terbaik untuk mengeluarkan isi pikiran sebelum tidur.
Aktivitas menulis dapat meringkan beban pikiran yang selama ini mengganggu, sekaligus memberi perspektif baru untuk menghadapi beban atau persoalan yang tengah dihadapi
Sedang Didik Komaidi penulis buku Aku Bisa Menulis dalam bukunya (2007:12-13) menyebutkan bahwa manfaat menulis salah satunya adalah, secara psikologis akan mengurangi tingkat ketegangan dan stres
Selain manfaat lainnya, antara lain : meningkatkan rasa ingin tahu dan melatih kepekaan dalam melihat realitas lingkungan sekitar, menambah wawasan DNA pengetahuan karena biasanya kita akan mencari referensi-referensi lain yang menunjang, melatih untuk menyusun pemikiran secara sistematis dan logis dan terpenting adalah mendatangkan kepuasan.
Tentu saya masih harus menggunakan akal sehat. Terus menulis untuk menepikan stress. "Hard disk di laptop boleh tak berfungsi. Tapi kalau hard di kepala kita yang diminta pembuatnya, itu wassalam namanya," mungkin begitu kalimat tepatnya kalau mau dibuat status di medsos.
Beberapa sahabat menyarankan, luahkan perasaan di dapur saja. Masak, baking apa saja, pokoknya tetap berkarya. Untuk baking, saya setuju. Masak? Ini bertentangan dengan hati nurani. Saya kalau masak harus dengan sepenuh hati. Bila tidak, rasa masakannya akan jalan-jalan entah kemana. Gak karuan.
Beruntung saya masih punya tekad untuk menyusun tulisan lagi nanti setelah menenangkan diri. Saat ini saya butuh waktu hibernasi. Tidak mau diganggu.
Walau menunggu nanti, setiap hari saya butuh berolah kata. Supaya keahlian menulisnya tidak karatan lagi. Menjaga tetap tune in di frekwensi menulis yang benar. Saya tetap harus menulis tiap hari. Apa saja, tentang hal yang ringan-ringan misalkan. Asal roh dan semangat menulisnya tetap hidup.
Hidup kadang butuh alasan. Matinya hard disk inilah alasan saya mengingat blog pribadi yang lama tak pernah diisi. Menjelang Ramdhan tiba, saya ingat kompasiana. Apakabar blog saya ya?
Sudah berbulan2 saya tidak menjenguknya. Mungkin saya harus belajar dan meniru semangat menulisnya sahabat2 kompasianer. Senang melihat mereka yang rajin berkarya. "Any time is deadline"