TUBAN. Selama pandemi kita mengenal satu kebiasaan baru. Trend serba online, virtual. Kumpul virtual, rapat virtual, wisuda virtual. Bahkan tahun lalu, mahasiswa akhir fakultas kedokteran salah satu kampus universitas negeri di Jatim mengumumkan pelaksanaan ujian praktiknya dilangsungkan secara virtual. Lantas saat puasa begini, bisakah buka bersama (bukber) virtual dihelat? Jawab saya, antara ya dan tidak.
Bukber merupakan kebiasaan saat Ramadhan. Bagi ummat Islam, Ramadhan dan bukber tidak bisa dipisahkan. Hanya pandemi yang menghentikan kegiatan ini. Sebab tidak memungkinkan kita melaksanakan jamuan makan. Negara menetapkan standart aturan untuk tidak berkerumun. Maka bukber virtual pun muncul dan menjadi trend di banyak kalangan.
Bukber virtual memang salah satu sarana untuk mengeratkan silatutrahmi selama Ramadhan di masa pandemi. Sudah di tahun kedua ini kita jalani. Berkumpul di meja makan masing-masing menjelang waktu buka. Kemudian terhubung secara virtual saat makan bersama. Berbincang bersama, menyantap hidangan masing-masing, tanpa saling bersentuhan. Biasanya menggunakan sarana aplikasi zoom atau whatsapp di telepon pintar masing-masing.
Beberapa hari lalu, saya di grup keluarga juga saling pamer foto menyiapkan menu bukber di rumah masing-masing. Kemudian beberapa menit menjelang bedug maghrib, kami melakukan "video call berjamaah". Bapak dan ibu tampak antusias bisa berkumpul dan melihat langsung anak cucunya,bukber dari layar android.
Saya, adik beradik dan juga anak keponakan yang sudah kuliah dan tinggal di lain kota pun ada. Momen ini menjadikan bukber virtual kami terlaksana dengan bahagia. Beda tempat namun terasa amat dekat. Berbuka bersama di depan mata tepat.
Kebetulan, saya, orang tua dan saudara-saudara saya tinggal satu kota. Hanya berbeda kecamatan saja. Sedang keponakan juga masih kuliah di wilayah Jatim. Jadi waktu bukanya nyaris bersamaan. Hanya selisih detik dan menit.
Namun Sehari lalu, keponakan suami yang sudah seperti anak sendiri menelepon dari Samarinda. Dia tahu lepas pukul empat sore aktifitas memasak saya sudah usai. Makanya selalu menyempatkan nelpon atau video call di waktu-waktu itu.
Masa kuliah di surabaya dulu, ia tinggal serumah dengan kami. Sudah 2 tahun ini kami hanya terhubung secara virtual. Karena ia bekerja di sebuah perusahaan kapal di Kutai, Kalantan Timur.
Saya sudah seperti sahabat dan pengganti ibunya selama masa kuliahnya. Dia terbiasa bercerita, mengadu dan berkeluh kesah tentang segala hal. Mulai dari pelajaran, habbit, mode dan pergaulan. Sampai pada proses jadian dan putusan dengan pacarnya pun diadukan.
Bila sudah begini, bisa makan waktu berpuluh-puluh menit lamanya. Sore itu cukuplah untuk membuang waktu sambil menunggu maghrib. Ngabuburit bersama ponakan secara virtual pun berlangsung. Sambil mendengar cerita mengenai rencana resign dari perusahaan tempatnya kerja yang sekarang.
Sebuah perusahaan kapal di Batam sudah "meminangnya". Seniornya sealmamater menjadi supervisor di sana. Menawarkan pekerjaan yang lebih bagus dari di Kutai. Ia menerima dan keputusannya sudah final. Berkas lamarannya sudah sampai Batam. Info yang baru didapat, diterima. Lepas lebaran insyaallah pindah ke Kepulauan Riau.
Setelah sesi curhat-curhatan ini, tak terasa bedug tiba. Adzan terdengar di masjid tak jauh dari rumah saya. Sementara di Samarinda dia masih harus menunggu sejam lagi waktu berbuka.
Untuk menghormati yang masih berpuasa. Dan untuk menyegerakan berbuka. Kami akhiri VC sore itu. Tidak mungkin melanjutkannya dengan sesi buka puasa bersama dengannya yang berada di wilayah dan waktu berbeda dengan kita. Samarinda di Kalimantan Timur, sudah masuk wilayah Indonesia bagian tengah. Perbedaan waktunya terpaut 1 jam antara Kaltim dan Jatim.
Berpedoman pada hal ini, Ya dan tidaknya pilihan bukber virtual ini bergantung pada dimana posisi orang yang kita undang. Karena ini terkait dengan zona waktu setempat. Jangan karena berburu hal yang viral, kita lupa memperhatikan waktu dan keberadaan.
Acara bukber virtual hanya efektif dilakukan dengan orang yang lokasinya dekat dengan kita. Misalkan tetangga satu lingkungan tinggal. Atau dengan sahabat atau saudara yang masih berada satu daerah juga satu zona waktu dengan kita. Tidak bisa dilakukan dengan keluarga dan kerabat yang berada di zona waktu berbeda.
Untuk tujuan silaturrahim, keluarga saya pun tidak mungkin mengundang saudara-saudara suami untuk bukber virtual. Sebab kami di Jatim dan mereka di Malaysia. Zona waktunya berbeda. Jadi untuk mengeratkan hubungan keluarga, cukup dengan tersambung virtual setelah tarawih saja. Sehingga bisa leluasa saling pamer makanan antara bangsa.
Terkadang ada juga sepupu-sepupu yang nakal, suka bercanda keterlaluan. Mereka sengaja menelepon dan memamerkan ikan bakar atau makanan khas kampung lainnya ke saudara di Malaysia yang belum saatnya masuk waktu buka.
Jadwal maghrib Malaysia sekitar pukul 19.22 dan subuhnya 05.30 waktu setempat. Setiap saat menitnya bisa berubah. Waktu puasa di malaysia selama 13 jam.
Perbedaan Zona Waktu
Begitu luasnya daratan di bumi ini. Sehingga antar daerah, lain negara terbagi ke zona waktu masing-masing. Karena berbeda zona, saat muslim Indonesia sudah berbuka puasa, saudara muslim di negara lain masih menjalankan ibadah puasanya. Atau bahkan sebaliknya.
Negara kita yang berpulau-pulau ini, luasnya mencapai 1,9 kilometer persegi. Bentangan yang demikian luas mengakibatkan terbaginya waktu di Indonesia. Berdasar Keputusan Presiden No. 41 Tahun 1987, waktu Indonesia terbagi menjadi tiga kelompok. WIB (Waktu Indonesia Barat), WITA (Waktu Indonesia Tengah) dan WIT (Waktu Indonesia Timur).
Perbedaan waktu WITA dengan WIB dan WIT hanya satu jam lebih awal atau akhir. Zona waktu WITA dengan WIB selisih satu jam lebih akhir. Jika di WITA pukul 17.00, maka di WIB pukul 16.00. Sehingga WIB dengan WIT, beda waktunya 2 jam.
WIB mencakup daerah Sumatra, Jawa, Madura, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Wilayah WITA meliputi, Sulawesi, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Sedang cakupan WIT antaranya, Kepulauan Maluku dan Papua.
Mengingat penyebaran corona virus yang masih harus diwaspadai hingga kini. Penting bersama menjaga agar Indonesia tak bernasib sama dengan India. Yang saat ini tengah mengalami lonjakan drastis kasus penderita covid setelah beberapa saat sempat terbuai. Ada baiknya bila ingin bukber dengan orang dekat yang tinggal tak jauh dari kita, laksanakan secara bukber virtual saja. Aman!
Salam 12 Ramadhan 1442 H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H