Saya harus mendeskripsikan tentang kampung halamanku. Cerita yang saya buat sepanjang satu setengah folio itu harus ditulis dalam huruf sambung, harus rapi dan indah. Saat itu saya hanya mampu menuliskan satu halaman saja. Cerita belum selesai, waktu lomba sudah usai. Jelas saya tidak akan menang
Meski tidak menyabet juara, lomba itu satu-satunya prestasi yang amat saya sukai masa kelas tiga. Terlebih, setelah balik dari lomba Bu Nik mempercayakan kunci perpustakaan sekolah pada saya.
Sebuah hadiah luar biasa yang saya terima. Saya bisa leluasa membaca setiap istirahat sekolah tiba. Saya merapikan buku di rak-rak perpustakaan. Bila ada yang meminjam atau mengembalikan buku, saya yang bertugas mencatatnya sendiri.
Bagi saya tanggung jawab itu sebuah tugas bergengsi yang pernah saya miliki. Di usia itu, saya merasa menjadi orang penting sedunia. Sehingga kekecewaan tidak menang lomba bisa sirna.
Kendati tidak menang di lomba menulis tingkat kabupaten, ibu selalu menyemangati untuk terus menulis. Menulislah banyak hal tentang daerah-daerah kepulauan. Maklum ibu saya berasal dari sebuah pulau terpencil yang masih masuk wilayah Jawa. Namun hingga detik ini saya belum bisa mewujudkan keinginan beliau. Mungkin suatu saat nanti. Insyaallah!
======@$@======
Ibu dan Ibu Guruku adalah pahlawanku.
Di 10 Nopember 2010 tak lupa mengucap "Selamat hari pahlawan!"