Mulutmu memanggil bahagia
Padahal bahagiamu ada di depan mata
Kamu rela memejamkan mata
Kamu rela tidak melihat bahagia
Karena yang kamu tunggu hanya dia
Yang kau kira pembawa bahagia
Kamu hanya sedang berangan-angan
Matamu yang terpejam kesakitan itu melihat fatamorgana bahagia jadi lebih dekat
Padahal ia menjauh bersama aliran darah yang kau biarkan
Mengkhianati tanah yang kau janjikan kesuburan
Hanya tanganmu yang harus lebih keras bertindak