Pendidikan merupakan proses transfer ilmu pengetahuan, penanaman nilai-nilai budaya, penanaman nilai-nilai religius, dan pembentukan karakter. Didalam proses pendidikan peserta didik diarahkan, dibimbing, dan dibina untuk mengembangkan potensi dirinya dan mencapai tujuan pendidikan seperti berpengetahuan yang luas, berkepribadian yang baik, bermoral, religius, kreatif, berkebudayaan, dan lain sebaginya.Â
Tujuan pendidikan tersebut berguna bagi peserta didik untuk terus hidup di tengah kehidupan masyarakat yang semakin kompetitif di era 5.0. Pesatnya arus globalisasi memberikan dampak yang signifikan dalam berbagai bidang, khususnya bidang pendidikan yang di dalamnya manusia dididik untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas yang kemampuannya sesuai dengan kebutuhan zaman.Â
Untuk meghadapai era yang semakin maju pendidikan harus terus berlangsung di mana pun, kapan pun, dan dalam kondisi apapun dengan lebih baik di daerah pedalaman sekalipun.
Namun das sein atau harapan tidak selalu sejalan dengan das sollen atau kenyataan. Dalam pelaksaaan pendidikan di Indonesia, banyak sekali ditemui permasalahan karena kurangnya faktor pendukung pendidikan seperti biaya pendidikan, sarana prasarana, kemampuan menggunakan teknologi, sumber daya pendidik yang memadai, dan keterlambatan menerima informasi.Â
Ketidakmampuan mengakses faktor pendukung pendidikan tersebut menjadi faktor memicu terjadinya ketidaksetaraan dalam mengakses pendidikan yang baik.
Biaya untuk melanjutkan pendidikan masih menjadi permasalahan bagi orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi, karena aktivitas perekonomian belum begitu maju di daerah pedalaman.Â
Sarana prasarana seperti jalan di lingkungan masyarakat pun masih sangat minim sehingga jarak ke sekolah dirasa sangat jauh, demikian dengan sarana dan prasarana yang ada di lingkungan sekolah, buku-buku bacaan kebanyakan adalah buku-buku yang sudah tidak layak pakai dilihat dari segi tahunnya dan dari kelayakan buku tersebut.Â
Ruang kelas pun masih banyak yang hanya beralaskan tanah, Media pembelajaran yang tidak memadai sangat memperlihatkan dengan jelas ketimpangan yang terjadi antara sekolah yang memiliki akses pendidikan dengan baik dengan daerah di pedalaman.Â
Ketidakmampuan menggunakan teknologi dengan baik memicu keterlambatan menerima informasi, sehingga informasi yang penting terlambat masuk ke daerah tersebut, keterlambatan masuknya informasi akan berakibat pada lambatnya perubahan pada bidang-bidang lainnya khususnya bidang pendidikan.Â
Selajutnya, sumber daya pendidik yang tidak memadai dilihat dari kompetensi yang dimiliki oleh guru, juga kuantitas guru yang tidak memadai. Masih banyak ditemukan sekolah yang hanya terdapat satu guru yaitu guru honorer sehingga dengan hanya satu guru memungkinkan murid akan cepat bosan, pembelajaran tidak efektif, guru tidak memiliki rekan untuk berkomunikasi atau sharing pendapat yang berkaitan dengan pendidikan, sehingga hal demikian mengakibatkan tujuan-tujuan pendidikan di daerah pedalaman tidak terpenuhi dengan baik.Â
Dalam proses pembelajarannya banyak sekali ditemukan hambatan dan tantangan yang tidak segera diatas, tidak seperti di kota atau di daerah dengan kemudahan akases pendidikan, di daerah pedalaman hambatan dan tantangan tersebut tidak cepat mendapat tanggapan dari pemerintah setempat, sehingga hambatan tersebut dianggap wajar terjadi di daerah pedalaman dan sangat memungkinkan terjadinya ketidaksetaraan dalam kemudahan akses pendidikan yang baik dikarenakan hambatan yang terdapat pada faktor pendukung akses pendidikan tidak diatasi dengan baik.