Mohon tunggu...
Ira Ardila
Ira Ardila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Artikel ini saya buat untuk berbagi pengalaman, ilmu pengetahuan, dan menuangkan rasa dalam kata. ingin menggunakan tinta yang sudah Allah sediakan untuk menulis ilmu pengetahuan yang tidak ada habis-habisnya. Saya bukan pengingat yang baik, maka setiap kata yang ditulis adalah alarm terbaik untuk saya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bilik Menjadi Pembatas Kelas, Bukan Pembatas Impian

28 Oktober 2022   21:10 Diperbarui: 29 Oktober 2022   03:36 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

 

Tidak ada lampu untuk penerang ruangan. Cahaya hatinyalah yang tetap meneranginya untuk mendapatkan sebuah cahaya yang lebih terang lagi, bukan hanya untuk menerangi ruangan itu, tapi juga untuk menerangi kehidupannya. Ya, itulah 'ilmu' cahaya dari segala cahaya yang memberikan petunjuk untuk kehidupan.

Foto di atas saya ambil dari salah satu Sekolah Dasar yang berada di Kabupaten Lebak, Banten. Di sana hanya terdapat 3 ruangan untuk 6 kelas dengan waktu belajar yang bersamaan. 

Saya sangat terkejut karena sebelum saya datang ke sekolah ini, saya pikir sekolah itu idealnya satu ruangan untuk satu kelas.

Tapi realita di sini tidak se-idealis apa yang saya pikirkan tentang sekolah. Ruang kelas adalah ruangan yang sangat dibutuhkan oleh siswa namun karena keterbatasan itu siswa rela berbagi ruangan itu. 

Pembagian tiga ruangan itu yaitu (kelas 1 satu ruangan dengan kelas 2 kelas 3 satu ruangan dengan kelas 4 kelas 5 satu ruangan dengan kelas 6). 

Tidak seperti sekolah yang selama ini kita nikmati pembatas kelas itu hanya menggunakan bilik.

Ya, bilik adalah anyaman dari bambu yang berbentuk persegi. Terkadang suara dari ruang sebelah sangat terdengar nyaring dengan bebas masuk lewat rongga bilik-bilik itu. 

Bilik bambu yang tidak sekokoh dinding yang selalu kita liha tapi, bisa mengokohkan hati mereka untuk tetap bersemangat menuntut ilmu.

Mereka sangat menghargai dan mencintai kelasnya, sepatu tetap dibuka meskipun mereka tahu bahwa lantai kelasnya telah hancur dan melebur dengan tanah, namun sekali lagi itu tidak meleburkan niat mereka untuk masuk kedalam ruang penuh hikmah. 

Saat sedang hujan, atap kelas yang sudah lapuk pun bocor, hati saya terenyuh menyaksikan pemandangan itu mereka yang terkena air hujan langsung berpindah tempat tanpa mengeluh sedikitpun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun