Mohon tunggu...
Ira Oemar
Ira Oemar Mohon Tunggu... lainnya -

Live your life in such a way so that you will never been afraid of tomorrow nor ashamed of yesterday.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Jangan Pernah Putuskan Tali Silaturahmi Anak dan Ibunya

13 September 2013   12:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:57 11448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_278504" align="aligncenter" width="546" caption="foto : entertainment.kompas.com"][/caption]

Tepat seminggu sebelum hari Minggu yang naas bagi Dul, Bundanya, Maia Estianty tampil sebagai tamu di acara bincang-bincang Just Alvin di Metro TV. Episode yang tayang tanggal 1 September itu tentang “Great Mom”, menghadirkan 3 wanita yang pasca perceraian terpaksa terpisah dari anak mereka. Yaitu Venna Melinda, Kalina Oktarani (mantan istri Deddy Corbuzier) dan Maia Estianty. Semua tamu Alvin Adam – host acara – malam itu sepakat, Maia-lah figur ibu paling kuat dan tabah dalam berjuang menjalani hari-hari dimana ia tak bisa bebas bertemu anak-anaknya.

Maia tak banyak berkisah tentang betapa sulitnya dulu ia sekedar ingin bertemu dan memeluk anak-anaknya. Ia sekedar membagikan tips-nya untuk menyerahkan sepenuhnya pada Allah, yang mengamanahkan anak-anak itu padanya. Menurut Maia, dulu ia bahkan sempat khawatir suatu saat anaknya tak mengenalinya, maklum waktu itu Dul masih kecil, sekitar umur 6 tahunan. Kalau kedua kakaknya relatif sudah lebih mengenal ibunya. Namun, meski segala upaya telah dilakukan Maia, termasuk secara hukum hak asuh anak telah dimenangkan Maia sampai tingkat kasasi (sebelum akhirnya Dhani mengajukan PK), tetaplah Maia tak bisa mengasuh anak-anaknya. Bahkan sekedar untuk bertemu saja ia harus sembunyi-sembunyi, harus cukup puas dengan sekedar memeluk dan mencium anak-anaknya lalu buru-buru pergi.

Sampai pada suatu waktu, Maia pasrah dan menyerahkan sepenuhnya pada Allah. Ia “berdialog” dengan Allah, memohon padaNYA agar menjaga anak-anaknya dan percaya suatu saat anak akan mencari Ibunya, sebab hubungan Ibu dengan anak tak mungkin putus. Sejak memasrahkan semuanya pada Allah, Maia mengaku lebih tenang dan selanjutnya ia tak putus mendoakan anak-anaknya. Keyakinannya itu baru terbukti setelah 5 tahun. Mendadak, Al, putra sulungnya mengetuk pintu rumahnya dan minta diijinkan menginap di rumah Bundanya. Maia sempat menanyakan apakah Al sudah diijinkan ayahnya untuk menginap di rumah Bunda. Tapi Al tak peduli dan tanpa terasa sampai berhari-hari ia tinggal di rumah Maia.

Belakangan baru ketahuan, rupanya saat itu Al sedang marah dengan perilaku ayahnya yang membawa “pasangan baru” dan bayinya ke rumah mereka. Mungkin Al yang sudah beranjak remaja merasa ditelikung, tak diajak bicara dulu oleh ayahnya soal anggota “keluarga” baru mereka. Anak seusia Al tentu merasa punya hak untuk diajak berdiskusi dulu dan bukan harus menerima begitu saja keputusan ayahnya menyangkut masalah domestik di rumah mereka. Sejak kejadian Al “lari” ke rumah Bundanya, sejak itu pula larangan bagi anak-anak untuk menjumpai Bundanya mengendor. Meski tetap belum boleh mengasuh, tapi kini Maia tak lagi sulit bertemu anak-anaknya.

Kini, saat Dul, putra bungsunya terbaring lemah di rumah sakit, hampir seluruh tubuhnya menderita luka akibat tabrakan hebat pada Minggu dini hari, banyak media massa dan rekan-rekan Maia sesama artis yang menceritakan betapa Dul tak mau ditinggalkan Maia. Kompas.com bahkan memuat foto tangan Dul memegang tangan Maia. Nenek Dul pun mengatakan si Dul nyaris 24 jam tak pernah bisa ditinggal Bundanya, Maia. Apapun yang dibutuhkan Dul, Maia-lah yang melayaninya. Bukan hanya Neneknya, penyanyi senior Titiek Puspa pun merasa terharu melihat ikatan batin yang ditunjukkan sikap Dul pada Bundanya.

1379048298632153803
1379048298632153803

Memang begitulah seorang Ibu, yang sudah rela susah payah mengandung selama 9 bulan lalu bertaruh nyawa ketika melahirkan anak, masih dilanjut dengan menyusui dan merawat sampai si anak bisa mengurus dirinya sendiri, ketika si anak sakit, tetap saja sang ibu akan mencurahkan seluruh waktu, pikiran, tenaga dan kasih sayangnya demi kesembuhan sang anak. Mungkin saja kalau bisa ditukar, si ibu akan menukar tubuhnya menggantikan posisi si anak asalkan anaknya tak perlu menderita sakit. Adakah yang bisa menggantikan keikhlasan seorang ibu merawat anak kandungnya sedemikian rupa? Tidak! Sudah jelas tidak akan ada!

Kembali ke kisah perjuangan Maia memohon pada Allah dan keyakinannya bahwa suatu saat seorang anak pasti akan mencari ibunya, mungkin ini adalah sebagian dari jawaban Allah atas doa Maia. Memang kejadian ini sangatlah tidak menyenangkan dan tentu tak diharapkan terjadi oleh siapapun. Tapi siapa yang tahu apa skenario Allah di balik setiap peristiwa? Musibah sedahsyat apapun, selalu ada hikmah di baliknya. Bisa saja ini cara yang diberikan Allah untuk mengembalikan anak-anak Maia ke pelukan dan kasih sayang Bunda mereka. Anak seusia Dul yang bisa merasakan kehangatan dan kasih sayang dalam keluarganya, rasa-rasanya akan lebih memilih berada di rumah dan beraktivitas bersama orang-orang yang mengasihinya, ketimbang di jalanan sampai lewat tengah malam, hanya sekedar untuk melewatkan malam panjang dan bersenang-senang bersama lawan jenis yang disukainya.

Sakit yang diderita Dul bukanlah sakit ringan. Banyak sekali bagian tubuhnya yang terluka parah dan mengalami patah. Meski kedua orang tuanya mampu membawanya berobat ke rumah sakit di Singapore sekalipun, tetaplah perawatan dengan kasih sayang lebih dibutuhkan Dul untuk melewati hari-harinya yang tidak mudah. Sekeluar dari rumah sakit pun, mungkin Dul masih membutuhkan perawatan khusus, tentunya hanya “tangan” seorang Ibu-lah yang bisa dan mau melakukannya dengan ikhlas dan telaten.

Mungkin kejadian ini bisa diambil hikmah bagi siapapun, seandainya harus terjadi perceraian antara suami dan istri, jangan sampai anak-anak diputuskan tali silaturahmi dengan ibunya. Kalaupun karena sesuatu hal – semisal alasan nafkah dan penghasilan – si ibu tak mendapatkan hak asuh atas anaknya, seyogyanya ini tak menjadi alasan untuk memisahkan anak dengan ibunya, untuk melarang anak menemui ibunya, apalagi mengajarkan anak membenci ibunya dengan mencoba memberikan gambaran negatif tentang ibu mereka. Anak tetaplah anak, hanya kasih ibulah yang benar-benar sepanjang jalan, sepanjang jalan kehidupan si anak.

Semoga saja ini menjadi akhir dari penantian panjang Maia selama hampir 7 tahun menanti saat bisa berkumpul kembali dengan anak-anaknya.

Referensi :

1.entertainment.kompas.com

2.kapanlagi.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun