Mohon tunggu...
Ira Oemar
Ira Oemar Mohon Tunggu... lainnya -

Live your life in such a way so that you will never been afraid of tomorrow nor ashamed of yesterday.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kiamat 21-12-2012: Tak Percaya Tuhan Vs Bisnis Ketakutan

21 Desember 2012   05:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:16 1552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_222954" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi tentang kiamat (sumber : sains.kompas.com)"][/caption]

Pagi tadi saya bangun jam 03.00 WIB sesuai jam alarm ponsel saya, lalu membuka jendela kamar. Saya lihat langit cukup cerah meski masih gelap karena belum ada sinar fajar. Saya nyalakan BB, tak lama masuk pesan BBM dari 2 orang berbeda yang tinggal di daerah berbeda di Jawa. Usai Subuh, saya berkirim BBM ke salah satu grup BBM yang saya ikuti. Tak lama, ada respon dari member yang tinggal di Banjarmasin. Seperti biasa, aktivitas pagi saya dimulai dengan menyeruput secangkir kopi sambil menonton berita TV. Tiap kali jeda iklan, saya pindah channel. Tak satupun channel yang mengalami gangguan transmisi. Pun juga ketika saya mampir mini market dekat rumah sebelum berangkat kantor untuk mengisi pulsa elektrik, pulsa langsung masuk beberapa detik kemudian. Ini artinya issu bakal ada kekacauan sinyal internet dan berbagai perangkat komunikasi elektronik pada tanggal 21-12-2012, sama sekali tak terbukti.

Tampaknya, ramalan tentang hari kiamat yang jatuh di tanggal tertentu lagi-lagi tak terbukti. Berakhirnya kalender suku Maya pada hari ini, telah diyakini sebagai hari kiamat. Saya sendiri tak paham kenapa suku Maya harus mengakhiri kalendernya pada tanggal tertentu. Jika kalender sudah berakhir, apakah tak ada hari selanjutnya? Kalau begitu, mestinya itu adalah hari penghabisan dan setelah itu tak ada kehidupan lagi. Itu yang saya pahami dengan logika pikiran saya yang sederhana. Jangankan kiamat yang berarti hancurnya seluruh alam semesta dan jagad raya, sekedar tabrakan asteroid pun telah dibantah oleh NASA. Pun juga issu bakal adanya badai matahari yang menyebabkan bumi gelap gulita selama 3 hari dan komunikasi lumpuh total, juga tak terbukti.

Sebelumnya, bahkan kabarnya akan ada “live” siaran langsung untuk memantau kiamat. Sloosh Space Camera pun akan menyiarkan secara langsung serial pemandangan kosmik yang berlangsung selama seminggu penuh, yang dimulai 17 Desember. Siaran via website ini dilakukan untuk membantu masyarakat melihat kondisi semesta. Terutama untuk mereka yang percaya akan adanya serangan badai matahari, atau benturan asteroid yang mengakibatkan hancurnya dunia. Seperti yang diberitakan Vivanews.co.id.

Sebagai orang beriman, tentu saya sangat mempercayai akan datangnya hari akhir atau hari kiamat, sesuai dengan agama yang saya anut. Hanya saja kapan pastinya hari akhir itu akan datang, sepenuhnya adalah rahasia Allah. Bahkan para Nabi dan Rasul-Nya pun tak ada yang meninggalkan warisan ramalan tentang perkiraan waktu datangnya kiamat. Sebagai seorang Muslim, saya hanya percaya bahwa kiamat paski bakal terjadi dan jika tiba saatnya, maka tak akan ada satupun makhluk hidup maupun benda mati yang akan selamat, karena seluruh jagad raya akan mengalami kehancurannya. Karena itu, tak ada gunanya berlindung dari datangnya kiamat.

[caption id="attachment_222958" align="aligncenter" width="530" caption="Ilustrasi bertabrakannya planet-planet pada saat kiamat yang akan ditayangkan Sloosh Space Camera (sumber : teknologi.news.viva.co.id)"]

1356064992860230594
1356064992860230594
[/caption]

Respon atas ramalan kiamat tanggal 21-12-2012 di berbagai penjuru dunia sangat beragam. Beberapa waktu lalu saya saksikan tayangan berita di TV, seseorang di China membuat sebuah bola raksasa yang tahan segala macam dan aman dari kiamat. Semula ia membuatnya hanya untuk diri sendiri dan keluarganya saja, agar selamat dari kiamat. Tapi kemudian banyak orang yang tertarik dengan bola “sakti” buatannya, kemudian ikut memesan. Dari Kompas.com saya dapati berita lengkapnya, Yang Zongfu si pembuat bola raksasa yang disebut ”Perahu Nuh” baru itu menjual tiap bola dengan harga 1 juta-5 juta yuan (Rp 1,5 miliar-Rp 7,7 miliar).

Pagi tadi, tayangan TV juga memberitakan warga Moskow yang membuat bunker anti kiamat yang akan dipakai sebagai perlindungan diri dan keluarga jika kiamat tiba. Di Australia, bunker sejenis juga dibangun. Orang yang ingin ikut berlindung di dalamnya dikenai biaya setara Rp. 50 juta. Ini mengingatkan saya pada film Holliwood berjudul 2012 yang dirilis tahun 2009 lalu. Betapa ketakutannya penduduk seluruh dunia menghadapi kiamat, sehingga biaya berapapun mereka keluarkan demi bisa ikut menyelamatkan diri dari dahsyatnya kiamat.

Sementara itu, otoritas keamanan Pemerintah China menangkap 93 orang yang dianggap sebagai penyebar issu kiamat. Rupanya rumor kiamat ini sudah dianggap sangat meresahkan hingga penyebar issunya perlu ditangkap. Ironisnya, reaksi warga yang berlebihan menghadapi rumor kiamata yang jatuh pada hari Jumat ini, justru terjadi di kalangan masyarakat negara berpaham komunis –China dan Soviet – dimana umumnya komunisme identik dengan ketidakpercayaan akan adanya Tuhan atau Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Menarik, karena seharusnya kalau orang tak percaya Tuhan, maka ia tak perlu percaya pada adanya kehancuran di hari penghabisan. Di sisi lain, dalam doktrin keimanan – khususnya dalam agama yang saya anut, yaitu Islam – kepercayaan akan datangnya hari akhir acap digandengkan dengan kepercayaan pada Sang Maha Pencipta. Bertebaran ayat dalam Al Qur’an yang menyebutkan bahwa barang siapa percaya pada Allah, maka ia percaya juga pada hari kiamat/hari akhir. Artinya : ini merupakan satu kesatuan tak terpisah, dimana percaya pada Allah konsekwensinya percaya pada hari akhir. Sebaliknya jika percaya akan adanya hari akhir, pastilah percaya pada yang membuat/ menetapkan hari akhir, sebagai tempat kembali.

[caption id="attachment_222960" align="aligncenter" width="370" caption="El Castillo, salah satu bangunan utama di kompleks kota kuno Suku Maya, Chichen Itza di Negara Bagian Yucatan, Meksiko. (http://bjornfree.com/galleries.html) foto diambil dari www.solopos.com"]

1356065322357832860
1356065322357832860
[/caption]

Maka, makin sulit diterima logika jika dalam masyarakat yang tak bertuhan, ketakutan akan datangnya kiamat justru sedemikan hebohnya. Saya menemukan penjelasan yang masuk akal dari sebuah tulisan di Kompas.com. Berikut kutipannya :

Ketakutan global yang dialami sebagian orang dinilai psikolog sosial Universitas Gadjah Mada, Helly P Soetjipto, sebagai manajemen teror, menakut-nakuti orang dengan kematian. Issu ini sangat mudah dimasukkan kepada mereka yang orientasi hidupnya fokus mengejar materi dan kesenangan. ”Kematian adalah misteri hidup. Karena itu, semua orang menyiapkan diri mati. Sayangnya, persiapan yang dilakukan lebih banyak dengan menumpuk materi, bukan membangun hubungan vertikal,” katanya. Sekjen Masyarakat Neurosains Indonesia yang juga dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Taufiq Pasiak, mengatakan, otak manusia memiliki sistem takut. Rasa takut membuat manusia selalu membutuhkan sesuatu yang bersifat transendental untuk menggantungkan ketakutannya.

Inilah rupanya yang memotivasi orang mencari jalan selamat : rasa takut! Maka, berapapun nilai uang yang diminta, asal dirasa bisa menyelematkan diri, akan disiapkan. Padahal, kalau saja mereka beriman, maka mereka tak akan mencari pelarian di bunker-bunker atau bola ajaib buatan manusia. Tak perlu merogoh kocek puluhan juta sampai milyaran, karena jika benar kiamat datang, tak akan ada yang bakal selamat. Dalam Kitab Suci telah jelas disebutkan : kemanapun engkau bersembunyi, bahkan di dalam benteng yang kokoh lagi kuat sekalipun, kematian tetap akan mendatangimu.

Hari ini, ramalan kiamat ternyata tetap tak terbukti. Jumat ini masih seperti Jumat lalu, pelantang dari masjid di belakang kantor saya masih mengumandangkan lantunan ayat suci menjelang waktu sholat Jumat. Bersyukur mereka yang di dadanya masih terdapat iman, agama apapun yang dianutnya, karena tak akan terkecoh oleh issu kiamat dan tak akan tertipu dengan bisnis wahana penyelamatan diri dari kiamat. Mungkin, penganut komunisme dan atheisme yang tak mempercayai adanya Tuhan, perlu berpikir ulang : kenapa takut dengan kiamat jika tak percaya tuhan? Bukankah ketakutan itu sebenarnya pertanda “iman” atau “percaya”? Ternyata sulit ya lari dari fitrah manusia untuk percaya pada kekuatan maha dahsyat di luar diri manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun