.
.
ibu, aku minta doamu
ke sekolah ku ‘kan menuju
menyeberangi sungai tanpa perahu
tak juga jembatan meski cuma dari bambu
.
bergandengan tangan dengan temanku
kulepas baju dan celanaku
kupikul tas berisi buku
berjibaku melawan arus yang melibas tubuh kecilku
bapak kuatirkan keselamatanku
dia pandu aku dan teman-temanku
.
dua jam berjibaku
baru sampai di sekolahku
kaki kecilku serasa linu
basah kuyup baju seragamku
.
di tivi aku lihat kabar wakilku
ke jerman mereka ‘kan berguru
entah apa yang perlu ditiru
katanya soal insinyur yang aku tak tau
sama seperti wakilku juga tak pernah mau tau
jalan kami menjadi insinyur sungguh berliku
sampai di sekolah yang tersisa badan yang lesu
entah seperti apakah masa depanku
.
beruntunglah engkau wahai wakilku
bisa pelesir ke negara maju
puluhan juta rupiah uang sakumu
cukup untuk berbelanja memuaskan inginmu
entah berapa tarif hotelmu
dan rupa-rupa akomodasi yang jadi hakmu
.
orang tua kami yang telah memilihmu
tak bisa lagi menyentuhmu
meski kami cuma ingin memintamu
berkunjunglah kemari di sela resesmu
cobalah menyeberangi sungai di kampungku
yang tak bisa dilalui mobil mewahmu
arus derasnya tak ramah pada jas hitam serta gadgetmu
.
studi bandinglah ke kampungku
akan ada banyak fakta kan membuka matamu
bahwa sejahtera itu masih jauh membubung di langit biru
bahkan untuk anak seusiaku dan teman-temanku
.
untuk apa mesti jauh-jauh berguru
disini ada universitas kehidupan yang tidak semu
kami nyata ada menunggu perhatianmu
penukar suara orang tua kami yang diberikan padamu
tidak sadarkah engkau wakilku?
amanat itu akan kami tuntut suatu waktu
. .
(keterangan : semua foto diambil dari kamera HP dari tayangan berita TV)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H