[caption id="attachment_194493" align="aligncenter" width="576" caption="Gedung Kantor Pos Besar Kebonrojo : Kantor Pos Surabaya dibangun tahun 1926, karya arsitek G. Bolsius di Jalan Kebonrojo. Dulu Jalan Kebonrojo bernama Regentstraat (Jalan Regen) karena rumah dinas Regen terletak disini 1840-1881. Dari tahun 1881 sampai 1926 kantor pos ini dijadikan sekolah HBS. Pada tahun 1906-1913 calon Gubernur Jenderal Van Mook (1894-1965) bersekolah disini, dan pada 1916-1923 Bung Karno juga bersekolah disini"]
Menurut saya – yang menghabiskan lebih dari separuh umur saya, setidaknya dalam 22 tahun terakhir tinggal di Surabaya – dari sekian banyak faktor yang berkontribusi menjadikan Surabaya sebagai pemenang, saya melihat ada 2 hal yang bisa jadi keunggulan kota Surabaya. Pertama : pendayagunaan bangunan-bangunan kuno menjadi kantor-kantor Pemerintah atau Bank BUMN maupun swasta, sehingga tetap terjaga sebagai cagar budaya. Bentuk fisik luar bangunan tak mengalami perubahan dan pemugaran, hanya bagian dalam dan interior saja disesuaikan dengan kebutuhan kota masa kini. Ini tentu membutuhkan partisipasi dari instansi Pemerintah dan swasta yang bersedia merawat dan menggunakan gedung-gedung tua itu.
[caption id="attachment_194494" align="aligncenter" width="576" caption="Gedung Protestant Meesjes Wershins : Dulunya gedung di Jl.Bubutan ini adalah sebuah panti asuhan yang dibangun pada Tahun 1912. Sebelum menjadi restoran sekarang ini, sempat dijadikan Rumah Sakit Mardi Santoso"]
Sedangkan yang kedua adalah asrinya wajah kota yang ditopang oleh banyaknya taman kota yang memberikan nuansa segar dan hijau. Taman kota ini juga jadi sarana rekreasi gratis bagi warga kota. Beberapa taman bahkan dilengkapi dengan hotpsot yang menyediakan WiFi gratis, sehingga remaja dan mahasiswa bisa mengerjakan tugas yang membutuhkan koneksi internet, sambil bersantai di taman. Tetap terjaganya keindahan dan kebersihan taman, tentu tak luput dari peran warga sebagai penggunanya.
[caption id="attachment_194495" align="aligncenter" width="511" caption="Masih gedung yang sama"]
Benar bahwa pembanguan berwawasan lingkungan di Surabaya ini didukung oleh semua stake holder. Beberapa bulan lalu, saya baca berita bahwa ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya) menerapkan kebijakan bersepeda onthel masuk kampus, sehingga kendaraan bermotor wajib di parkir di luar lingkungan kampus, karena untuk masuk kampus sudah disediakan sepeda. Suasana asri ini juga bisa dilihat di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Dalam tulisan ini saya tampilkan beberapa foto pemanfaatan gedung-gedung kuno dan bersejarah di Surabaya, yang masih terawat dan indah. Pada bagian kedua, saya akan tampilkan foto-foto taman-taman kota dan obyek wisata buatan (bukan alam) yang dibangun di Surabaya. Semoga keberhasilan Surabaya disusul oleh kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Pada bagian - 2 akan saya tampilkan foto-foto taman kota dan tempat wisata buatan (non alam) di Surabaya.
[caption id="attachment_194496" align="aligncenter" width="486" caption="Gedung Asuransi kuno di jalan Jembatan Merah : Nama tepatnya: ALGEMEENE MAATSCHAPPIJ VAN LEVENSVERZEKERING EN LIJFRENTE atau The General Company for Life Insurance and Superannuation. Dibangun Th. 1901 oleh Hendrik Petrus Berlage (H.P. Berlage)"]
[caption id="attachment_194498" align="aligncenter" width="506" caption="Patung di pintu masuk gedung Del Algeemene Verzekerings Maatschappij : Dua patung singa ini adalah karya H.P. Berlage, arsitek belanda yg terkenal."]
[caption id="attachment_194499" align="aligncenter" width="583" caption="Ornamen lukisan di gedung tersebut. Apa kira-kira maksudnya ya? Apakah program KB jaman dulu untuk warga Belanda? Boleh punya 2 istri, yang satu noni Belanda, yang lain nyai Jawa. Kalau begitu slogannya "]
---------------------------------------------------------------------------------------
Special thanks to my friend Rachmad S. Adikencana yang merelakan foto-foto hasil jepretannya saya unggah di sini, melengkapi hasil jepretan saya yang tak seberapa bagus. Thanksa lot juga sudah bersusah payah mencarikan keterangan untuk gedung-gedung kuno dalam foto di atas.
[caption id="attachment_194500" align="aligncenter" width="576" caption="Gedung yang kini dimiliki PTPN XI ini dibangun pada pada 1911 dan selesai dikerjakan pada 1921, namun peresmiannya sendiri baru dilakukan pada 18 April 1924 Perancangnya adalah biro arsitek Batavia yang terkenal pada masa itu, yaitu Hulswit, Fermont & Ed. Cuypers. Gedung ini semula milik perusahaan perkebunan Hindia Belanda yang mengontrol produksi gula di wilayah ini. Gedung ini pernah menjadi lokasi perundingan antara Moestopo dan AWS Mallaby, sebelum meletusnya peristiwa 10 November, terkait ancaman Sekutu kepada rakyat Surabaya untuk menyerahkan senjata. Gedung PTPN XI ini memang pernah menjadi markas BKR dibawah Drg. Mustopo, serta Markas AD Jepang pada jaman pendudukan."]
[caption id="attachment_194501" align="aligncenter" width="571" caption="Interior di lobby gedung PTPN XI. Dulu, tahun 2009, saya pernah hendak memotret gedung ini dilarang oleh Satpamnya. Syukurlah teman saya tak putus asa dan memotretnya lagi tahun 2012"]
[caption id="attachment_194502" align="aligncenter" width="512" caption="Taman belakang gedung PTPN XI"]
[caption id="attachment_194503" align="aligncenter" width="575" caption="Gedung NW Soerabaia Handesblas : Gedung ini dibangun pada Tahun 1912 oleh Andreas Henrich Prottel & Co, dan selanjutnya ditempati oleh Penerbitan Surat Kabar (Koran) NW. Soerabaia Handelsblad, Soeara Asia dan Memorandum. Dikenal dengan sebutan Gedung Brantas dan merupakan salah satu bangunan Cagar Budaya di Surabaya. Pada Tahun 2010 secara resmi berfungsi sebagai Kantor Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Perizinan Terpadu (P2T)."]
[caption id="attachment_194506" align="aligncenter" width="652" caption="Gedung Internationale Crediet-en Handelsvereeniging Rotterdam (Rotterdam International Credit and Trading Association) yang akrab dengan sebutan Gedung Internatio dirancang oleh Ir. FJL. Ghijsels dari biro AIA (Algemeen Ignieurs En Architecten) dibangun pada th. 1927-1931. Gedung ini merupakan salah satu bangunan yang paling besar di daerah perdagangan sekitar Jembatan Merah yang terletak di pertigaan Hereenstrat (Jalan Rajawali) dan Willemsplein (Jalan Jayengrono), selanjutnya gedung ini dikuasai oleh pasukan Sekutu. Pada tanggal 28 - 30 Oktober 1945 gedung ini dikepung oleh pejuang-pejuang Indonesia. Sewaktu berusaha menghentikan tembak menembak tersebut Brigjen Mallaby tewas terbakar dimobilnya."]