Sepulang jogging dilanjut senam kemaren, saya buka kulkas dan mata saya tertuju pada box plastik putih yang sudah nangkring di sana beberapa bulan. Box plastik itu berisi kurma, kebetulan box kemasannya rapat, meski bukan merk tertentu yang katanya kedap udara. Apalagi letaknya persis di bawah chiller, jadi suhunya cukup dingin. Saya buka isinya memang masih sangat baik. Tapi melihat kurma madu yang segitu banyak, saya sedikit putus asa juga. Sebab sudah sekian lama tak juga habis meski sudah dibagi-bagikan ke tetangga, teman kantor dan keluarga.
Jenisnya kata penjualanya “Kurma Madu”, yang saya beli di pelataran Masjid “Terapung” di tepi Laut Merah akhir Agustus lalu. Saya sendiri sebenarnya tak suka kurma. Setiap bulan Ramadhan, saat hampir semua keluarga Muslim berbelanja kurma, saya tidak ikutan. Bahkan kalau ada kiriman parcel ada isi kurma, pasti saya berikan ke orang lain. Di Arab sendiri, saya hanya makan kurma Ajwah – jenis kurma Rasulullah – yang kehitaman, kecil-kecil, kering dan tak terlalu manis. Sebab saya pernah baca sebuah artikel, katanya kurma jenis inilah yang sangat baik khasiatnya dan tepat untuk berbuka puasa sebab kandungan nutrisinya lengkap dan mengandung karbohidrat kompleks.
Nah, kurma madu ini sendiri jenisnya basah, sangat manis sekali, itu sebabnya saya kurang suka. Akhirnya saya putar otak agar sisa kurma yang masih cukup banyak itu bisa enak dimakan. Dapatlah ide untuk membuat cake dengan bahan dasar kurma. Dari mana resepnya? Ya “ngarang” sendiri sajalah, toh dulu saya terbiasa bikin brownies dari kentang, saus kacang dan bahan lain.
Sambil menunggu adzan Duhur, saya duduk di depan TV sambil mengupas kulit ari kurma, lalu saya pisahkan dagingnya dan dibuang bijinya. Daging buah kurma itu kemudian saya lumatkan dengan sendok. Agak reot juga, soalnya selain buahnya sendiri liat, juga karena kelamaan di kulkas. Belum lagi basahnya itu lho! Akhirnya urusan melumatkan 300 gram kurma selesai selepas Dhuhur. Banyak juga ternyata, entah berapa puluh butir kurma setelah dibersihkan dan dilumat menjadi 300 gram. Usai makan siang, saya memutuskan tidur siang dulu, karena kelelahan senam paginya.
[caption id="attachment_182770" align="aligncenter" width="491" caption="Saat baru dikeluarkan dari baking pan"]
Saya baru terbangun jam 4 sore lewat. Usai Azhar, saya baru ingat kalau telur belum saya keluarkan dari kulkas. Tentunya telur yang dingin tak bagus hasilnya jika dibuat cake. Begitupun persediaan tepung di lemari hanya tinggal sedikit, itupun jenis tepung serba guna, bukan tepung khusu untuk membuat adonan cake atau biskuit. Persediaan mentega pun hanya tinggal 1 sachet yang 200 gram. Terpaksalah saya keluar sebentar ke mini market dekat rumah. Malangnya, sisa telur di situ hanya 9 butir, yang 2 butir retak pula! Yah, 7 butir telur kecil-kecil terpaksa saya beli. Padahal rencana saya butuh 8 butir telur ukuran agak besar.
Jam 5 sre saya baru start menimbang semua bahan. 8 butir telur saya pisahkan putih dan kuning telurnya, agar mengembang dengan baik saat dikocok. 400 gram mentega saya masukkan dalam baskom bercampur 200 gram gula pasir. Setelah putih telur dikocok sampai kaku, saya mulai mengocok kuning telur bersama mentega dan gula. Saya tak berani menambah takaran gula, sebab kurmanya sendiri sudah sangat manis. Setelah tercampur rata, baru saya masukkan kocokan putih telur, lalu sedikit demi sedikit kurma yang sudah dilumatkan.
Sudah saya duga, ini yang paling sulit. Kocokan mixer sampai saya ganti yang berbentuk spiral, ternyata masih “kalah” dengan kekentalan kurma yang sulit dipecahkan. Saya terpaksa membantu dengan spatula dan menekannya ke dinding baskom. Lama juga adu kuat dengan bongkahan kurma, baru saya masukkan tepung sedikit demi sedikit. Namanya juga resep percobaan, saya tak berani menuang tepung banyak-banyak. Ternyata kurma itu saja sudah membuat adonan cukup kental. Jadi tepung yang saya siapkan 500 gram hanya terpakai 250 gram saja. Terakhir, baru saya masukkan 100 cc susu kental, untuk menambah aroma wangi cake ini.
Pas saat itu adzan Maghrib berkumandang. Saya tuang adonan yang sudah jadi ke baking pan bulat, lalu saya taruh di atas kompor. Saya langsung ngacir mandi (kesorean) dan sholat Maghrib. Sebetulnya saya gak pede cake ini bakal “jadi”. Sebab bahan utamanya kurma madu yang “basah” masih ditambah susu cair, feeling saya bakalan “bantat”. Apalagi telurnya ukuran kecil. Duh, entah apa jadinya nanti. Paling tidak, kurma-kurma yang menggumpal itu akan mengendap di bawah karena berat jenisnya lebih berat ketimbang bahan lainnya. Apalagi saya tak menambahkan tepung maizena sebagai peng-emulsi (emulsifier).
Tapi ketika 45 menit kemudian saya tengok kaca di permukaan baking pan, ternyata cake itu mengembang sempurna. Hah.., saya sedikit lega. Tapi tunggu dulu, siapa tahu begitu tutup baking pan dibuka, adonannya langsung kempes?! Sekitar 10 menit kemudian, saya lihat sudah matang. Api saya matikan, tutup baking pan dibuka, Alhamdulillah sama sekali tak turun alias gak kempes. Saya lega untuk kedua kalinya. Tapi jangan keburu senang, siapa tahu saat diiris, teksturnya keras atau bantat mengendap di bawah. Duh.., saya dag dig dug gak sabar melihat hasil percobaan ini.
Sejam lebih saya tunggu agar cake tak terlalu panas dan siap untuk diiris. Saat diiris, saya kaget karena ternyata teksturnya halus, sama sekali tak ada endapan adonan di bagian bawah dan saya timang cake-nya gak “berat” seperti kalau bantat. Alhamdulillah, kali ini kelegaan saya sudah final. Trial and error berakhir sukses. Rasanya pun tak terlalu manis dan aroma susu serta menteganya sedikit mendominasi. Tidak rugi saya masukkan mentega dengan proporsi terbanyak, sebab tektur cake jadi halus dan tidak “seret” di kerongkongan. Rasa legit kurmanya tetap terasa di lidah. Warna cake-nya agak kecoklatan tanpa pewarna, sebab warna kurma itu yang membuatnya jadi coklat.
Tadi pagi, teman-teman kantor jadi “kelinci” percobaan untuk mencoba tester. Sekotak penuh ludes! Meski rata-rata bilang : makan seiris saja sudah cukup kenyang. 1 baking pan cake saya iris menjadi 32 potong. Maklumlah, komposisi 300 gram kurma dalam 2 resep berarti hampir 10 gram kurma seiris.
Setiap 100 gram kurma mengandung glukosa dan fruktosa (70-73 gram), karbohidrat (75 gram), protein (2,5 gram), lemak (0,4 gram), energi (280 kkal), vitamin A (50 IU), vitamin B6 (0,78 mg), vitamin C (0,4 mg), thiamin (0,09 mg), riboflavin (0,1 mg), niasin (2,2 mg), serat (2,3-8 gram), asam pantotenat (0,192 mg), asam nikotinat, zat besi, kalium (666 mg), kalsium, magnesium (34 mg), natrium (1 mg), berbagai senyawa polifenol (asam dactilyfrat, quercetine, catechine, epicatechine) serta flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan, oksitosin, dan sejenis hormon (potuchsin). Kurma bebas kolesterol. Berat kurma 5-12 gram/buah. Satu butir kurma kira-kira mengandung 23 kalori, 4 ons kurma basah mengandung 100 kalori, sedangkan 4 ons kurma kering mengandung 250 kalori. Buah kering juga kaya akan salisilat. Biji kurma mengandung fitohormon.
Apa saja khasiat kurma untuk kesehatan? Silakan click link itu. Di sini saya hanya membagi foto-fotonya saja, sesuai thema WPC-5 : Food Photography. Semoga bermanfaat resepnya.
Pengen ngiler melihat makanan hasil jepretan Kampreters lainnya? Click DISINI
Buruan gabung ama grup Kampret DISINI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H